Walau sudah ada seruan 'Orang miskin dilarang sakit' tetap saja yang namanya penyakit tidak pilih-pilih waktu datangnya. Ada yang sedang santai-santai naik motor bisa tiba-tiba kena kram dan nyawa melayang karena penyakitnya kambuh.
Kalau jadi orang miskin sudah sakit parah, tidak ada biaya dan tidak ada yang peduli ya rela-rela saja tunggu kematian tiba atau serahkan takdir pada Sang Pencipta. Siapa yang mau disalahkan?
Ada Untungnya
Sebenarnya dengan sering-sering datang ke rumah sakit ada untungnya juga. Paling tidak bisa menjadi penegas bagi diri sendiri untuk tidak terbaring di rumah sakit karena akan kehilangan kenyamanan dan kebebasan. Artinya apa? Ya harus mulai hidup sehat dengan menjadi pola hidup.
Bagaimana kalau kepalang basah harus masuk rumah sakit juga? Paling tidak berdasarkan pengalaman saya sendiri sekian tahun yang lalu, nikmati saja. Ternyata sakit itu ada enaknya.
Bagaimana tidak? Selama ini kalau tidak sakit tidak mendapat pelayanan istimewa, eh giliran sakit dilayani dengan baik.
Pagi-pagi sudah dilap sama suster. Terus beri obat. Habis itu sarapan sudah tersedia. Kemudian bisa dengan santai menikmati minuman hangat sambil menatap televisi di depan mata. Siang sedikit sudah ada sarapan. Siang sedikit ada makanan ringan. Berlanjut makan dan makan. Ada yang melayani. Ada apa-apa tinggal pencet bel. Mau ke WC ada yang tuntun. Enaknya lagi, pas mau keluar rumah sakit pembayaran sudah ada yang menanggung. Enak, kan? Itu pengalaman sendiri.
Jadi kalau terpaksa harus masuk rumah sakit, paling tidak kesempatan tersebut bisa dijadikan kesempatan untuk beristirahat dan menikmati hidup. Kalau tidak sakit, setiap hari dipenuhi kesibukan sampai-sampai lupa waktu makan. Dengan sakit ada gunanya juga bisa makan teratur he he he......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H