Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Undangan

3 Desember 2014   21:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:07 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya jadi merenung. Undangan khusus yang diberikan kepada saya pasti ada maksud dan niat baik untuk kehadiran saya. Apakah tidak mengecewakan orang yang telah dengan niat dan kebaikan mengundang? Saya jadi berpikir seandainya saya yang berada di posisi itu pasti akan kecewa juga.

Kalau saja saya punya rasa malu yang saya jadikan alasan dan kebanggaan sebagai orang baik, sejatinya saya bisa hadir. Dengan ini saya tidak memalukan diri sendiri karena sudah tidak menghargai penghargaan dari orang lain.

Seandainya Punya Rasa Malu yang Sejati

Kalau saja saya memang punya rasa malu yang sejati sebagai nilai kebaikan, maka saya pasti akan hadir. Bukan semata karena untuk menikmati makan gratis yang disajikan satu per satu di meja sambil dihibur dengan pelayanan yang super ramah. Lalu pulang dengan perut yang kenyang.

Pada kesempatan itu dengan rasa malu yang ada pasti masih punya kesempatan untuk memberikan sumbangan dana sesuai dengan kemampuan saya. Sayangnya justru dengan tidak malu malah sibuk memikirkan ketidakmampuan untuk berdana.

Saya malah tidak malu sibuk mencari-cari alasan mematikan, sehingga merasa tidak perlu malu untuk tidak berdana sama sekali. Padahal kalau ada niat pasti bisa walau sedikit saja. Masalahnya itu lagi-lagi berhubungan dengan rasa malu yang tidak semestinya. Malu kalau cuma memberi sedikit. Daripada malu lebih baik tak usah, sehingga tidak perlu malu. Padahal sungguh memalukan!

katedrarajawen@pembelajarandarisebuahperistiwa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun