Selepas makan siang selesai yang diadakan digazebo baduy luar, kami dihibur oleh sekelompok pemusik tradisional Baduy Luar. Dengan iringan kecapi dan gendang khas suku Baduy, membuat kami terbuai selepas makan siang.
Acara dilanjutkan dengan kerja bakti bersih perkampungan, peralatan kebersihan segera dibagikan dan setiap peserta diwajibkan mengumpulkan sampah yang tercecer disepanjang jalan kampung. Jalan perkampungan suku baduy masih terbuat dari tanah liat yang dipadatkan sebagian dengan batu-batu kerikil. Tidak ada tempat sampah, sehingga wisatawan begitu saja membuang sampah plastik dimana saja sehingga menambah kesan kotor.
Sehingga para donotur seperti NES dan CAS Group tergerak untuk memberikan bantuan peralatan kebersihan serta tempat penampungan sampah. NES dan para donatur mengumpulkan donasi untuk membeli sebidang tanah agar bisa dijadikan tempat pembuangan sampah akhir (TPSA).Â
Disediakan juga moda transportasi untuk membawa sampah dari Baduy Luar menuju ke TPSA dan para pemuda desa diajarkan untuk mengelola sampah oleh mapala UI & ITB. Tidak mudah mengumpulkan sampah yang tersebar disepanjang jalan karena jalur trekkingnya yang menantang dan udara yang cukup panas siang hari itu. Tanpa mengenal lelah, para relawan akhirnya berhasil mengumpulkan karung sampah dari jalur trekking perkampungan suku Baduy Luar.
Kami tidak bisa masuk kekampung Baduy Dalam karena sedang ada upacara Kawali yang dimulai dari bulan Januari - akhir maret ini dengan puncaknya yaitu tanggal 26 April 2018 nanti. Masyarakat baduy dalam berbondong-bondong jalan kaki menuju kekantor Bupati Lebak untuk memberikan upeti sebagai salahsatu tradisi lama para leluhur yaitu Seba. Â Â Â Â
Kaum pria desa Kanekes pada umumnya sebagai petani atau peladang, sementara kaum perempuan menenun. Kain tenun yang mereka buat membutuhkan waktu kurang lebih 2 minggu, hasil kain tenun tersebut sangat halus dan cantik. Tidak banyak motif yang mereka buat sesuai tradisi. Gula aren dan madu hutan menjadi penganan khas suku Baduy Luar yang wajib dibeli dan dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Kain batik warna hitam dan biru menjadi incaran saya, karena paduan warna yang cantik.Â
Bahkan kini wisatawan bisa menginap atau homestay dirumah penduduk Baduy Luar,tetapi pada malam hari tetap tidak ada aliran listrik didalam perkampungan ini. Tentu saja akan memberikan sensasi tersendiri bagi masyarakat urban saat ini yang sangat tergantung pada listrik. Dan yang paling penting "STOP MENYAMPAH", masyarakat baduy dilarang membuang sampah sembarangan, Justru mereka para pendatang yang berkunjung selama ini yang membuang sampah sembarangan didesa adat ini. Bawalah sampah keluar dari desa adat ini, kearifan lokal mereka membuat alam sekitarnya tetap lestari, air jernih tetap mengalir walau disaat kemarau sekalipun.Â
               Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Trip Selengkapnya