Mohon tunggu...
Shinta Galuh
Shinta Galuh Mohon Tunggu... -

Seorang Muslimah, menikmati pekerjaan barunya sebagai dosen ilmu komunikasi, pecinta buku, suka sejarah, psikologi populer, dunia parenting, fashion dan buah-buahan. \r\n\r\nBerdoa untuk suatu hari, saat saya menjadi seorang ibu, bunda, ummi, apapun namanya, dari anak-anak saya. ^__^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Let's Love Indonesia, Don't Hate Malaysia

7 Januari 2011   10:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:52 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benci Malaysia?

Hmm... Saya kok merasa ganjil ya. Saya memang, jujur saja, terbawa-bawa opini media massa, terutama masalah penyiksaan dan 'perbudakan' pekerja migran -apakah legal atau ilegal- di sana (nggak mencakup Manohara di dalamnya ya...). Masalah pulau-pulau yang 'diambil' itu, masalah budaya-budaya yang diklaim itu, masalah Cinta Laura yang juga diklaim itu *please deh...kok mau nge-klaim Cinta Laura*, masalah kantor suami saya yang didemo karena dimiliki Malaysia, masalah ini itu itu ini yang lain... tidak membuat saya se-sebal itu. Tapi penyiksaan dan tekanan terhadap pekerja migran di sana, membuat saya sungguh-sungguh kesaaaaaal sekali.

Bukankah dalam pembukaan undang-undang sudah disebutkan, 'Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan! *aslinya ngga pake tanda seru...hehe* Karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan...' Kalau tidak salah begitu bunyinya.

Namun demikian, hal itu tidak membuat saya antipati atau benci atau menyamaratakan orang Malaysia dengan tipikal sifat yang sama: suka menyiksa. Apa iya? Kok sempit sekali pikiran saya ya...

Papa saya juga memiliki tendensi negatif terhadap bangsa tetangga itu. Sebabnya, rekan se-flat-nya semasa pendidikan di Filipina dulu, yang juga orang Malaysia (dan Muslim), menurut Papa saya sangat hipokrit. Dan Papa saya selalu menabuh genderang perang keras-keras bagi orang-orang semacam ini, apapun bangsa dan sukunya. Akan tetapi, sayangnya, Papa saya juga akhirnya meng-generalisasi semua orang Malaysia.

"Ah, mereka itu Islam-nya nggak bener. (?!). Lihat itu si X (menyebut nama bekas koleganya), sudah punya istri di negaranya masih ada affair. Pokoknya mereka semua nggak bener aja Islamnya... " begitu kurang lebih Papa saya 'misuh-misuh' kalau disinggung-singgung soal orang-orang Malaysia.

Saya bengong. "Ya nggak juga kali,Pa. Masa negara segitu gedenya selingkuh semua laki-lakinya, atau nggak bener semua Islam-nya. Kalau bener begitu, Allah pasti sudah meng-azab Malaysia duluan..."

Masalah Affair, perselingkuhan, siapapun bisa punya affair. Kayak nggak tau aja kelakuan sejumlah nama anggota DPR Indonesia yang 'tertangkap kamera' punya affair dengan bukan pasangan legal-nya. Belum lagi Artis-artis Indonesia yang perselingkuhannya menjadi komoditi bagi televisi. Kurang banyak apa...

Masalah Islam-nya nggak bener. Lha, orang Indonesia berapa banyak yang mengaku Islam tapi nggak pernah sholat, nggak pernah bayar zakat, korupsi gila-gilaan, banyak berbohong, tidak amanah, pergi ke dukun, percaya zodiak, absen sholat Jumat; atau sholat tapi senang membuat 'petasan-petasan' raksasa yang melukai banyak orang...

Nggak usah orang Indonesia deh, orang Arab aja, yang sebangsa sama Rasulullah, betapa banyaknya yang berkeliaran di daerah Puncak menggandeng, merangkul, memeluk 'istri lokal'-nya. Mereka bisa lebih sadis lagi malahan, dalam soal siksa menyiksa pekerja migran. Jadi ingat kasus TKI yang jenazahnya dibuang di belakang Masjid, sampai imam Masjidnya menangis melihatnya. Kok berani ya, udah berbuat zolim minta ampun, dibuangnya di belakang Masjid lagi...? Itu yang melakukan hati nurani dan rasa malu-nya ketinggalan di rahim ibunya, barangkali,,, *ngelantur kemana-mana*

Kembali ke konteks, tetapi sejurus  kemudian Papa saya melanjutkan, "Tapi si Y (menyebut koleganya yang lain) itu Malaysia baik (?!), nggak sombong orangnya, humble, beda deh sama si X...".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun