Di belakang perangkat drum berlogo pistol dan mawar yang terkenal itu, ada Frank Ferrer yang sudah bersama dengan Guns N Roses sejak tahun 2006. Lalu ada Richard Fortus, yang sudah bersama Axl sejak 2002 menggantikan posisi Izzi Stradlin. Ada pula Mellisa Reese, yang mengisi posisi keyboard dan backing vocal. Penampilan Reese yang mengingatkan pada Harley Queen dari Film Suicide Squad menjadi pemanis panggung tersendiri.
Lagu pertama langsung digeber: Its So Easy, sebuah single dari album pertama mereka, Appetite For Destruction yang legendaris itu. Axl berlari dari sisi panggung dengan kaos hitam, celana jeans, dan kalung salib. Well, kesan pertama adalah dia nampak gemuk, fat Axl. Penampilannya dengan rambut pendek membuatnya nampak lebih mirip Meatloaf daripada Axl sendiri. Namun itu tak mengapa, toh Guns N Roses bukan boys band yang terlalu peduli dengan penampilannya. Energinya masih tetap sama, Axl Rose, di usianya yang 55 tahun masih atraktif diatas panggung. Kualitas vokalnya sudah tidak prima lagi, namun kharismanya tetap ada. Lagu pertama langsung mengentak, It’s So Easy dari album Appetite For Destruction yang langsung disambut dengan menyanyi bersama oleh penonton.
Lanjut lagu kedua masih dari album yang sama Mr Brownstone, tetap sukses melanjutkan sing a long bersama penonton dari lagu pertama. Setelah itu, muncul Chinese Demoracy, sebuah lagu dari album dengan judul yang sama di era pasca Slash. Respon penonton sedikit mereda, maklum karena lagu ini memang kurang dikenal dan diterima. Namun hal itu tak berlangsung lama, penonton kembali beringas saat Axl berteriak, “Do you know where you areee …?” Tentu saja, Welcome To The Jungle muncul sebagai lagu berikutnya.
Malam itu, Guns N Roses benar-benar tahu siapa penggemarnya dan memang bertujuan memanjakannya. Mereka sadar bahwa sebagian besar yang hadir disana datang karena ingin sejenak kembali ke masa kejayaan mereka. Axl tampil dengan kaos dan kemeja flannel yang dibalut di pinggang, ciri khas tahun 80 an, dan Slash tidak pernah lepas dari topi tinggi yang menjadi trade mark-nya. Set list lagu didominasi dari era album Appetite For Destruction, Lies, dan double album mereka Use Your Illusion I & II. Empat album yang mewakili masa jaya mereka.
Dalam memproduksi album, Guns N Roses juga terkenal sukses menyisipkan cover lagu dan memasukkannya ke dalam konsernya. Salah satunya adalah Live And Let Die yang malam itu dimainkan secara dramatis, lengkap dengan tampilan layar monokrom di belakang panggung. Slash tampil luar biasa. Kepiawaiannya mengisi nada menjadi nyawa dalam setiap lagu yang dimainkan.
Hampir pada setiap pergantian lagu Slash berganti gitar, entah berapa jumlah gitar yang dibawanya. Guns N Roses tanpa Slash sungguh bukan Guns N Roses, itulah sebabnya mengapa konser reuni ini begitu dinanti. Tanpa Slash, Guns N Roses begitu hambar. Malam itu solo gitar Slash membawakan lagu The Godsfather Theme, yang langsung disambung dengan intro Sweet Child O Mine . Kombinasi itu saja sudah bisa membuat fans sejati mereka mengalami orgasme mata dan telinga.
Berikutnya adalah Knockin On Heaven Door. Lagu yang aslinya dibawakan oleh Bob Dylan ini sukses di-aransemen ulang oleh Guns N Roses dan selalu menjadi favorit dalam konser-konser mereka di tahun 90 an. Lagu yang sama, kembali ditampilkan di singapura. Axl mengajak penonton bernyanyi bersahutan satu demi satu, dan ritme gitar bergeser dari irama Rock ke Reegae. Semua penonton bergoyang dan bernyanyi bersama. Bagi penggemar yang sering melihat video konser Guns N Roses di You Tube, melihat lagu ini dimainkan secara live adalah ibarat surga diatas dunia.
Tidak larut dalam suasana mellow, musik kembali menghentak dan terdengar suara kereta. Inilah Nightrain , sebuah lagu cadas dari album Appetite For Destruction juga. Setelah lagu ini selesai, panggung gelap, dan seperti sudah diduga,selanjutnya adalah sesi encore. Diawali oleh lagu Sorry, lalu dilanjut dengan lagu ballad akustik Patience . Disini sebagian besar penonton yang sudah mengenal Guns N Roses sejak remaja, tidak bisa menolak untuk beryanyi bersama. Penantian panjang menuntut kesabaran dalam menanti terwujudnya konser reuni ini seperti terbayar dari lagu ini.
Lalu usai sudah semuanya, malam itu ditutup dengan ajakan pulang dari lagu Paradise City. Keseluruhan konser berlangsung selama 2 jam 45 menit, total 27 lagu dalam setlist sukses memuaskan penonton yang bukan hanya dari generasi X tapi juga dari generasi Y yang lebih muda. Nampaknya Guns N Roses cukup sukses meregenerasi penggemarnya. Bagi yang datang untuk bernostalgia, ini adalah malam milik mereka.
Untuk semua yang beranjak dewasa bersama Guns N Roses, mereka yang “keracunan” musik rock oleh Appetite For Destruction, mereka yang belajar bergitar dari intro Sweet Child O Mine, mereka yang pernah berdandan ala glam rock, ber-tatoo tengkorak, berkalung salib, mengenakan kemeja flannel kotak-kotak, dan mencicipi Jack Daniels. Malam itu adalah malam yang sempurna. Konser reuni Guns N Roses, tampilnya kembali Axl, Duff, dan Slash seperti Ilusi menjadi kenyataan, dan kenyataan itu ternyata bisa terjadi dalam masa hidup ini. Mereka bukan lagi Band Paling Berbahaya di Dunia, namun setelah semua yang mereka lalui bersama, mungkin mereka sudah menjadi legenda musik rock yang sempurna.