Mohon tunggu...
Sandi Setiawan
Sandi Setiawan Mohon Tunggu... -

Smooth sea never made a skillful sailor.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Guns N' Roses di Singapura, Kembalinya Band Paling Berbahaya di Dunia

28 Februari 2017   09:33 Diperbarui: 28 Februari 2017   10:54 12354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di belakang perangkat drum berlogo pistol dan mawar yang terkenal itu, ada Frank Ferrer yang sudah bersama dengan Guns N Roses sejak tahun 2006. Lalu ada Richard Fortus, yang sudah bersama Axl sejak 2002 menggantikan posisi Izzi Stradlin. Ada pula Mellisa Reese, yang mengisi posisi keyboard dan backing vocal. Penampilan Reese yang mengingatkan pada Harley Queen dari Film Suicide Squad menjadi pemanis panggung tersendiri. 

Lagu pertama langsung digeber: Its So Easy, sebuah single dari album pertama mereka, Appetite For Destruction yang legendaris itu. Axl berlari dari sisi panggung dengan kaos hitam, celana jeans, dan kalung salib. Well, kesan pertama adalah dia nampak gemuk, fat Axl. Penampilannya dengan rambut pendek membuatnya nampak lebih mirip Meatloaf daripada Axl sendiri. Namun itu tak mengapa, toh Guns N Roses bukan boys band yang terlalu peduli dengan penampilannya. Energinya masih tetap sama, Axl Rose, di usianya yang 55 tahun masih atraktif diatas panggung. Kualitas vokalnya sudah tidak prima lagi, namun kharismanya tetap ada. Lagu pertama langsung mengentak, It’s So Easy dari album Appetite For Destruction yang langsung disambut dengan menyanyi bersama oleh penonton. 

Lanjut lagu kedua masih dari album yang sama Mr Brownstone, tetap sukses melanjutkan sing a long bersama penonton dari lagu pertama. Setelah itu, muncul Chinese Demoracy, sebuah lagu dari album dengan judul yang sama di era pasca Slash. Respon penonton sedikit mereda, maklum karena lagu ini memang kurang dikenal dan diterima. Namun hal itu tak berlangsung lama, penonton kembali beringas saat Axl berteriak, “Do you know where you areee …?” Tentu saja, Welcome To The Jungle muncul sebagai lagu berikutnya.

Malam itu, Guns N Roses benar-benar tahu siapa penggemarnya dan memang bertujuan memanjakannya. Mereka sadar bahwa sebagian besar yang hadir disana datang karena ingin sejenak kembali ke masa kejayaan mereka. Axl tampil dengan kaos dan kemeja flannel yang dibalut di pinggang, ciri khas tahun 80 an, dan Slash tidak pernah lepas dari topi tinggi yang menjadi trade mark-nya. Set list lagu didominasi dari era album Appetite For Destruction,  Lies, dan double album mereka Use Your Illusion I & II. Empat album yang mewakili masa jaya mereka.

Dalam memproduksi album, Guns N Roses juga terkenal sukses menyisipkan cover lagu dan memasukkannya ke dalam konsernya. Salah satunya adalah Live And Let Die yang malam itu dimainkan secara dramatis, lengkap dengan tampilan layar monokrom di belakang panggung. Slash tampil luar biasa. Kepiawaiannya mengisi nada menjadi nyawa dalam setiap lagu yang dimainkan. 

Hampir pada setiap pergantian lagu Slash berganti gitar, entah berapa jumlah gitar yang dibawanya. Guns N Roses tanpa Slash sungguh bukan Guns N Roses, itulah sebabnya mengapa konser reuni ini begitu dinanti. Tanpa Slash, Guns N Roses begitu hambar. Malam itu solo gitar Slash membawakan lagu The Godsfather Theme, yang langsung disambung dengan intro Sweet Child O Mine . Kombinasi itu saja sudah bisa membuat fans sejati mereka mengalami orgasme mata dan telinga.

Konser Guns N' Roses | Dokumentasi Pribadi
Konser Guns N' Roses | Dokumentasi Pribadi
Lagu ballad November Rain, juga mengisi malam itu. Untungnya tidak disambut dengan hujan yang sebenarnya. Melihat Axl Rose dibalik grand piano akustik, Duff McKagan berdiri di sebelahnya, dan Slash di Ujung panggung mengiringi mereka, seolah semua permasalahan masa lalu di antara mereka selesai sudah. Tidak ada lagi dendam. Dari layar bisa dilihat senyum lebar Axl. Dan jika orang seperti Axl tersenyum, sepertinya dunia sedang baik-baik saja.  “Thank you for having us..” kata Axl tulus menyapa penonton.

Berikutnya adalah Knockin On Heaven Door. Lagu yang aslinya dibawakan oleh Bob Dylan ini sukses di-aransemen ulang oleh Guns N Roses dan selalu menjadi favorit dalam konser-konser mereka di tahun 90 an.  Lagu yang sama, kembali ditampilkan di singapura. Axl mengajak penonton bernyanyi bersahutan satu demi satu, dan ritme gitar bergeser dari irama Rock ke Reegae. Semua penonton bergoyang dan bernyanyi bersama. Bagi penggemar yang sering melihat video konser Guns N Roses di You Tube, melihat lagu ini dimainkan secara live adalah ibarat surga diatas dunia. 

Tidak larut dalam suasana mellow, musik kembali menghentak dan terdengar suara kereta. Inilah Nightrain , sebuah lagu cadas dari album Appetite For Destruction juga. Setelah lagu ini selesai, panggung gelap, dan seperti sudah diduga,selanjutnya adalah sesi encore. Diawali oleh lagu Sorry, lalu dilanjut dengan lagu ballad akustik Patience . Disini sebagian besar penonton yang sudah mengenal Guns N Roses sejak remaja, tidak bisa menolak untuk beryanyi bersama. Penantian panjang menuntut kesabaran dalam menanti terwujudnya konser reuni ini seperti terbayar dari lagu ini.

Lalu usai sudah semuanya, malam itu ditutup dengan ajakan pulang dari lagu Paradise City. Keseluruhan konser berlangsung selama 2 jam 45 menit, total 27 lagu dalam setlist sukses memuaskan penonton yang bukan hanya dari generasi X tapi juga dari generasi Y yang lebih muda. Nampaknya Guns N Roses cukup sukses meregenerasi penggemarnya. Bagi yang datang untuk bernostalgia, ini adalah malam milik mereka. 

Untuk semua yang beranjak dewasa bersama Guns N Roses, mereka yang “keracunan” musik rock oleh Appetite For Destruction, mereka yang belajar bergitar dari intro Sweet Child O Mine, mereka yang pernah berdandan ala glam rock, ber-tatoo tengkorak, berkalung salib, mengenakan kemeja flannel kotak-kotak, dan mencicipi Jack Daniels. Malam itu adalah malam yang sempurna. Konser reuni Guns N Roses, tampilnya kembali Axl, Duff, dan Slash seperti Ilusi menjadi kenyataan, dan kenyataan itu ternyata bisa terjadi dalam masa hidup ini. Mereka bukan lagi Band Paling Berbahaya di Dunia, namun setelah semua yang mereka lalui bersama, mungkin mereka sudah menjadi legenda musik rock yang sempurna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun