Mohon tunggu...
Katarina Widhi Arneta Sari
Katarina Widhi Arneta Sari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

sedang belajar dan terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

"Pretty Boys" (2019): Ketika Dunia Televisi Hanya Pentingkan Keuntungan Semata

25 November 2020   22:09 Diperbarui: 25 November 2020   22:20 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain penonton bayaran, tuntutan peran menjadi berbeda di depan kamera menjadi satu hal yang disorot. Untuk menjadi host utama, Rahmat dan Anugerah dituntut menjadi "ngondek" dan bahkan memakai gaun wanita agar disukai penonton di rumah. Ini merupakan strategi dari tim kreatif atau tim acara televisi yang mengatur semuanya.

Sedikit Romansa Sebagai Pelengkap

Anugerah dan Asty
Anugerah dan Asty

Selama jatuh bangun mengais kesuksesan di dunia hiburan, Anugerah dan Rahmat ternyata menyukai perempuan yang sama. Asty (Danilla) yang sejak bersama di restoran dekat dengan keduanya dan tidak pernah mengungkapkan perasaan mereka. Anugerah yang sejak awal menyukai Asty, tidak mengungkapkan perasaannya hingga Rahmat yang melakukan pendekatan ke Asty.

Hingga di akhir cerita, ketika mereka melakukan siaran langsung terjadilah aksi sindir-sindiran. Anugerah yang sudah geram akan kelakuan Rahmat yang suka main perempuan dan "grepe-grepe". Dibalas dengan ucapan Rahmat yang menjurus ke urusan pribadi atau keluarga Anugerah membuat Anugerah langsung "walk-out" dari siaran langsung tersebut.

Nah, itulah beberapa hal dalam Film "Pretty Boys" (2019) yang membuat mereka mendapat keuntungan dari jumlah penonton. Ide cerita yang dekat dengan masyarakat dan pengemasan yang apik mampu memunculkan rasa ketertarikan dari penonton. Bagi kalian yang merasa belum menonton film ini, Yuk segera nonton!!!

Daftar Pustaka :
Ajinugroho, S. (2018). Suka Duka Jadi Penonton Bayaran : Dibayar Rp 70 Ribu Hingga Mendapat Pelecehan Verbal. Diakses pada 24 November 2020, dari https://www.grid.id/read/04911882/suka-duka-jadi-penonton-bayaran-dibayar-rp-70-ribu-hingga-mendapat-pelecehan-verbal?page=all.
Mosco, V. (1996). The Political Economy of Communication: Rethinking and renewal (Vol. 13). Sage.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun