Mohon tunggu...
Katarina Silalahi
Katarina Silalahi Mohon Tunggu... -

Fiat Voluntas Tua

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hidupku Sungguh Datar

30 Maret 2016   23:08 Diperbarui: 30 Maret 2016   23:53 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Sudah pukul 21.25 tetapi udara di kamarku tetap saja masih belum bersahabat. Kipas angin yang berada di samping kiriku rasanya tak membawa pengaruh apapun. Apa aku harus mandi lagi  untuk ketiga kalinya dalam satu hari ini? Ahh sepertinya itu bukan pilihan yang tepat. 

Malam ini aku kembali mencurahkan segala yang ada di pikiranku ditemani dengan sebuah teh kotak yang tak lagi dingin karena memang sejak kemarin aku membelinya, sembari juga sesekali membalas pesan singkat dari temanku yang sudah berada di tanah kelahiran. Berbicara mengenai temanku itu, dulunya kami sama-sama melanjutkan perkuliahan di salah satu perguruan tinggi negeri di kota ini. Tetapi dia lebih dahulu meninggalkanku, alangkah sedihnya aku.

Berbicara mengenai kehidupan anak kos, ini merupakan tahun kedua aku menyandang status sebagai perantau. Walaupun jarak tempuh antara kota kelahiranku dengan tanah perantauan ini kurang lebih 1 jam menggunakan pesawat, tetapi rasanya tak mungkin aku bisa pulang sesuka hatiku. Jika ditanya mengenai apa sukanya menjadi anak kos, sepertinya aku butuh waktu yang cukup panjang untuk menjawab pertanyaan tersebut. Ada perbandingan yang cukup jauh antara suka dan suka sebagai anak kos. 

Sukanya ya aku bisa belajar mengurus hidupku seorang diri, kemana-mana serba sendiri termasuk saat ke gereja. Kadang terlintas rasa iri ketika melihat teman-teman sebayaku duduk di gereja berdampingan dengan orangtua mereka. Namun di sisi lain ketika aku seorang diri mengikuti ibadah di hari Minggu, aku merasa semakin dekat dengan Dia. Aku bisa jauh lebih fokus berbicara dengan-Nya, tanpa harus meladeni percakapan kanan kiri. Keadaan suka lainnya, aku bisa merasa bahagia dengan hal-hal baru yang kujumpai baik itu di toko buku, gereja, atau tempat makan yang sering kukunjungi. Memang ada kalanya kita menemukan rasa bahagia walau hanya seorang diri. 

Beranjak dari keadaan suka, mengenai duka sebagai penghuni kos awalnya memang terasa cukup berat. Kenapa? Aku harus beradaptasi dengan kehidupan baru di rumah yang terdiri dari 3 lantai dan 15 kamar ini yang penghuninya cukup beragam. Memang aku seorang yang sangat susah beradaptasi. Selain itu aku juga harus memahami lingkungan sekitar kosan, baik dari keberadaan mini marketnya, warung nasi padang, atau tempat jual jus kesukaanku. Aahh sungguh terasa berat. 

Mengenai beberapa warung nasi padang tersebut, namanya saja yang berbau Minang namun rasanya tidak cocok dengan lidah ranah Minang. *kecewaaaa… Bahkan aku lebih kecewa lagi karena teh kotakku sudah habis, tapi tak apalah masih ada lagu favoritku yang setia menemani dari salah satu band ternama di Indonesia. Sebut saja dia So7 jreng jreenggg jrenggg….

Mengenai aktivitas sehari-hariku rasanya begitu datar, hingga aku merasa jenuh. Dari bangun pagi (walaupun sering kesiangan), berlanjut dengan membersihkan kamar yang tak seberapa ini, terus mandi, makan, tidur, mencuci pakaian, menonton acara TV yang tak jelas. Sungguh membosankan. Hal yang sama juga terjadi ketika aku sibuk membuka beberapa sosial media yang kumiliki, dari BBM beralih ke LINE, selanjutnya ke Path, Whatsapp, Facebook, Twitter, namun tak ada hasil yang kudapat selain mengurangi kuota paketku. Lagi-lagi aku berkata hidupku sungguh datar di kota ini. 

Aku selalu menyibukkan diri dengan hal-hal yang sifatnya hanya untuk kepuasan dan image, nongkrong sana sini terus update di Path yang berujung dengan semakin menipisnya keuanganku. Lalu merengek pada orangtua agar secepatnya dikirim lagi uang dengan alasan membeli kebutuhan sehari-hari. Sungguh aku sudah diperbudak dengan nafsuku sendiri

Di sisi lain aku rindu dengan aktivitas seperti dulu, rapat organisasi hingga tengah malam, persiapan untuk beberapa kegiatan, aktivitas kampus yang juga menuntut pertanggungjawabanku, tugas-tugas yang harus segera dirampungkan, les, melayani di gereja., belum lagi tanggung jawab di rumah sebagai seorang anak. Masih kuingat dulunya aku sering mengeluh karena seringkali dihantui oleh kegiatan yang semua serba menuntut untuk segera disiapkan. 

Pulang ke rumah sampai larut malam dan keesokan harinya harus pasrah mendengar omelan dari sang bos, ditambah lagi jika ada tugas yang belum selesai padahal waktu pengumpulan yang semakin mepet. Aku jadi senyum-senyum sendiri mengingatnya. Malam ini aku sungguh merindukan semua itu. Diriku yang saat ini sepertinya bukan jati diriku sebenarnya. Aku bukan manusia yang betah berdiam diri di rumah. Jika membahas mengenai keluhan-keluhan itu, seseorang melalui blognya pernah menuliskan bahwa mengeluh itu hal wajar sebagai manusia yang memiliki kelemahan sana sini, dan  aku menambahkan keluhan itu jangan sampai berlebihan karena akan menghambat proses kehidupan kita di tahapan selanjutnya.

Salamku,

 

Medan, 30 Maret 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun