Mohon tunggu...
Katarina Krissanty
Katarina Krissanty Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hello!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Melihat Perkembangan Jurnalisme di Indonesia: Jawa Pos

28 September 2022   10:41 Diperbarui: 28 September 2022   10:52 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan jurnalisme semakin berkembang dari masa ke masa, dari yang hanya berupa media cetak hingga kini menjadi jurnalisme multimedia yang merupakan kombinasi dari elemen audio, gambar atau foto, teks, dan interaktivitas dalam jurnalisme online yang terdiri dari situs berita, atau penyedia berita online yang biasanya disebut sebagai wire services.

Jawa Pos menjadi salah satu media yang mengikuti perkembangan zaman.

Sejarah Jawa Pos

Pada 1 Juli 1949, Jawa Pos didirikan oleh The Chung Shen, staf marketing film teater di Surabaya. Pada awalnya Jawa Pos Bernama Java Pos (1949-1954) yang kemudian berganti menjadi Djawa Post (1954-1957), kemudian berganti menjadi Djawa Pos (1957-1960) dan akhirnya berganti menjadi Jawa Pos hingga saat ini.

Saat itu koran masih mengalami naik turun. Penurunan dimulai pada akhir tahun 1970, dan pada 1982, Jawa Pos hanya mencetak 6.000 eksemplar per hari, dengan pelanggan di Surabaya yang hanya 2000 orang dan peredaran di Malang tersisa 350 lembar.

Pada 1 April 1982, akhirnya Jawa Pos dijual ke PT. Grafiti Pers, yang juga merupakan penerbit majalah Tempo. Eric Samola, presiden direktur PT. Grafiti Pers saat itu memilih Dahlan Iskan yang saat itu menjadi kepala kantor redaksi Tempo di Jawa Timur untuk bertanggung jawab atas Jawa Pos.

Di bawah pimpinan Dahlan Iskan, Jawa Pos tumbuh pesat. Dalam waktu sepuluh tahun Jawa Pos meningkat menjadi surat kabar dengan yang mencetak lebih dari 100.000 eksemplar.

Di awal tahun 1990an, dibentuk Jawa Pos News Network (JPNN) sebagai wadah jaringan anak perusahaan JP yang mulai menyebar di berbagai daerah.

Satu dekade berikutnya, Jawa Pos menjadi salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia yang memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia.

Di tahun 1997, Jawa Pos pindah ke gedung baru di gedung Graha Pena, yang merupakan salah satu gedung pencakar langit di Surabaya. Di tengah krisis yang melanda Indonesia, gedung ini selesai dibangun. Hal tersebut sebagai tanda kesuksesan Jawa Pos melawan krisis.

Jawa Pos tidak hanya menjadi surat kabar pertama yang mengembangkan jaringan surat kabar di Indonesia, tetapi juga salah satu surat kabar yang mendirikan stasiun televisi lokal di Indonesia. Di tahun 2008, Jawa Pos Group sudah memiliki 12 stasiun televisi lokal dan kemudian bertambah menjadi 20 pada akhir tahun 2009.

Jawa Pos Group juga meliputi kurang lebih 151 surat kabar daerah dan nasional yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Biasanya, surat kabar daerah yang berada di bawah naungan Jawa Pos Group memiliki nama yang berawalan dengan "Radar". Dilihat dari sisi manajemen, koran Radar di berbagai wilayah Indonesia dikelola secara pribadi oleh masing-masing manajemen Radar.

Jawa Pos juga menjadi harian Indonesia pertama yang memenangkan World Press Photo of the Year di tahun 1996. Dan hingga saat ini masih dilanjut dengan banyaknya penghargaan.

sumber: dok. pribadi
sumber: dok. pribadi

Rahasia

Jawa Pos memiliki "resep rahasia" yang kemudian dinamakan sebagai "Rukun Iman" yang menjadi panduan utama pemuatan berita dalam Jawa Pos. Rukun iman tersebut meliputi:

  • Ketokohan (prominence), yang merupakan semua peristiwa yang bersangkutan dengan tingkah seorang tokoh layak berita. Contohnya, Gubernur Jawa Timur dirawat di rumah sakit, hal tersebut layak diberitakan.
  • Besar (magnitude), yaitu semua peristiwa yang besar layak berita. Contohnya, gempa bumi menyebabkan banyak kerugian, hal tersebut layak diberitakan.
  • Dekat (proximity), yaitu semua peristiwa di dekat kita, meskipun kecil layak berita, dibandingkan dengan peristiwa serupa tetapi di tempat yang jauh. Contohnya, gempa di Jawa Timur korbannya hanya 10 orang lebih layak diberitakan, dibandingkan dengan gempa di Amerika yang menelan 100 korban. Jikalau keduanya harus diberitakan, gempa di Jawa Timur harus lebih lengkap isinya.
  • Tren Baru (trend), semua peristiwa yang baru terjadi pertama kali layak berita. Contohnya, ada pencurian modus baru yang terjadi pertama kali, walaupun kerugiannya kecil, hal tersebut layak berita.
  • Daya Tarik Manusia (human interest), semua peristiwa yang menyentuh perasaan atau menceritakan tentang manusia layak berita.
  • Bermisi (mission), setiap berita harus memiliki tujuan.

Dahlan menganggap, semakin banyak rukunnya, semakin layak beritanya, begitu pula sebaliknya.

Perkembangan Jawa Pos

Di tengah perkembangan digital, Jawa Pos Group sebagai media yang tetap bertahan di era internet, dan juga telah memiliki media cetak yang stabil serta bisnis non-cetak yang relatif kuat.

Akibat digitalisasi, perkembangan Jawa Pos dimulai dari pembentukan Jawa Pos News Network (JPNN) yang merambah ke radio dan juga televisi.

Seiring berkembangnya waktu, peralihan pembaca menuju pada online readers mengakibatkan penurunan jumlah cetak di beberapa perusahaan koran. Sama dengan media cetak lain, Jawa Pos mulai memasuki bisnis digital pada tahun 2014 dengan menghadirkan JawaPos.com.

Di tahun 2016, JawaPos.com mulai menyediakan berbagai macam fitur online dalam format multimedia dan juga multiplatform.

Kemudian di tahun 2017, Jawa Pos mempersembahkan The New and Improved JawaPos.com yang menyajikan pengalaman membaca kelas dunia dengan rubrikasi berita yang beragam, serta didukung dengan strategi marketing yang inovatif dan terintegrasi.

The New and Improved JawaPos.com hadir dengan konsep megaportal, portal berita, portal e-commerce, portal events JP Sportainment, dan juga portal interaktif Jawa Pos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun