Mohon tunggu...
Katarina Alviani Mbaki
Katarina Alviani Mbaki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ambil Resiko, Bermimpi Lebih Besar dan Berharap Besar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Representasi Perempuan dalam Budaya Populer

24 Mei 2022   22:56 Diperbarui: 24 Mei 2022   23:44 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, media saat ini secara terang-terangan mengangkat berita tentang kesetaraan gender untuk dikonsumsi oleh banyak orang. Artinya bahwa media di sini menjadi alat dan ruang bagaimana kehadiran perempuan direpresentasikan.

Perempuan dan Ketimpangan Akses Terhadap Informasi

Di poin ini, mari melihat bagaimana perempuan diwakili dalam budaya popular dari aspek literasi. Hal yang dipertimbangkan dari beberapa  hal  seperti seberapa besar tingkat baca perempuan jika dibandingkan dengan laki laki? Apa yang biasa di baca atau di tonton oleh perempuan? Bagaimana perempuan pada umumnya menggunakan internet?  Berdasarkan data BPS, kemampuan literasi perempuan cenderung lebih kecil dibandingkan dengan laki-laki. 

Selain itu, data di BPS juga menunjukkan bahwa kemampuan literasi perempuan pada kawasan kota lebih tinggi dibandingkan di pedesaan. Hal ini juga disebabkan karena adanya akses terbatas di kawasan pedesaan untuk mengakses produk literasi," kata Ifa Puspasari PhD, Dosen Teknik Kimia FTI UII, dalam webinar dengan topik Promoting Women in Science, Selasa (15/9/2020).

Selain itu, yang biasa di baca oleh perempuan juga tentunya berbeda dengan apa yang biasa di baca oleh laki-laki. Perempuan cenderung membaca novel, majalah tentang fashion, kecantikan dan topik topik feminisme lainnya. Mereka juga sering membaca buku resep memasak atau buku tutorial make-up.  

Selain itu yang biasa ditonton oleh perempuan juga berbeda dari apa yang biasa ditonton oleh laki-laki. Perempuan cenderung menonton acara masak-masak. Acara fashion. K- Drama, tutorial memasak, sinetron. Sedangkan laki-laki biasanya menonton acara berita, pertandingan berbau sport seperti sepak bola, balapan dll.

Perempuan dalam Narasi Seksis dan Bias Gender

 Isu perempuan dalam kehidupan sosial bisa dikatakan sebagai isu yang bukan "marketable" atau di golongkan sebagai isu marjinal dalam masyarakat. Berita KDRT dan kekerasan seksual juga masih menjadi berita ringan di tengah masyarakat. Bahkan saat in, masih ada pandangan untuk menyalahkan perempuan ketika terjadi pelecehan seksual dengan mengonsumsi banyak opini yang menyudutkan perempuan itu sendiri. Contohnya adalah " mungkin bajumu terlalu seksi", "makanya jangan jalan malam-malam", "makanya jangan berteman dengan teman cowok". 

Komentar-komentar seperti ini menunjukkan seolah-olah  perempuan yang adalah korban merupakan yang bersalah. Negara dan Lembaga kemasyarakatan sering kali mengedukasi perempuan untuk menjaga diri, namun jarang memberikan edukasi mental kepada orang-orang yang berpotensi melakukan kekerasan seksual. Masalah- masalah yang dihadapi perempuan dalam kehidupan sosial masih menjadi nomor dua. 

Sejarah atau pencapaian perempuan akan dipublikasikan apabila melakukan hal yang seharusnya dilakukan perempuan, atau dianggap bernilai ketika melakukan peran "maskulin". Contohnya adalah presiden perempuan pertama di Indonesia, Ibu Megawati  Soekarnoputri, atau tokoh tokoh perempuan  yang berperan sebagai menteri di Indonesia dan tokoh perempuan lainnya yang mempunya ruang di sektor politik.

Selain itu, ada juga politik Bahasa yang mempengaruhi cara pandang kita terhadap gender khususnya perempuan. Contohnya adalah adanya diksi yang bias gender seperti perempuan genit, seksi dan menolak patuh. Kasus gender tradisionalisme masih marak terjadi di mana masih banyak pandangan bahwa perempuan sebagai pelayan seks. Yang di soroti adalah perempuan sebagai pelayan seks bukan laki-laki yang mendatangi pelayan tersebut.  Politik Bahasa inilah yang membentuk stereotip masyarakat akan perempuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun