Acara puncak pemilihan kepala daerah di Indonesia pada 2020 tinggal menghitung hari. Pilkada itu digelar secara serentak untuk daerah-daerah yang masa jabatan kepala daerahnya berakhir pada 2021.
Sistem pilkada serentak seperti yang berlangsung pada 2020 ini merupakan yang ketiga kalinya diselenggarakan di Indonesia. Namun penyelenggaraan pesta demokrasi kali ini bisa disebut yang paling berat, paling menantang, dan cenderung 'menyerempet-nyerempet bahaya'.
Sebutan paling berat dan menantang yang disematkan pada pilkada 2020, rasanya sangat sulit dibantah. Pasalnya, bayang-bayang wabah Covid-19 terus menghantui pelaksanaan pesta rakyat yang sangat ditunggu-tunggu ini. Angka harian pertambahan kasus positif Covid 19 kian hari kian melonjak di kisaran 2.000-3.000-an kasus.
Lonjakan angka kasus positif ini mau tak mau membuat banyak daerah pemilihan dimasukkan dalam kategori merah alias berbahaya bagi penularan virus penyebab Covid-19.Â
Padahal, protokol kesehatan yang ditetapkan Gugus Tugas Covid-19 menafikan adanya kerumunan massa, arak-arakan, serta keharusan menjaga jarak satu sama lain.Â
Hal yang secara harfiah sangat bertolak belakang dengan tradisi pesta demokrasi yang selalu diwarnai dengan semangat berkumpul dalam suasana gegap gempita, semangat tinggi, dan tidak berjarak sebagai simbol soliditas kelompok kekuatan politik.
Kewajiban memakai masker adalah soal lain yang sangat berlawanan dengan suara hati para politisi. Tatapan mata dan mimik muka, serta ekspresi wajah saat seorang calon pemimpin berkomunikasi dengan massa pendukungnya, adalah hal yang sulit untuk ditiadakan.Â
Tak heran jika Presiden Amerika Serikat Donald Trump begitu enggan memakai masker kendati angka kasus positif Covid-19 dan kematian tertinggi di dunia dicatatkan oleh negeri itu.
Presiden Brazil Jair Bolsonaro bahkan tetap menolak memakai masker sampai hari ini meskipun dirinya pernah dinyatakan positif Covid-19 dan harus menjalani perawatan intensif. Jair pada banyak kesempatan, tetap menyapa masa pendukungnya dengan gaya sangat hangat, dekat, dan tanpa masker.
Tantangan yang tak kalah serius bagi Pilkada serentak kali ini adalah perhelatan harus digelar di tengah ancaman bayang-bayang resesi ekonomi yang diperkirakan akan sangat dalam.Â
Ancaman resesi tergambar pada pertumbuhan ekonomi nasional kuartal kedua yang mengalami kontraksi sebesar 5,32 persen atau tumbuh minus 5,32 persen. Pada kuartal pertama, kontraksi yang terjadi baru sebesar 2, 97 persen. Kondisi ini disebut sebagai yang paling buruk sejak 1999.