PANDEMI Covid-19 telah merubah tatanan kehidupan manusia secara REVOLUSIONER. Perubahan paling mencolok ialah bagaimana menjalani kehidupan sosial dan menggerakkan roda perekonomian.
Ketergantungan masyarakat terhadap kecanggihan tekonologi digital dalam menjalani kehidupan sosial dan ekonomi disesuaikan dengan tatanan protokol kesehatan yang ditetapkan WHO.
Memang sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia, revolusi industri 4.0 telah menggiring perilaku kehidupan manusia yang lebih mengandalkan kecanggihan teknologi. Sejak Covid-19 mewabah, manusia secara alamiah menjalani kehidupannya dengan memanfaatkan berbagai fasilitas teknologi yang sedang digandrungi dunia.
Belanja online, mau makan juga pesan online. Kegiatan belajar mengajar juga online, bekerja pun juga demikian: bisa work from home, berkolaborasi, meeting melalui layanan video call, pun demikian dengan kegiatan keagaamaan tidak lagi berlangsung di rumah ibadah. Semuanya berlangsung secara online.
Masa pandemi dengan berbagai tuntutan physical distancing dan sejumlah protokol kesehatan telah melahirkan perilaku konsumen baru, tetapi di satu sisi ternyata membuka peluang di sektor bisnis perbankan dan jasa keuangan untuk memacu pemasaran.
Sekarang juga merupakan saat yang tepat bagi bisnis kuliner, kebutuhan rumah tangga, farmasi, perangkat IT untuk support video call, perbankan, finansial, dan servis keuangan untuk melakukan pemasaran. Para pemain di industri tersebut, dapat memanfaatkan ruang digital untuk melakukan promosi kepada pengguna loyal, bahkan menjangkau pengguna baru.
Pada saat seperti ini, mayoritas masyarakat cenderung memilih transaksi non tunai untuk menghindari penularan Covid-19. Pandemi ini juga menyebabkan kepanikan di pasar keuangan.
Banyak industri yang merasakan dampak dari situasi ini, misalnya pariwisata yang tentu saja juga berdampak terhadap hotel, travel, makanan dan minuman, serta hiburan.
Akibat jarangnya orang berpergian, kendaraan mereka lebih banyak tidak terpakai, sehingga industri otomotif juga terpukul.
Sektor lain yang secara tidak langsung juga terdampak ialah sektor pertambangan. Meskipun tidak mengganggu operasional produksi, namun kegiatan logistik pengiriman hasil tambang akan terganggu dengan aturan PSBB di sejumlah daerah.
Bahkan beberapa emiten memilih untuk merevisi anggaran belanja modal atawa capital expenditure (capex) untuk tahun 2020.
Dalam situasi seperti ini, banyak perusahaan dan brand 'puasa' pemasaran sementara waktu. Beberapa bahkan mengerem operasional hingga situasi mulai normal dan terkendali. Hal ini berakibat menurunnya aktivitas pemasaran secara umum.
Di balik itu semua,  perusahaan bisa menciptakan peluang dari situasi tersebut untuk membentuk kebiasaan baru, serta mengonversi channel komunikasi dan pemasarannya ke media digital. Kebiasaan baru atau new normal yang secara alamiah terbentuk ini akan tetap bertahan meskipun situasi kembali normal.
Minat belanja masyarakat Indonesia tidak hilang, apalagi bagi kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi. Terutama belanja online yang justru tumbuh pesat selama masa anomali seperti ini. Tutupnya hampir seluruh pusat perbelanjaan, belanja daring jadi pilihan utama memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari kuliner, hobi, hingga kebutuhan rumah tangga.
Melihat minat belanja yang tetap tinggi, hal ini membuka peluang bagi bisnis perbankan, finansial, dan servis keuangan lainnya. Apalagi, beberapa platform jual beli online menganjurkan pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi secara cashless dengan memanfaatkan servis pembayaran seperti kartu kredit atau e-banking
Jadi, ini momentum tepat bagi sektor perbankan, finansial, dan jasa keuangan untuk menggenjot pemasaran. Dorongan untuk melakukan physical distancing membuat aktivitas masyarakat berkurang.
Bisnis maskapai penerbangan juga anjlok. Selain ada aturan membatasi perjalanan ke luar negeri maupun dalam negeri, masyarakat juga takut untuk berpergian menggunakan transportasi umum seperti pesawat.
Selain itu, sektor ritel juga berdampak, dimana aktivitas pusat perbelanjaan berkurang drastis. Sejumlah mal besar di seluruh Indonesia rata-rata mengurangi aktivitasnya bahkan ada yang menutup total operasionalnya. Hanya beberapa gerai rumah makan yang buka dan itu tidak boleh makan di tempat atau harus take away.
COVID-19 mengubah kehidupan kita. Dalam situasi ini, kita lebih memilih berdiam di rumah ketimbang hang out. Physical distancing juga membuat kita memilih berlama-lama di ruang digital baik untuk bekerja, berkomunikasi, belanja, atau sekadar mencari hiburan.
Di Indonesia, situasi pandemi dan physical distancing memunculkan beberapa perilaku baru, misalnya, pembeli yang telah beradaptasi dengan kondisi kekinian dan pekerja professional yang bekerja di rumah. Kedua kebiasaan tersebut menciptakan peluang bisnis bagi perangkat sistem aplikasi baik software maupun hardware pendukung yang paling banyak digunakan masyarakat terutama kelompok menengah dan atas atas kebutuhan work from home, belajar di rumah maupun bagi para seniman atau musisi bisa pentas seni online.
Terkait dengan tipe pembeli yang adaptif, sejak physical distancing merebak, penggunaan aplikasi belanja mengalami kenaikan drastis.
Aplikasi yang banyak digunakan adalah aplikasi belanja yang menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari serta aplikasi khusus jual beli barang bekas.
Masyarakat Indonesia, terutama kelas menengah dan atas, telah beradaptasi dengan dunia baru ini. Mereka memilih cara-cara baru untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
Sementara itu, bagi sebagian besar pekerja di Indonesia bekerja dari rumah sama seperti bekerja pada situasi normal. Mereka tetap melakukan pekerjaan, kolaborasi, komunikasi, dan meeting seperti biasa. Namun, semua pekerjaan dilakukan di rumah dengan bantuan aplikasi yang menunjang produktivitas kerja.
Sejumlah riset mencatat terjadi peningkatan penggunaan aplikasi produktivitas. Aplikasi yang paling banyak digunakan adalah perekam tampilan layar video meeting yang sedang berlangsung dan anti-virus.
Setiap orang beradaptasi dan merespon krisis dengan caranya masing-masing. Ini yang menyebabkan perbedaan krisis di Indonesia dengan negara Asia Tenggara lainnya. Masyarakat Indonesia jika diperhatikan sangat cepat beradaptasi untuk memenuhi kebutuhannya dan berusaha tetap produktif meskipun tetap konsumtif.
Melihat potensi itu, setiap merek harus tetap menyiasati strategi komunikasi pemasaran yang tepat untuk menjaga posisi sebuah brand di benak konsumen. Dengan tetap menjaga posisi tersebut, akan lebih mudah bagi brand atau perusahaan untuk melakukan pemulihan bisnis pada saat situasi kembali normal.
Karena itu, pandemi ini justru menjadi peluang besar bagi konsultan pemasaran digital yang membantu brand mengenali perilaku konsumennya. Dengan mesin artificial intelligent atau kecerdasan buatan,
Konsultan Pemasaran Digital menawarkan produk insights, analisis, dan solusi yang dapat dikembangkan menjadi rencana pemasaran digital. Mengingat data perubahan perilaku konsumen sangat dibutuhkan sejumlah perusahaan dalam memetakan keinginan masyarakat. Dengan harapan, brand tetap dapat melakukan komunikasi pemasaran di tengah situasi pandemi.
Di sisi lain, karena Covid-19, industri kesehatan dan farmasi semakin menggeliat seiring kebutuhan orang akan hidup sehat meningkat.
Singkat kata, pola hidup yang terdistrak secara drastis ini menandakan perubahan zaman adalah sebuah keniscayaan. Dan siapa yang siap dan cepat beradaptasi menghadapi segala perubahan zaman itu, maka dialah yang akan tetap bertahan dan menjadi pemenang.
Dari sejumlah perubahan itu, ada sejumlah hal positif yang bisa kita syukuri. Beberapa diantaranya seperti adanya penurunan drastis polusi udara di sejumlah kota besar di dunia. Langit terlihat lebih cerah dan udara lebih bersih. Selain itu, masyarakat jadi lebih peduli terhadap pola hidup sehat dan bersih. Menggunakan masker telah menjadi gaya hidup dan tren fashion. Orang jadi lebih rajin cuci tangan, tidak batuk dan bersin sembarangan.
Semoga pandemi ini segera berlalu. Dan seluruh aktivitas kembali normal. Perekonomian menggeliat lagi, kita bisa bekerja di kantor, belajar di sekolah dan beribadah lagi di masjid atau rumah ibadah lain dengan tanpa ketakutan.
OLEH: Reza Fahlevi, S.IP - Direktur Eksekutif The Jakarta Institute
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H