Mohon tunggu...
Kavin Ashfiya
Kavin Ashfiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

pengkaji filsafat, bahasa, dan agama

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Konsep Filsafat Eksistensialisme Sartre dan Sikap Kehidupannya

1 Maret 2023   20:20 Diperbarui: 1 Maret 2023   21:55 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Pemikirannya ini terealisasi pada sikapnya yang selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Contohnya sebelum perang dunia kedua ia sangat sibuk dengan kebebasan individualnya (belajar dan menulis) sehingga tak begitu peduli dengan apa yang sedang orang lain alami. Akan tetapi sikapnya berubah tatkala sesudah perang dunia kedua, ia mulai sibuk dengan kebebasan sosial. Sikapnya tersebut menampakkan diri seakan kita sedang berhadapan dengan dua Sartre di waktu yang berbeda.

Sartre pada tahun 1954 juga pernah membela habis habisan partai kiri (terutama komunis prancis) dan memuja rezim diktator Stalin dengan menulis dukungannya di harian Liberation. Akan tetapi pada tahun 1956 setelah USSR menyerang Hongaria Sartre baru menyadari bahwa ia telah membela rezim yang salah. Kontingensi sikap Sartre sangatlah membingungkan, entah apakah dia bersikap dengan kontingensi kebebasanya ataukah menurut Sartre sikapnya haruslah lentur dihadapan keadaan yang berbeda-beda.

Selanjutnya adalah pour-soi (eksistensi) dan l'autre (yang lain). Menurut Sartre eksistensi manusia sebagai pour-soi dalam menentukan esensi dirinya tidak boleh terpengaruh oleh pandangan orang lain(l'autre), karena pandangan orang lain adalah objektivasi terhadap subjek yang memiliki kesadaran akan kebebasan dirinya, sehingga manusia dalam menentukan esensi dirinya haruslah menentukan sendiri dengan kebebasannya tanpa campur aduk pandangan orang lain. Campur aduk pandangan orang lain dengan kesadaran subjek kebebasan akan menimbulkan suatu esensi kontradiktif, di satu sisi manusia adalah subjek kebebasan akan tetapi di sisi lain kebebasannya direnggut oleh tatapan orang lain, dan menurut Sartre kesadaran manusia dihadapan tatapan manusia lain memiliki dua pilihan: pertama, menerima pandangan orang lain secara pasif; kedua, memberontak terhadap pandangan orang lain, dan menururt Sartre kesadaran manusia akan selalu menidak terhadap cengkraman tatapan orang lain.

Konsep ini datang dari kesadaran diri Sartre atas kebebasannya yang menidak terhadap objektivasi orang lain yang menganggapnya jelek dan bodoh. Sartre menganggap objektivasi tersebut sebagai penyebab kejatuhan dirinya yang menerima pandangan orang lain (l'autre) dalam menentukan esensi dirinya.

Konsep tersebut juga menjadi dasar atas ketidakpastian sikap Sartre dalam politik dan pasangan wanitanya. Dengan prinsip eksistensialismenya tersebut secara inklusif ia juga memandang bahwa komitmen untuk konsisten dan janji hanyalah sebuah kebohongan, karena hasil keputusan dari kebebasan manusia sangatlah tidak mendasar dan tidak ada jaminan mutlak untuk konsisten pada suatu pendirian yang sama. Sekian terimakasih.

Referensi:
Setyo Wibowo, Augustinus (2011) Filsafat Eksistensialisme Jean-Paul Sartre. Pustaka Filsafat . Penerbit PT Kanisius, Yogyakarta. ISBN 978-979-21-3070-6

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun