Dalam perjalanan hidup seorang ibu, ada cinta yang tak terucap dan luka yang tak terlihat. Di balik senyum lembutnya yang selalu menghiasi wajah, tersembunyi luka batin yang mendalam, luka yang tak pernah ia bagi, bahkan pada anaknya yang paling ia cintai.
Setiap pagi, ketika matahari terbit, si ibu bangun dengan kekuatan yang luar biasa. Wajahnya selalu cerah, meski hatinya penuh dengan duka yang ia sembunyikan rapat-rapat. Di depan anaknya, ia adalah sosok yang tak pernah lelah, tak pernah menangis, tak pernah menunjukkan kelemahannya. Setiap pelukan hangat yang ia berikan adalah cerminan cintanya yang tak tergoyahkan, meskipun hatinya bergetar menahan kesedihan.
Malam-malam panjang berlalu, si ibu merenung sendiri dalam keheningan. Ia tahu, luka batin itu semakin dalam, tetapi ia tak ingin anaknya tahu. Baginya, kebahagiaan anaknya jauh lebih penting daripada luka yang ia rasakan. Setiap kali anaknya bertanya, "Ibu, apakah ibu baik-baik saja?" Ia hanya tersenyum dan menjawab, "Ibu baik, nak. Jangan khawatir."
Di setiap langkah hidup anaknya, ibu terus ada dan menjadi kekuatan yang tak terlihat, tapi selalu hadir. Meski sering kali hatinya teriris oleh kehilangan, kekecewaan, atau kesepian, ia selalu memastikan bahwa anaknya tumbuh tanpa rasa khawatir, tanpa beban dari luka yang ia pendam.
Hingga akhirnya, pada suatu hari, sang ibu perlahan meninggalkan dunia ini. Dia pergi dengan senyum yang sama, meninggalkan kenangan yang indah bagi anaknya. Namun, di balik senyumnya yang tenang, luka batin yang selama ini ia bawa ikut pergi bersamanya. Ia memilih untuk menanggung semua itu sendiri, agar anaknya tak pernah merasakan pedih yang ia rasakan.
Cinta ibu itu dalam, begitu dalam hingga ia rela menutupi kesakitannya demi senyum bahagia anaknya. Dan meski ia tak lagi ada, cintanya tetap hidup dalam setiap kenangan, setiap pelukan hangat, dan setiap senyum yang ia tinggalkan.
So Temen Temen yang masih punya ibu,coba deh luangkan waktu untuknya, sebelum semuanya terlambat.
# kata dhiar