Mohon tunggu...
dinda arifha
dinda arifha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Digital Creator

Semoga tulisanku bermanfaat untuk mu, untuk ku, dan untuk kita semua.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menangani Korban Kekerasan Seksual

18 Januari 2022   20:00 Diperbarui: 19 Januari 2022   19:06 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Korban Kekerasan Seksual (Sumber Ilustrasi: Klikdokter.com)

Salatiga, Belakangan ini jagat maya tengah dihebohkan dengan munculnya berbagai macam berita tentang pelecehan seksual dan kekerasan seksual. 

Berita ini muncul pertama kali ketika terdapat seorang mahasiswi yang melakukan bunuh diri setelah di perkosa oleh sang pacar yang merupakan anggota kepolisian. 

Kemudian di susul dengan berita santriwati yang diperkosa hingga hamil dan melahirkan. Kejadian ini cukup menarik perhatian di karena pelaku merupakan orang yang seharusnya mengayomi tapi malah menyakiti.

Tentu saja para korban yang mengalami hal ini memerlukan pendampingan khusus untuk kembali memulihkan mental dan keadaan psikologisnya. Akan tetapi, masih terdapat beberapa juga yang menyalahkan korban akan kejadian ini sehingga membuat korban menjadi bertambah trauma berat.

Keluarga, orang terdekat korban juga dapat berperan aktif dalam melakukan upaya pemulihan kepada korban. Namun, masih banyak juga yang salah dalam menanggapi hal tersebut. 

Berikut penulis paparkan beberapa hal yang harus kita lakukan sebagai orang terdekat korban kekerasan seksual:

  1. Beri korban pendampingan

Tak khayal setelah kejadian tersebut korban merasa takut untuk bertemu orang banyak dikarenakan masih terdapat nya rasa trauma yang korban rasakan. Kita sebagai orang terdekat korban haruslah memberikan pendampingan terus, bisa dengan meluangkan waktu kita untuk sekedar berbincang atau bercanda. Hal ini bertujuan agar korban merasa lebih tenang.

2. Dengarkan 

Terkadang korban kekerasan seksual ingin bercerita tentang apa yang dia rasakan kepada orang lain, akan tetapi sering kali diurungkan karena mereka takut akan disalahkan dan di cap buruk. Hal ini tentu saja akan berpengaruh kepada kondisi psikologis korban kedepannya. 

Apabila anda salah satu orang terdekat dari korban kekerasan seksual cukup dengarkan saja ketika mereka menceritakan apa yang terjadi, dan menceritakan apa yang mereka rasakan, lantas berikan kalimat positif atau kalimat dukungan agar korban merasa bahwa dirinya masih di cintai oleh orang lain.

3. Pendampingan oleh ahlinya

Walaupun kita telah melakukan apa yang kita bisa untuk membantu korban, tetapi tetaplah beri mereka pendampingan dari ahlinya, bisa psikolog atau psikiater. Hal ini harus dilakukan karena terdapat beberapa korban yang masih takut untuk bercerita kepada orang lain dan juga untuk mengetahui bagaiaman keadaan psikolgis korbanya. 

Dan selain itu juga, kita juga akan mendapat saran atau masukan dari psikolog atau psikiater tersebut mengenai hal-hal apa saja yang mungkin terjadi kepada korban kedepannya, dan juga sikap atau tindakan apa yang seharusnya kita ambil.

Pendampingan dari ahlinya ini sangatlah penting untuk kesehatan mental korban kedepannya, karena kita tidak pernah tahu apa yang terbesit di dalam fikiran korban. Jangan sampai korban malah melakukan bunuh diri.

4. Beri pendampingan hukum

Banyak sekali kasus yang mana setelah berita ini terangkat dan korban bercerita dan menyebutkan nama pelaku malah di laporkan balik dengan tuduhan pencemaran nama baik. Bahkan terkadang korban di tuduh berbohong karena tidak menyertakan bukti. 

Berilah pendampingan hukum kepada korban, apabila sewaktu-waktu korban ingin kasus ini dibawah ke ranah hukum semua telah dipersiapkan, dan korban pun juga telah siap akan mentalnya.

Itulah beberapa hal yang penulis dapat sampaikan, agar kita dapat mengetahui apa saja yang perlu kita lakukan kepada korban kekerasan seksual.

Acapkali korban kekerasan seksual enggan bercerita karena mereka takut disalahkan. Apalagi di Indonesia sendiri masih banyak orang-orang yang menyalahkan korban dengan menuding menggoda dengan gaya pakaiannya, dengan gaya berjalannya, atau bahkan yang lain. Hal ini tentu saja tidak sejalan dengan apa yang terjadi, bahwa itu bukanlah salah korban.

Marilah kita benahi tentang cara berfikir kita, bahwa pemerkosaan, pelecehan seksual, bahkan kekerasan seksual bukan lah salah korban. Mereka tidak bersalah akan hal ini. Dan tentu saja mereka membutuhkan pembelan dari kita semua.

Semoga dengan adanya artikel ini membuat kita lebih terbuka lagi kepada korban dan serta merta dapat mengubah pola fikir kita.

Demikianlah sedikit artikel yang penulis dapat sampaikan. Semoga dapat bermanfaat pada kita semua. 

Apabila terdapat kesalahan mohon sertakan kritik dan saran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun