Mohon tunggu...
dunia kata
dunia kata Mohon Tunggu... -

kata mengubah dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Ariel, Izinkan Kutonton Video Itu"

24 Juni 2010   06:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:19 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_176100" align="alignleft" width="300" caption="Foto: files.myopera.com"][/caption] Ini hari-hari yang berat bagi Ariel Peterpan dalam menghadapi tuntutan hukum akibat statusnya sebagai tersangka, dan kini ia dikabarkan sudah ditahan. Sebelumnya, melalui media massa dan media blog serta media jalanan Ariel sudah sangat lelah dengan "hukuman" sosial yang terus saja menimpanya. Sementara itu, ada banyak orang yang menikmati apa yang dulu dan kini masih disebut video mesum mirip ariel, luna, dan tari. Dan kadang aku pun tergoda untuk bisa menontonnya. Tapi untuk apa? Menikmati percintaan mereka yang mirip itu? Belajar seks dari video yang ada? Atau, ingin ambil bagian dari keramaian kasus yang sempat menarik perhatian presiden ini? Dan, mengingat kasus Ariel saat ini haruskah aku meminta izin kepada Ariel agar bisa ikut menontonnya? Inilah pertarungan batinku ditengah lingkungan yang terus saja menempatkan kasus Ariel sebagai topik perbincangan, gosip, diskusi, dan debat dalam berbagai ragam intonasi dan interestnya. Diam saja bingung, ikut komentar bingung, mengumpat juga tak tahu harus mengatakan apa karena aku belum menontonnya dan sekaligus tidak tahu pasti benarkah itu Ariel, Luna, dan Tari. Dan kalaupun benar itu mereka. Aku bisa apa? Bisa ikut mengecam? Kenapa aku harus mengecam mereka? Agar menjadi sama dengan rekan-rekan lainnya yang sudah ikut memberi kecaman? Mengapa mereka saja sementara mereka yang terdahulu juga melakukan hal yang sama sudah berlalu begitu saja. Lantas bagaimana dengan perilaku remaja yang sudah sangat dasyat dengan mesum? Begitu diketik gadis dan atau perempuan di internet bukan lagi ilmu pengetahuan yang di dapat melainkan sudah lebih banyak informasi soal mesum. Kadang aku terpikir, mestinya kasus "mirip" ini tidak diposisikan sebagai bahan untuk memperberat tekanan bagi pelakunya jika benar adanya. Biarlah aparat hukum yang bertindak untuk itu sesuai dengan aturan yang ada. Dan jika pun aturan yang ada belum merefleksikan penguatan jatidiri bangsa maka kasus ini hendaknya menyadarkan kelembagaan sosial, agama, budaya, pendidikan, dan informasi serta perwakilan untuk memimpin dan melakukan satu gerakan rekontruksi moral disemua pihak yang mampu mengajak dan mendorong semua warga negara untuk mau kembali ke jalan hidup ketimuran yang mengindahkan kaedah-kaedah agama dan jati diri bangsa. Jangan sampailah ada kalimat candaan se ekstrem ini:  "Stop jalan ke surga bagi warga Indonesia. Silahkan ke neraka." "Ariel, izinkan ku tonton video-video lagumu yang mengetarkan jiwaku ya." Salam Kompasiana KATA "Kata yang bijak lebih kuat helaannya ke kebajikan ketimbang kata yang galak."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun