Mohon tunggu...
dunia kata
dunia kata Mohon Tunggu... -

kata mengubah dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membuang Kata Indonesia

15 Juni 2010   02:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:32 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_167278" align="alignleft" width="238" caption="Sumber: t2.gstatic.com"][/caption] Apakah sudah saatnya kata Indonesia dibuang saja dalam khazanah tutur kata kita dan menggantikannya dengan nusantara atau cukup saja sekedar nama daerah masing-masing? Sepertinya begitu. Nama ini sepertinya tidak mendapat percikan air bertuah kala ditabalkan sebagai identitas persatuan segenap daerah-daerah sehingga sampai saat ini kehendak persatuan untuk kemakmuran dan kesejahteraan tidak juga kunjung mendekat. Apakah sudah saatnya kata Indonesia dibuang saja dalam khazanah tutur kata kita dan menggantikannya dengan nusantara atau cukup saja sekedar nama daerah masing-masing? Dengan nama ini kejayaan justru datang kala tangan besi memerintah. Begitu hebatnya hingga sang pemimpin kita bisa dengan lantang berteriak "gayang malaysia" satu negeri tetangga yang dulu kabarnya kita bantu namun kini malah menjadi tempat anak-anak Indonesia mengais rezeki diantara bayang-bayang kekerasan. Lalu, sesekali kita sebut sebagai "pencuri" harta budaya nusantara. Apakah sudah saatnya kata Indonesia dibuang saja dalam khazanah tutur kata kita dan menggantikannya dengan nusantara atau cukup saja sekedar nama daerah masing-masing? Atasnama kata ini juga negeri kita berjaya bahkan menjadi contoh banyak negara dalam soal kependudukan. Namun sayang itu semua dicapai dengan tangan besi sehingga dengan main keroyokan kita turunkan dia ditengah jalan untuk apa yang kita sebut menuju jalan baru, reformasi. Namun, dengan nama ini ternyata bukan jalur kesejahteraan yang kita tuju melainkan jalur buka aib (pornografi-pornoaksi), buka laci (korupsi), buka topi (menjatuhkan), buka sepatu (memiskinkan), buka baju (listrik padam) yang justru kita dapati. Apakah sudah saatnya kata Indonesia dibuang saja dalam khazanah tutur kata kita dan menggantikannya dengan nusantara atau cukup saja sekedar nama daerah masing-masing? Hampir setiap saat hujatan muncul, penelanjangan masalah terjadi, kemarahan diumbar dan pada saat yang sama kebijakan dan perundangan di susun, birokrasi di tata, dan palu sidang di ketok namun satu masalah muncul (yang katanya sudah ada solusi) muncul lagi masalah baru. Akhirnya, kita hanya bisa berkata bahwa selama hidup masih terus berlangsung maka masalahpun akan terus ada. Kita tidak pernah bisa mengatakan "bangsa ini mengandung begitu banyak peluang dan sedikit saja masalah yang nyaris tidak terlihat karena bangsa ini lebih senang bicara soal peluang." Apakah sudah saatnya kata Indonesia dibuang saja dalam khazanah tutur kata kita dan menggantikannya dengan nusantara atau cukup saja sekedar nama daerah masing-masing? Jangan ya? Dan, kita bisa ya menjadi bangsa yang cerdas melihat peluang untuk memastikan masalah yang ada tidak sampai membunuh karakter kita sebagai bangsa yang inspiratif. Iya....tidak...iya...tidak...iya.... Salam Kompasiana KATA Kata bisa mengubah suasana batin kita

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun