Berikut kumpulan pernyataan Menpora dalam rangka “menyelesaikan” kisruh PSSI, dalam beberapa kesempatan pertama setelah dilantik jadi Menpora beliau menyatakan akan berdiri di tengah-tengah pihak yang berseteru, selamat membandingkan :
SANKSI PSSI TERHADAP PEMAIN YANG MENOLAK GABUNG KE TIMNAS
"Ini masa sulit bagi para atlet. Karena apapun bisa dilakukan salah satu kelompok. Saya tidak bisa intervensi ke hal yang mikro. Karena nanti saya dianggap membela satu kelompok tertentu, (Perhatikan kalimat cetak miring tebal, PSSI sebagai federasi sah ternyata tidak dianggap dan disejajarkan dengan organisasi tanpa badan hukum KPSI, Roy juga menegaskan tidak bisa mencampuri hal yang berbau mikro tapi nyatanya sekarang urusan pemain nasional pun beliau campuri termasuk penentuan voters solo yang katanya carateker boleh datang sebagai penggembira saja bahkan sampai mencampuri proses pemanggilan pemain ke timnas menghadapi Arab Saudi). Roy meminta kepada para pemain yang terkena hukuman agar tetap bermain dan mengabaikan sanksi. "Pemain itu fight saja. Tetap bermain saja seperti tidak ada sanksi. Sanksi ini dijatuhkan dari satu kubu. Namun, jika nanti sudah ada perombakan tentu akan lain cerita. Saya membesarkan hati para pemain, badai pasti berlalu," kata Roy. (Viva Bola 22 Januari 2013). Pernyataan cetak tebal miring itu adalah pelecehan terhadap federasi sah yang sedang menjalankan fungsi dan kewenangannya.
Bagaimana sikap klub yang di sanksi? :
Setiap surat atau faksimile dari PSSI yang di kirim ke sekretariat Sriwijaya FC, langsung dibuang ke tong sampah. Semua surat dari PSSI, tidak digubris oleh manajemen klub tersebut. Setidaknya demikian diungkapkan Direktur Teknik dan SDM Sriwijaya FC, Hendri Zainuddin, kepada Sriwijaya Post (Tribunnews.com Network), Selasa (22/01/2013).
Terlihat ada kesamaan sikap dan tindakan Menpora dan kubu KPSI memang tidak menganggap PSSI sebagai organisasi yang sah.
PERNYATAAN PEMBUBARAN ISL
"Saya meminta agar Liga Prima segera dipastikan dan Pak Djohar menyanggupi, Kalau itu berjalan saya bisa membubarkan liga yang mungkin dianggap tidak prosedural," kata Roy Suryo usai bertemu dengan PSSI seperti dalam wawancara Metro TV, Senin (04/02/2013).
Reaksi KPSI muncul malam hari :
Harbiansyah Hanafiah, petinggi KPSI mengeluarkan ancaman akan terjadi kerusuhan. “Terserah Menteri saja lah. Kalau mau dibubarkan, ya dibubarkan,” (Bola.net, Senin malam (04/2)). “Tapi, pemerintah harus tanggung jawab dengan segala hal yang timbul setelah pembubaran itu.”
Bagaimana reaksi Roy Suryo tentang penolakan bernada ancaman itu? :
Setelah diancam dan didatangi perwakilan KPSI Bukannya marah dan segera pasang wibawa sebagai pemerintah Menpora malah menganulir ucapannya “Saya tidak akan menghentikan kompetisi yang sudah berjalan (ISL) meskipun katakanlah kompetisi itu tidak sesuai aturan yang di PSSI” (Bola.net).
STATUS KONGRES 17 MARET
Terkait Status Kongres 17 Maret Menpora pada awalnya mengatakan bahwa itu adalah Kongres Biasa yang bisa saja ditambahkan agenda, tapi setelah Surat FIFA datang memperjelas status Kongres adalah Kongres Luar Biasa maka Menpora pun membenarkannya :
"Status kongres luar biasa ditulis FIFA dalam surat tertanggal 22 Februari 2013. FIFA menegaskan kongres 17 Maret bukan kongres biasa, tapi kongres luar biasa. Ini disebabkan waktu pelaksanaannya kurang lebih empat pekan persiapan," jelas Roy, Senin (Liputan 6.com 25/2/13).
Tapi kemudia La Nyalla Meradang :
"Kalau nanti statusnya KLB, itu tetap akan menimbulkan masalah juga. Dualisme akan jalan terus, berarti tidak menyelesaikan permasalahan. Jadi, siapa yang menyimpang? Bukan saya, kan. Kalau disuruh kongres biasa, tentu saya akan menjalankan itu. KPSI sendiri akan bubar setelah kongres biasa karena itu ditulis dalam MoU," kata La Nyalla, Senin
"Artinya, sekarang FIFA yang melanggar kesepakatan. Jadi, jangan salahkan kami kalau KPSI jalan terus. KLB bukan amanat MoU," ujarnya.
Atas masalah ini, La Nyalla berharap agar Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo dapat kembali menyurati FIFA dan mengingatkan FIFA perihal pelaksanaan KLB yang telah diutarakan sebelumnya. Ia mengatakan, sudah menjadi tugas Menpora untuk menyurati FIFA dan meluruskan hal tersebut. (Kompas.com 25/2/2013)
Dan gayung pun bersambut Menpora segera mengirim surat :
“Saya sudah mengirimkan surat kepada FIFA untuk mempertanyakan maksud dari surat FIFA yang dikirimkan kepada saya kemarin. Di dalam surat pertama tidak disebut mengenai kongres, tetapi di surat elektronik terakhir yang saya terima itu disebut Luar Biasa. Saya menanyakan apakah status Luar Biasa itu menyangkut sifat atau pelaksanaannya,” ujar Roy (Liputan 6.com 26/2/2013)
Bayangkan sampai Menpora harus merendahkan kemampuan intelektualnya dalam berorganisasi dengan mencoba membagi KLB menjadi KLB SIFAT atau KLB WAKTU, bahkan tanpa perlu merasa malu berkirim surat berulang-ulang untuk sesuatu yang sudah jelas demi La Nyalla dan KPSI.
Bahkan sampai surat FIFA turun dan sekali lagi memperkuat (dengan menggaris bawahi) bahwa kongres 17 Maret adalah KLB Menpora masih memberikan cela untuk menambahkan agenda :
Ditambahkan Roy, diubahnya status Kongres menjadi KLB tidak menutup kemungkinan adanya agenda di luar empat agenda yang telah disepakati dalam Memorandum of Understanding (MoU) di Kuala Lumpur, Malaysia, tahun lalu.
"Tapi jangan lupa, bahwa diantara agenda-agenda yang ada itu, adalah revisi statuta. Dalam revisi statuta itu, bisa saja kalau mau dicari agenda tambahan. Ya namanya juga organisasi, bisa saja ditambahkan agenda baru," ujar Roy. (Inilah.com 6 Maret 2013).
STATUS KPSI
Menpora menyatakan kongres tersebut mengagendakan empat poin yang tercantum dalam surat resmi FIFA kepada Menpora. Selain itu, kongres nantinya akan dilaksanakan oleh kepengurusan bersama.
"Kongres akan diselenggarakan dengan kepengurusan bersama yakni dari PSSI, KPSI dan tim Task Force. Kalau kongres sukses, otomatis KPSI bubar," Ujar Roy(SindoNews.com 18 Feb 2013).
La Nyalla dan KPSInya Bereaksi :
“Di dalam MOU dijelaskan bahwa dilaksanakan Kongres Biasa. MOU diinstruksikan untuk dilakukan dalam surat FIFA sebelumnya. Jadi, jangan salahkan kami kalau KPSI jalan terus. KLB bukan amanat MoU,” ujar pria yang menjabat sebagai anggota eksekutif (exco) PSSI yang baru dipulihkan itu. (Lensa Indonesia.com 6 Maret 2013)
Menpora Pun Menunjukkan “kasih sayangnya” :
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo meminta semua pihak tidak mempermasalahkan keberadaan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) sepanjang tidak melakukan hal-hal yang merugikan persepakbolaan nasional.
"KPSI semacam organisasi yang bisa dibentuk siapa saja dan dimana saja. Tidak perlu dipermasalahkan sepanjang tidak mengganggu PSSI," ucap Roy Suryo seperti dilansir Antara. (Bola.net 6 Maret 2013)
Dalam satu kesempatan pada acara Talk Show salah satu televisi swasta nasional, mengomentari rencana Halim Mahfudz untuk menggelar kongres tandingan di Bandung beliau berkata “ohhh gampang sajasaya akan tegas menerapkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional, itu pidana ancamannya berat” Ujar beliau sambil terbahak-bahak. Kalimat itu sebenarnya yang dirindukan sejak dulu untuk mengurasi polemi ini, mengapa hanya tegas dilakukan terhadap Halma yang baru berencana, sementara KPSI yang terang-terangan melakukan pemberontakan baik kepengurusan maupun Liga Super Indonesia sepertinya Raden Roy terlihat mati angin?
Itulah kompilasi pernyataan dan tindakan Menpora dalam mengurai kisruh ini, terlihat ada anak emas dan anak tiri, sebuah sikap “kebapakan” yang menyedihkan. Keberpihakan atau ketakutan? Tak usah lebay dengan bertanya lagi pada rumput yang bergoyang…
“Manado Cerah”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H