Suporter Sejati adalah penggalan kata yang sangat membanggakan, tak jarang seorang pencinta bola melekatkan gelar ini pada dirinya sendiri tanpa parameter yang jelas, lantas adakah parameter untuk menjadi suporter sejati?. Berangkat ke stadion dengan penuh kebanggan, tak lupa segala asesories penambah motivasi dilekatkan, ada yang rela mencukur rambutnya untuk mengukir kata INDONESIA, ada yang melukis wajahnya dengan bendera merah putih, bendera ukuran besar, baju merah menyala dan segala macam pernak-pernik lainnya. Cukupkah itu?
Menjadi suporter sejati tidaklah cukup dengan urusan fisik semata, karakter suporter sejati muncul dari dalam sanubari, menjadi Suporter Indonesia sejati tidak lagi memperdulikan pemain Timnas Indonesia berasal dari klub mana, dari daerah mana bahkan dari liga mana dia bermain. Ada Kebanggaan bila kemenangan datang dan tetap malu bila Timnas Indonesia kalah meskipun kipernya Endra Prasetya dari Liga IPL atau meskipun strikernya Patrich Wanggai dari Ligas ISL.
Mestinya malu untuk mengaku sebagai suporter timnas sejati kalau dukungan masih dibatasi oleh sekat-sekat kelompok, bangga mendukung timnas hanya jikalau ada pemain dari klub kebanggaan kita bermain itu, artinya bukan suporter sejati melainkan suporter setengah hati. Jangan ada doa-doa terlarang yang mengharapkan kekalahan Indonesia hanya karena mendukung liga tertentu (ISL/IPL) karena Indonesia tidak bisa dikapling kelompok tertentu, coba buka pelajaran geografi atau sejarah apakah Indonesia ini dibentuk oleh para petinggi ISL/IPL sehingga seenak perut merasa lebih Indonesia? Timnas Indonesia yah Timnas Indonesia tidak ada istilah Timnas Djohar, Timnas Abal-abal atau Timnas ISL/IPL.
Belajarlah dari para Tenaga Kerja Indonesia, mereka mendukung Indonesia tanpa syarat, tak terdengar mereka memboikot pertandingan hanya karena Timnas Indonesia "hanya" diisi oleh pemain yang digelari pemain tarkam, soliditas mereka tetap kuat, berteriak terus menerus untuk melawan cacian suporter Malaysia yang menggunakan kata-kata tidak pantas. Meski hidup mereka sudah bertahun-tahun di negeri orang itu tak pernah melunturkan nasionalisme dan fanatisme mereka, terkadang mereka harus mendapat marah dari majikan karena "mengabaikan" pekerjaan demi mendukung Timnas Indonesia.
Muara kehadiran klub dan liga apapun namanya adalah pembentukan Timnas Indonesia yang tangguh, jadi akan sangat lucu jikalau boikot dukungan ke Timnas Indonesia dilakukan dengan dasar berpikir pemainnya bukan dari klub A dan B, para pemainnya bermain di klub yang tidak berkompetisi di Liga Jagung atau Liga Kacang Tanah.
Banyak TKI yang tak memiliki Ijazah tinggi, tapi dalam urusan memperlakukan INDONESIA rasanya kita harus belajar banyak dari mereka.
Jadilah Suporter Sejati bukan Supoter Setengah Hati! JAYALAH GARUDA!!!
"Manado Berbintang"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H