Mohon tunggu...
Muhammad Fahroji
Muhammad Fahroji Mohon Tunggu... Ilmuwan - If my mind can conceive it, and my heart can belive it, then i can achieve it.

Hanya pembelajar yang fakir ilmu. Ingin kenal lebih dekat? mungkin bisa dimulai dengan mengunjungi instagram saya @fhroo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mencegah, Menyikapi, dan Mengatasi Ninja di Sebuah Organisasi atau Kepanitiaan

17 September 2020   09:00 Diperbarui: 17 September 2020   12:07 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lalu apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir hingga syukur-syukur agar hal itu tidak terjadi?.

1. Mencegah hadirnya ninja dalam kepanitiaan/organisasi

Ketika proses penerimaan atau pemilihan anggota/pengurus baru, pada umumnya mereka para calon anggota/pengurus melewati berberapa proses tahapan seleksi. 

Pastinya seorang pemimpin divisi dan/atau badan pengurus inti sudah memiliki kriteria yang akan dipilihnya. Namun ada kalanya mereka kurang mengulik lebih dalam tentang para calon anggotanya karena tergocek first impression sehingga memilih untuk cepat-cepat memasukkan si calon ke daftar prioritas terpilih. 

Ketika memang ada momen dan waktu untuk berbicara langsung secara real time kepada si calon, maka manfaatkanlah sebaik mungkin, kemudian pastikan mereka memiliki strong why atau alasan yang jelas kenapa mendaftar dan selanjutnya pastikan mereka membuat komitmen realistis dan dapat dipertanggungjawabkan nantinya.

Setelah terpilih anggota/pengurus baru dan kemudian terbentuknya menjadi kepengurusan/kepanitiaan yang baru. Lakukan hal berikut sesegera mungkin, terutama anda yang menjadi pemimpinnya. 

Selain menyatukan dan memaparkan visi dan misi organisasi/kepanitiaan, membentuk kesepakatan bersama terkait kebijakan bersama tidak kalah pentingnya lakukan silahkan melakukan deep introduction. Deep introduction, yaitu perkenalan yang bukan hanya sekadar "halo nama saya Soleh" tapi berubah menjadi "halo nama saya Soleh, kelebihan/kekurangan saya... sifat baik/buruk saya....saya suka/tidak suka bekerja dengan ... dan seterusnya". 

Memang sulit apalagi bagi mereka yang tertutup dengan orang lain/tidak mudah untuk membuka pintu hati. Tapi justru disitulah fase paling awal dalam suatu organisasi untuk "knowing each others". 

Seminimal mungkin untuk melakukan ini di lingkup divisi/departemen/sie, agar nantinya memiliki ikatan yang kuat disetiap bagian organisasi. Fase paling awal ini menjadikan pegangan atau landasan dasar yang kuat apabila nantinya terdapat masalah pada salah satu rekan organisasi/kepanitian yang sedang kita jalani. 

Fase selanjutnya, adalah treatment tentang bagaimana agar mereka nyaman dan yang terpenting adalah mereka berkembang. 

Tapi tergantung, anda adalah pemimpin yang mementingkan tugas cepat selesai tapi mereka tidak berkembang, atau mengutamakan pengembangan diri meskipun terdapat banyak hambatan dalam prosesnya? Silahkan dipilih sesuai gaya kepemimpinan anda dan pastikan lingkungan seperti apa yang ingin anda hadirkan.

2. Menyikapi dan mengatasi para ninja yang berkeliaran

Ketika melihat fenomena ini di kehidupan berorganisasi/kepanitiaan, maka jangan malah ikut-ikutan acuh tak acuh, atau malah bergabung menjadi sobat ninja. Justru jikalau anda melihat fenomena tersebut, segeralah menutupi kekurangannya. Kok ga langsung ditegur aja?, ya ga begitu mang Oleeeeh, semua itu butuh proses. Baik mari kita bedah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun