Sampai pada tahun 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) (2019) menyebutkan bahwa rata-rata lama belajar formal di Indonesia adalah 8,34 tahun dan masih jauh dari angka harapan selama 12,91. Selain itu jumlah angka buta huruf di Indonesia masih sebanyak 3,29 juta (Kemendikbud 2019).
Di sisi lain, sosialisasi pemerintah mengenai COVID-19 lebih banyak melalui internet. Padahal, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2018) menyebutkan bahwa pengguna internet di Indonesia pada tahun 2018 sebanyak 171,17 juta (64,8%) dari total penduduk Indonesia sebanyak 264,16 juta.
Meskipun rasio yang tidak memiliki internet lebih sedikit, tetapi jumlahnya tetaplah banyak. Masih sekitar 50 juta penduduk Indonesia yang tidak memiliki akses internet dan mendapat sosialisasi pemerintah mengenai pandemi.
Krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
Selain pendidikan, tanggungjawab pandemi juga berada pada pemerintah. Sayangnya, ketidakpercayaan masyarakat terhadap informasi dari pemerintah dan perannya menjadi kendala.
Survei oleh Caria S, et. al (2020) membahas tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, Indonesia berada pada angka 0,486. Angka ini menunjukan kepercayaan masyarakat pada pemerintah yang cenderung pada netral, berada pada antara percaya tidak percaya. Â
Dalam survei yang sama, Caria S, et. al (2020) melihat tingkat ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah di setiap negara. Hasilnya adalah Indonesia berada pada mendekati angka 0.5 dan di atas dari median (0.3). Angka tersebut pula berada jauh diatas Malaysia sekitar 0.18 dan di bawah India sekitar di atas 0.5.
Berdasarkan survei tersebut, dapat dikatakan bahwa status quo pemerintah Indonesia hari ini mayoritas masyarakat tidak mempercayai kepada pemerintah. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab selain rendahnya kesadaran masyarakat dalam melakukan physical distancing. Melainkan disebabkan pula oleh ketidakpercayaan masyarakat terhadap anjuran pemerintah dalam menangani pandemi virus korona.
Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat?
Mengatasi COVID-19 tidak sekadar melakukan hal materil seperti tes massal, memberikan bantuan tunai maupun logistik. Akan tetapi, semua bergantung pada kesadaran masyarakat dan pemerintah.