kesehatan di Indonesia merupakan aspek yang terpenting dalam mengurangi korban pandemi COVID-19. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan sistem kesehatan yang memadai agar korban dapat sembuh. Selain itu, dengan lebih banyak pasien yang sembuh, Indonesia akan lebih cepat mengembangkan herd immunity. Namun, apakah sistem kesehatan Indonesia benar-benar memadai untuk membantu kami melewati masa krisis pandemi COVID-19?Â
Kapasitas sistemHealth Before Wealth (Kesehatan Sebelum Kekayaan)
Salah satu aspek penting untuk menangani penyebaran Covid-19, menurut Tikki Pangestu, seorang profesor di National University of Singapore, dalam seminarnya dengan lembaga riset CSIS, adalah speed of reaction (Pangestu 2020). Menurutnya, Singapura telah berhasil dalam menangani Covid-19 dengan cepat adalah karena adanya pelayanan kesehatan yang berkualitas, social capital, dan good governance. Tiga pilar ini merupakan aspek-aspek terpenting dalam penanganan COVID-19 yang dilakukan secara efektif dan efisien. Jika tiga pilar tersebut dapat dipenuhi oleh pemerintah. Maka, Indonesia juga dapat mengurangi dampak COVID-19 secepat mungkin.
Selain itu, dari sisi ekonomi, trade-off antara perekonomian dan kesehatan juga harus dipertimbangkan. Walaupun banyak yang bersikeras bahwa kesehatan masyarakat harus selalu diutamakan ketimbang kesehatan ekonomi, tetap saja pemerintah harus mengurangi dampak negatif terhadap perekonomian negara. Hal yang penting untuk diingat saat ini adalah akibat adanya pandemi, kapasitas produksi akan jauh berbeda dibandingkan pada saat kondisi normal.Â
Menurut Joshua Gans, ekonom dari University of Toronto, jika dilakukan perbandingan produksi antara ekonomi dan kesehatan. Maka, situasi pandemi akan menurunkan kemungkinan produksi untuk kedua aspek tersebut (Gans n.d 2020.). Situasi pandemi juga akan membuat area konveks di Figur 2. Hal ini terjadi karena, sebagai contoh, social distancing harus dilakukan dengan skala besar untuk mencapai titik H di Figur 2. Jika hanya dilakukan dalam skala minim, maka kesehatan masyarakat tidak akan membaik karena infeksi virus akan terus bertamhah dengan cepat. Social distancing juga akan sangat berdampak terhadap ekonomi, sehingga terjadilah konveksitas dalam PPF. Oleh karena itu, dalam masa pandemi, perekonomian dunia pasti akan menderita.
Tikki Pangestu juga mengungkapkan mengenai butuhnya kecepatan aksi dari pemerintah, karena pandemi juga akan terus menguras kapasitas kesehatan dalam negara. Ini selaras dengan penjelasan Gans karena jika pemerintah tidak melakukan mitigasi sejak dini, level kesehatan di Figur 2 akan terus menurun karena bertambahnya orang yang terinfeksi corona serta terjadinya penularan COVID-19 pada tenaga kesehatan. Perubahan dalam tingkat kesehatan yang menurun bisa dilihat pada Figur 3.
Masalah yang terakhir adalah jika pemerintah tidak melakukan tindakan apapun atau jauh lebih mementingkan perekonomian ketimbang kesehatan masyarakat. Maka, dapat terjadi seperti pada Figur 4, yakni tingkat kesehatan tidak dapat diubah meskpun pemerintah menambahkan anggaran untuk kesehatan. Pada saat tersebut, tingkat kesehatan tidak bisa diubah lagi karena kapasitas tenaga kesehatan sangat tidak memadai, sehingga masyarakat yang terinfeksi COVID-19 di atas tingkat kesehatan pada Figur 4 tidak bisa diselamatkan. Inilah mengapa kapasitas kesehatan dan speed of reaction sangat penting saat pandemi terjadi. Jika terjadi kelambanan di sisi pemerintah dalam penanganan pandemi. Maka, kemungkinan terbesar yang mungkin terjadi adalah korban nyawa menjadi lebih banyak.
Kapasitas di Indonesia yang Sangat Kurang MemadaiÂ