Mohon tunggu...
Mini Kajian (KPK)
Mini Kajian (KPK) Mohon Tunggu... Mahasiswa - Departemen Kajian Aksi Strategis dan Advokasi BEM KM Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kertas Putih Kastrat (KPK) merupakan "Mini" Kajian dari Departemen Kajian Aksi Strategis dan Advokasi (KASTRAD) BEM KM Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani Instagram : @bemkmfkunjani / @fkunjaniofficial Email : Kastrat.bemfkunjani@gmail.com #BemAnagataBaswara #Kastradbumi #MiniKajian

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengejutkan, Kisah Anak Rantau yang Menemukan Tumor di Tubuhnya Akibat Sering Konsumsi Junk Food

7 November 2023   14:48 Diperbarui: 7 November 2023   14:58 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uliyana Indah, mahasiswi rantau yang menderita tumor akibat sering mengonsumsi junk food  dan jarang mengonsumsi air putih. (@uli_lin7/TikTok)

Mengejutkan, Kisah Anak Rantau yang Menemukan Tumor di Tubuhnya Akibat Sering Konsumsi Junk Food

Oleh: Staff Departemen Kastrad BEM KM FK Unjani (Hayfa Ghassani Rahmat)

Pola hidup sehat merupakan landasan penting untuk mencapai kesejahteraan fisik dan mental. Dalam era modern yang penuh tantangan ini, kesadaran akan arti pentingnya pola hidup sehat semakin meningkat. Kebiasaan sehari-hari, termasuk pola makan, aktivitas fisik, dan manajemen stres, dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup kita. 

Melalui upaya menjalani pola hidup sehat, kita dapat meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah penyakit, dan mencapai keseimbangan yang holistik dalam kehidupan sehari-hari. 

Bagi anak kos, menjalani pola hidup sehat seringkali menjadi tantangan yang nyata. Dalam lingkungan yang dinamis dan seringkali sibuk, prioritas kesehatan seringkali terabaikan. 

Dalam keseharian yang serba sibuk, anggaran dan waktu yang terbatas, serta ketersediaan opsi makanan yang praktis, kecenderungan untuk mengandalkan makanan cepat saji atau junk food menjadi pilihan yang mudah. Meskipun memberikan kenyamanan, kebiasaan makan junk food anak kos dapat memiliki dampak serius terhadap kesehatan mereka.


Hal ini dialami oleh seorang mahasiswi bernama Uliyana Indah yang merantau dari Riau ke Jogja untuk berkuliah. Ia berbagi pengalamannya tersebut melalui media sosial TikTok, dan kini videonya telah ditonton sebanyak 6,4 juta kali. 

Setiap hari, Uli menyantap makanan cepat saji atau junk food seperti seblak, bakso pedas, gorengan, dan mi instan. Untuk minuman pendampingnya, ia selalu memilih es teh atau es krim, dan sangat jarang mengonsumsi air putih. Uli juga hanya makan nasi sekali dalam sehari. 

Pola makannya yang buruk ini pun akhirnya mengakibatkan Uli jatuh sakit. Ia demam tepat dua hari sebelum muncul benjolan di bagian lehernya. Awalnya ia mengira itu hanya benjolan biasa, tetapi benjolan tersebut tidak kunjung hilang padahal sudah dua hari berlalu. 

Uli yang sedikit panik pun pergi ke dokter untuk memeriksakan diri. Menurut dokter, benjolan yang ada di lehernya merupakan pembengkakan kelenjar getah bening sehingga ia disuntik menggunakan antibiotik dan diberi obat untuk dikonsumsi. 

Uli rutin mengonsumsi obat hingga habis, tetapi benjolannya tidak kunjung hilang sampai akhirnya ia memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis onkologi. 

Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan, dokter mendiagnosis Uli dengan tumor kelenjar getah bening atau limfadenopati colli, sehingga disarankan untuk segera melakukan operasi. 

Di akhir video tersebut, Uli berpesan kepada orang-orang untuk belajar dari pengalaman pahitnya dan mulai menerapkan pola hidup serta pola makan sehat. Ia juga berpesan untuk tidak terlalu sering mengonsumsi junk food karena makanan tersebut tidak baik untuk kesehatan.

Apa itu Pembesaran Kelenjar Getah Bening?
Pembesaran kelenjar getah bening, atau limfadenopati, adalah respons umum tubuh terhadap infeksi, peradangan, atau masalah kesehatan lainnya dimana nodus limfe (kelenjar getah bening) mengalami abnormalitas baik dalam hal ukuran, konsistensi atau jumlah. Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh dan membantu melawan infeksi dengan memproduksi sel-sel pertahanan tubuh. 

Umumnya, limfadenopati dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu limfadenopati lokal (localized / terdapat pada satu regio) atau limfadenopati generalisata (generalized / terdapat pada lebih dari satu regio). Pada Uli, terjadi pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher atau limfadenopati colli. "Colli" berasal dari kata Latin yang berarti "leher."

Berikut adalah beberapa penyebab umum limfadenopati:
1. Infeksi:
Bakteri, Virus, atau Jamur: Infeksi saluran napas, infeksi kulit, sifilis, HIV, dan infeksi lainnya dapat menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening.
2. Penyakit Autoimun:
Lupus Eritematosus Sistemik (LES), Rheumatoid Arthritis, dll.: Penyakit autoimun dapat memicu reaksi getah bening.
3. Kanker:
Limfoma, Leukemia, Metastasis Kanker: Beberapa jenis kanker dapat menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening.
4. Reaksi Obat:
Efek Samping Obat: Beberapa obat dapat menyebabkan reaksi alergi atau pembesaran kelenjar getah bening.
5. Penyakit Menular Seksual (IMS):
Sifilis, Gonore, dll.: IMS dapat menyebabkan limfadenopati sebagai salah satu gejala.

6. Penyakit Inflamasi:
Radang Usus, Radang Gusi, dll.: Penyakit inflamasi kronis dapat menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening. 

Secara umum, limfadenopati biasanya berkaitan dengan respons sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi atau kondisi kesehatan lainnya, bukan langsung disebabkan oleh konsumsi junk food. Limfadenopati yang berhubungan dengan diet lebih cenderung terkait dengan defisiensi nutrisi atau pola makan yang tidak sehat daripada langsung disebabkan oleh junk food. 

Namun, konsumsi berlebihan junk food atau diet yang tidak seimbang dapat berkontribusi pada kondisi kesehatan umum, seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular. Kondisi kesehatan yang terkait dengan pola makan dan pola hidup yang buruk dapat memiliki dampak sistemik pada tubuh, termasuk sistem kekebalan.


Tips Menerapkan Pola Hidup Sehat Untuk Anak Kos
1. Perencanaan Menu Sehat:
* Rencanakan menu makanan sehat dengan variasi sayuran, buah-buahan, protein sehat, dan biji-bijian utuh.
* Siapkan makanan dalam jumlah besar dan simpan dalam wadah untuk dikonsumsi selama beberapa hari (food prep).
2. Masak Secara Efisien:
* Pelajari resep masakan sederhana dan cepat. Pilih makanan yang dapat dimasak dalam waktu singkat.
* Manfaatkan alat masak seperti rice cooker, slow cooker, atau oven untuk mempermudah proses masak.
3. Simpan Persediaan Makanan Darurat:
Simpan persediaan makanan darurat, seperti oatmeal instan, sereal, atau makanan kaleng, untuk situasi ketika waktu terbatas atau tidak dapat masak. Hindari makanan darurat yang kurang sehat seperti mie instan.
4. Beli Bahan Makanan dalam Jumlah Besar:
Beli bahan makanan dalam jumlah besar untuk menghemat uang dan memastikan persediaan selalu ada.
5. Batasi Makanan Cepat Saji dan Makanan Olahan:
Hindari mengandalkan makanan cepat saji dan makanan olahan yang cenderung tinggi gula, garam, dan lemak jenuh.
6. Olahraga yang Bisa Dilakukan di Rumah:
Temukan rutinitas olahraga yang bisa dilakukan di rumah, seperti berlatih dengan video latihan online atau melakukan yoga.
7. Manajemen Waktu dengan Baik:
* Atur jadwal dengan baik untuk mengakomodasi waktu makan, olahraga, dan istirahat.
* Gunakan aplikasi pengingat atau kalender untuk membantu mengatur jadwal.
8. Pertahankan Kebersihan Lingkungan:
Jaga kebersihan tempat tinggal, termasuk dapur dan kamar tidur, untuk mencegah penyebaran kuman.

9. Prioritaskan Kesehatan Mental:
Atur waktu untuk relaksasi dan hiburan. Hindari terlalu fokus pada pekerjaan atau tugas tanpa istirahat.
10. Bawa Bekal dari Rumah:
Bawa bekal makanan dari rumah saat pergi bekerja atau kuliah untuk menghindari kebiasaan makan di luar yang mungkin kurang sehat.
11. Jalin Hubungan Sosial:
Tetap menjalin hubungan sosial dengan sesama anak kos. Bersosialisasi dapat membantu mengatasi stres dan memberikan dukungan.
12. Belajar Manajemen Keuangan:
Pelajari manajemen keuangan yang baik untuk memastikan pengeluaran tetap terkendali.
13. Pemantauan Kesehatan Rutin:
Ingatkan diri untuk menjalani pemeriksaan kesehatan rutin dan vaksinasi yang diperlukan.
14. Pembatasan Waktu di Layar:
Batasi waktu di depan layar gadget, terutama sebelum tidur, untuk mendukung kualitas tidur.
15. Prioritaskan Kualitas Tidur:
Pastikan mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas setiap malam.

Dengan menggabungkan kebiasaan-kebiasaan ini ke dalam rutinitas sehari-hari, anak kos pun dapat menjalani gaya hidup sehat meskipun dalam kondisi hidup yang sibuk dan mandiri.

Daftar Referensi :
1. Freeman AM, Matto P. Adenopathy. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513250
2. McClain KL. Peripheral lymphadenopathy in Children: Etiology. UpToDate. 2022.
https://www.uptodate.com/contents/peripheral-lymphadenopathy-in-children-etiology.
3. McClain KL. Peripheral lymphadenopathy in Children: Evaluation and diagnostic approach. UpToDate. 2022. https://www.uptodate.com/contents/peripheral-lymphadenopathy-in-children-evaluation-and-diagnostic-approach.
4. Mohseni A et al. Peripheral Lymphadenopathy: Approach and Diagnostic Tools. Iran J Med Sci. 2014 Mar;39(2 Suppl):158-70. PubMed. PMID: 24753638.
5. Gaddey HL, Riegel AM. Unexplained Lymphadenopathy: Evaluation and Differential Diagnosis. Am Fam Physician. 2016;94(11):896-903. PMID: 27929264.
6. Ferrer RL. Evaluation of peripheral lymphadenopathy in adults. UpToDate. 2022.
https://www.uptodate.com/contents/evaluation-of-peripheral-lymphadenopathy-in-adults.
7. Gooding, R., Millar, A., & Bradding, P. (2017). Lymphoid follicles in chronic obstructive pulmonary disease and lung cancer. Thorax, 72(5), 475-477.
8. Swerdlow, S. H., Campo, E., Harris, N. L., Jaffe, E. S., Pileri, S. A., Stein, H., ... & Staudt, L. M. (2017). WHO classification of tumours of haematopoietic and lymphoid tissues. International Agency for Research on Cancer.

9. Vojdani, A., Vojdani, E., & Cooper, E. (2002). Antibodies to Myelin Basic Protein, Neuron-Specific Enolase, and S100b in Cerebrospinal Fluid of Patients with Multiple Sclerosis, Other Inflammatory Neurological Diseases and Controls. Journal of
Autoimmune Diseases, 1, 1-6.
10. Hauben, M., Hung, E., & Hsieh, W. H. (2019). The Proportional Reporting Ratio (PRR) for Signal Detection in Pharmacovigilance. Drug Safety, 42(2), 85-94.
11. Workowski, K. A., & Bolan, G. A. (2015). Sexually transmitted diseases treatment guidelines, 2015. MMWR. Recommendations and Reports, 64(RR-03), 1-137.
12. Dinarello, C. A. (2018). Overview of the IL-1 family in innate inflammation and acquired immunity. Immunological Reviews, 281(1), 8-27.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun