Mohon tunggu...
Mini Kajian (KPK)
Mini Kajian (KPK) Mohon Tunggu... Mahasiswa - Departemen Kajian Aksi Strategis dan Advokasi BEM KM Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kertas Putih Kastrat (KPK) merupakan "Mini" Kajian dari Departemen Kajian Aksi Strategis dan Advokasi (KASTRAD) BEM KM Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani Instagram : @bemkmfkunjani / @fkunjaniofficial Email : Kastrat.bemfkunjani@gmail.com #BemAnagataBaswara #Kastradbumi #MiniKajian

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menilik Fenomena Panic Buying saat Pandemi yang Kembali Terjadi

13 Juli 2021   13:59 Diperbarui: 13 Juli 2021   14:50 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menilik Fenomena Panic Buying saat Pandemi yang Kembali Terjadi
Oleh: Staff Departemen Kastrat BEM KM FK Unjani (M. Naufal Rozaan)

Lonjakan Covid-19 yang terjadi kembali di Indonesia menimbulkan  fenomena panic buying terjadi lagi di masyarakat. Tersebarnya video pemborongan produk susu bermerek “Susu Beruang” dan meningkatnya pembelian obat cacing “ivermectin” menjadi bukti terjadinya fenomena tersebut. Terjadinya pemborongan massal tersebut disebabkan oleh beredarnya rumor bahwa keduanya bisa dijadikan sebagai obat untuk COVID-19. Menurut Ahli Gizi Komunitas, Dr dr Tan Shot Yen, M Hum, overclaim produk dan minim literasi gizi mengakibatkan terjadinya asumsi yang salah pada public sehingga menjadi faktor pendorong terjadinya panic buying kedua produk tersebut. Hal ini juga didukung oleh aksi para pejabat yang kerap terlihat mempromosikan penggunaan produk sehingga hal tersebut menjadi patokan oleh masyarakat.

Panic Buying Pernah Terjadi
Fenomena panic buying juga sempat terjadi di awal pandemi COVID-19. Masyarakat merespon terjadinya pandemi  dengan melakukan pembelian produk  dalam jumlah besar. Akibat hal tersebut, masker dan hand sanitizer yang menjadi “perlindungan” ampuh untuk penyakit ini menjadi langka dan harganya melambung tinggi. Melonjaknya kasus COVID-19 di awal tahun 2020 dan belum adanya panduan untuk mengatasi pandemi menjadi penyebab hal tersebut terjadi.

Perspektif Psikologi dalam Fenomena Panic Buying
Panic buying sendiri sering diasosiasikan dengan perasaan ketidakpastian dan ketakutan terhadap situasi seperti pandemi COVID-19 yang sekarang sedang terjadi. Perasaan takut karena tidak mengetahui kapan pandemi akan berakhir mengakibatkan masyarakat akan membeli produk kebutuhan sehari-sehari dalam jumlah besar agar perasaan ketidakpastiannya tersebut dapat hilang.
Dalam pandangan psikologi, hirarkri kebutuhan yang dicetuskan oleh Abraham Maslow menyatakan bahwa manusia bergerak atas prioritas kebutuhannya. Saat pandemi,  kebutuhan untuk bertahap hidup menjadi sangat penting sehingga manusia akan memprioritaskan hal tersebut dan menimbulkan respon berupa panic buying.

Kesempatan untuk Bisnis

Beberapa pihak memanfaatkan kejadian tersebut sebagai lahan untuk berbisnis. Kelangkaan barang dan tingginya demand membuat produk tersebut memiliki nilai harga yang tinggi. Dilaporkan bahwa beberapa penjual online menjual kembali produk susu merk “Susu Beruang” dengan harga 2-3x lipat. Selain itu, seorang pemilik toko obat di Jakarta ditangkap oleh polisi karena hendak menjual obat cacing “ivermectin” seharga Rp 475 ribu per 10 tablet sedangkan harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan Kemeterian Kesehatan ialah Rp 7.500 per tablet.

Apa yang mesti kita lakukan?

Kita juga perlu ikut andil dalam pengurangan panic buying yang terjadi secara massal. Beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai berikut:

  • Utamakan cross-check berita
  • Perbanyak Literasi
  • Lakukan edukasi

Daftar Referensi

  1. Pranita E. Rebutan Susu Beruang Saat Kasus Covid-19 Naik, Ini 4 Faktor Pemicu Panic Buying [Internet]. Jakarta: Kompas.2021 Juli 5 [Cited 2021 Juli 8]. Available at https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/05/090300723/rebutan-susu-beruang-saat-kasus-covid-19-naik-ini-4-faktor-pemicu-panic
  2. Pranita E. Susu Beruang Diborong, Ahli Ingatkan Kandungan Semua Susu Sama Saja [Internet]. Jakarta: Kompas.2021 Juli 6 [Cited 2021 Juli 8]. Available at https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/06/180300823/susu-beruang-diborong-ahli-ingatkan-kandungan-semua-susu-sama-saja
  3. Anadolu. Polisi Tangkap Penjual Obat Ivermectin dengan Harga Tinggi [Internet]. Jakarta: Republika. 2021 Juli 7 [Cited 2021 Juli 9]. Available at https://www.republika.co.id/berita/qvujvx440/polisi-tangkap-penjual-obat-ivermectin-dengan-harga-tinggi
  4. Priyambodo U. Sejumlah Pakar Buka Suara soal Kondisi 'Panic Buying' Susu Bear Brand [Internet].Jakarta:National Geographic Indonesia.2021 Juli 5 [Cited 2021 Juli 8]. Available at https://nationalgeographic.grid.id/read/132773734/sejumlah-pakar-buka-suara-soal-kondisi-panic-buying-susu-bear-brand
  5. Radityo M. Kelangkaan Masker Imbas Panic Buying di Tengah Masyarakat[Internet].Jakarta:Merdeka.2020 April 1 [Cited 2021 July 8]. Available at https://www.merdeka.com/peristiwa/kelangkaan-masker-imbas-panic-buying-di-tengah-masyarakat
  6. Eva N, Saputra DR, Wulandari DA, Yahya FA, Annisa W. Panic-Buying Behaviour During the Covid-19 Outbreak: A Cross-Cultural Psychological Study. KSS [Internet]. 2021 Januari 5 [cited 2021 Juliy9];4(15):80–87. Available from: https://knepublishing.com/index.php/KnE-Social/article/view/8192

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun