Pelantikan atau pengucapan sumpah/janji 580 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, 2004-2029 pada 1 Oktober 2024 menjadi magnet pemberitaan. Sejumlah anggota terpilih diketahui memiliki hubungan kekerabatan dengan sesama anggota, pejabat publik, hingga elite politik. Apakah kembali terjadi politik dinasti atau memang sesuai kompetensi?
Deretan Anggota Pemerintahan yang Melanjutkan Perjalanan Orang Tua di Senayan
1. Ravindra Airlangga (putra dari Airlangga Hartanto)
2. Gavriel Putranto Novanto (putra dari Setya Novanto)
3. Futri Zulya Savitri (putri dari Zulkifli Hasan)
4. Prananda Surya Paloh (putra dari Surya Paloh)
5. Diah Pikatan Haprani (putri dari Puan Maharani)
6. Edie Baskara Yudhoyono (putra dari Susilo Bambang Yudhoyono)
Kalangan Dunia Hiburan Tak Kalah Ambil Peran
Once, Uya Kuya, Pasha Ungu, Melly Goeslaw, hingga Denny Cagur adalah sederet sosok dari industri hiburan yang dilantik sebagai perwakilan rakyat dan berkantor di Senayan.
Lalu mengapa kaum selebriti dibawa masuk ke dalam politik? Tampaknya alasan modal popularitas sulit dibantah. Popularitas yang disambut dengan antusias, sering kali tanpa mempertimbangkan aspek kemampuan dan pengalaman. Atau memang ada yang mereka perjuangkan?
Dinasti Politik Gerogoti Pemerintahan
Masyarakat dihadapkan dengan fenomena demokrasi semu, ketika mereka memilih, tetapi sebenarnya pilihan mereka telah dikondisikan oleh para pelaku dinasti politik. DPR menjadi tempat berkumpulnya suami, istri, anak, dan sanak saudara elite politik karena relasi kekerabatan yang dimiliki beragam.
Wakil Rakyat yang Tidak Berperi Kerakyatan
Euforia pelantikan anggota DPR masih terasa dengan aura kemewahannya. Deretan kendaraan mewah milik wakil rakyat menghiasi jalan saat tiba pelantikan hingga tas-tas branded yang diperkirakan bernilai jutaan. Hal tersebut dinilai tidak mencerminkan kondisi sebagian besar rakyat Indonesia. Mengapa mereka tidak memilih untuk menampilkan produk lokal dalam momen sebesar itu? Bukankah saat yang tepat untuk memamerkan hasil karya negeri sendiri? Ini pelantikan atau menjadi ajang untuk unjuk kemewahan?Â
Pro Kontra Artis Berbondong-Bondong Masuk Senayan
Penulis buku "Negara Katanya", Biran menilai akan muncul pandangan tentang kesamaan hak dalam berpolitik. Para artis memiliki pemahaman, pengetahuan, dan pengalaman tentang isu-isu berkaitan kebijakan publik, hak asasi manusia, kesetaraan gender, isu profesi, isu pendidikan, kemiskinan, dan keinginan terhadap pengembangan dan kemajuan seputar profesi mereka.
Magister ilmu komunikasi politik Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Biran mengatakan posisi anggota DPR bagi artis hanya sebagai profesi untuk mendapatkan privilege kekuasaan dan akses terhadap sumber daya ekonomi, alias jalan pintas mencari kekayaan.
Orang biasa semakin terpinggirkan jika politik dinasti terus-terusan diabaikan. Artis-artis ibukota juga apakah sedang berperan merekayasa perhatian publik demi segerombolan beban negara? Hasil kerja disembunyikan sementara selesai kerja mendapat pensiunan, siapa yang tidak berkerumunan?
Namun, ada baiknya kita saling mendoakan supaya yang terpilih memang fasih dan amanah bukan demi barang mewah.Â
Apa jadinya jika negara ini dipimpin oleh orang-orang yang bahkan tidak tahu bagaimana perencanaan dan penganggaran?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H