Mohon tunggu...
KASTRAT BEM FEB UNAIR
KASTRAT BEM FEB UNAIR Mohon Tunggu... Administrasi - departemen kastrat

Kajian dan opini suatu isu oleh Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEB UNAIR

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Gig Economy: Menghadapi Gelombang Pekerja Sektor Informal di Indonesia

6 November 2023   21:05 Diperbarui: 6 November 2023   21:05 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Gig economy merupakan sebuah terobosan baru dalam pasar tenaga kerja. Dengan menawarkan alternatif pekerjaan yang lebih fleksibel, para pekerjanya memiliki kesempatan untuk memiliki hubungan kerja baru dengan para pemberi kerjanya. Peluang untuk dapat melakukan pekerjaan tanpa harus dikekang dalam borgol peraturan "saklek" pekerjaan penuh waktu menjadi salah satu alasan mengapa sektor ini begitu digandrungi masyarakat.

Jumat (15/9/2023), Tim Kajian Departemen Kastrat BEM FEB UNAIR berdiskusi langsung bersama Dr. Miguel Angel Esquivias Padilla, M.SE. Pengamat Ekonomi Ketenagakerjaan sekaligus Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga untuk mengupas tuntas lebih dalam mengenai gig economy.

Peran Gig Economy dalam Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Miguel menyebutkan bahwa gig economy di negara berkembang sangatlah berbeda dengan apa yang terjadi di negara maju. Negara berkembang cenderung memiliki banyak sektor pekerjaan informal. Untuk itu, gig economy akan mampu memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia dengan cara memberi kesempatan bagi para pekerja gig untuk memiliki lebih dari satu pekerjaan. Masyarakat akan memiliki sumber pendapatan baru yang akan menunjang aktivitas sehari-hari mereka.

Selain itu, gig economy mampu membuat pasar tenaga kerja menjadi lebih fleksibel. Dalam hal ini, pekerja akan lebih mudah melakukan transisi pekerjaan. Perusahaan-perusahaan pemberi kerja juga diuntungkan dalam skema ini karena mereka akan mampu melakukan banyak eksperimen dan eksplorasi pada aktivitas bisnis mereka.

"Gig Economy mampu memberikan pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujar Miguel.

Dampak Gig Economy terhadap Peningkatan Lapangan Pekerjaan

Kemunculan gig economy memicu banyaknya penciptaan lapangan kerja. Di Indonesia, utamanya, apabila mendengar istilah gig economy, jenis pekerjaan yang umum dikenal adalah pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan low skill, seperti pengemudi ojek online. Namun, sebenarnya ada jenis pekerjaan gig economy lainnya yang membutuhkan kualitas pekerjaan high skill, seperti arsitek, konsultan hukum, IT developer, dan lain sebagainya, yang membutuhkan skill khusus bagi para pekerjanya untuk dapat melakukan pekerjaan dengan baik.

Realitanya, masyarakat Indonesia saat ini lebih banyak tertarik dengan tawaran pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan startup, seperti Gojek, Grab, Maxim, dan lain-lain. Jenis pekerjaan ini lebih mudah untuk diakses karena calon pekerjanya tidak membutuhkan skill signifikan untuk dapat memenuhi kualifikasi pekerjaan yang dibutuhkan. Hal ini membuat tawaran lapangan kerja semakin bertumbuh masif dan inklusif.

Tantangan Terbesar yang Dihadapi Pekerja Gig Economy

Miguel membuka pernyataannya dengan kalimat, "Sebagian besar pekerja gig mengutamakan fleksibilitas."

Segala kemudahan, fleksibilitas, dan efektivitas yang ditawarkan oleh gig economy membuat masyarakat semakin tertarik untuk berkecimpung di dalamnya. Ditambah prospek bayaran yang mampu didapat tidak tergolong kecil, membuat masyarakat semakin memandang skema ini melalui kacamata optimis. Akan tetapi, berkaca pada konsep high risk high return, rentetan permasalahan bagi pekerja gig mengiringi segala kemudahan yang ditawarkan.

Permasalahan utama yang muncul dan yang paling sering disinggung berkaitan dengan jaminan-jaminan yang didapat oleh pekerja. Umumnya, perusahaan pemberi kerja tidak memberikan perlindungan bagi pekerja dikarenakan tidak adanya kontrak formal yang mengharuskan perusahaan tersebut untuk "mengurus" para pekerja gig yang mereka rekrut.

Selain itu, jenjang karir para pekerja gig menjadi tidak pasti. Mengingat kebanyakan pekerja gig di Indonesia berkecimpung pada jenis pekerjaan low skill, mereka menjadi tidak memiliki peluang untuk mengembangkan pengetahuannya dan hanya berprogres secara stagnan.

Dampak Gig Economy dalam Pembangunan Ekonomi

Miguel menyebutkan bahwa pekerjaan sektor formal di Indonesia masih tergolong rendah, sehingga saat ini pemerintah sedang berupaya untuk mengembangkan pertumbuhan pekerjaan sektor formal, yang cenderung memiliki tingkat produktivitas tinggi. Para pekerja sektor formal akan memiliki kesempatan untuk mengembangkan skill baru, sehingga membuka peluang bagi para pekerja untuk memiliki pendapatan yang lebih tinggi.

Dalam kasus ini, gig economy tidak memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena gig economy cenderung mendorong pertumbuhan lapangan pekerjaan sektor informal di Indonesia, yang cenderung memiliki tingkat produktivitas yang rendah. Pada akhirnya, hal ini akan menyebabkan para pekerja mengalami kesulitan untuk meningkatkan pendapatan.

"Mungkin saat ini gig economy sangat membantu, tetapi di masa yang akan datang, dia bisa menjadi beban."

Risiko dan Peluang di Masa Depan

Menilik beberapa tahun ke depan, gig economy memiliki risiko yang kemungkinan besar akan dihadapi. Salah satu risiko yang akan dihadapi adalah ketidakpastian ekonomi yang mengintai perusahaan besar pemberi kerja, seperti Gojek dan Grab. Kedua perusahaan startup tersebut memiliki jumlah mitra yang tidak sedikit. Sedangkan, seperti yang kita tahu, baik Gojek, Grab, maupun perusahaan startup lainnya, seringkali menghadapi berbagai permasalahan. Hal ini membuat peluang adanya peningkatan dalam pengangguran semakin tinggi, sebab perusahaan akan lebih mudah untuk melepas tanggung jawab.

"Apabila perusahaan pemberi kerja gig economy tidak berkembang, (kedepannya) akan timbul berbagai permasalahan sosial."

Selain itu, jenis sektor pekerjaan yang ditawarkan menjadi risiko selanjutnya yang patut diperhatikan. Dengan semakin masifnya pertumbuhan lapangan kerja sektor informal, membuat masyarakat balik badan dari pekerjaan konvensional yang ditawarkan oleh sektor formal. Hal ini akan mampu membuat Indonesia semakin sulit untuk membuat iklim formal. Sementara, saat ini Indonesia sangat membutuhkan pekerja sektor formal.

"Bisnis (harus) mencari alternatif untuk membuat iklim formal, bukan (mengubah) iklim formal menjadi informal."

Seperti dua sisi koin yang berbeda, Miguel juga menyebutkan bahwa di masa depan, gig economy juga memiliki berbagai peluang. Salah satunya adalah kesempatan untuk eksperimen dan eksplorasi bagi perusahaan. Selain itu, masyarakat juga bisa memiliki lebih dari satu pekerjaan yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan pendapatan tambahan.

Rekomendasi Kebijakan untuk Pemerintah

Melihat kembali pada permasalahan yang mengiringi gig economy, Indonesia utamanya perlu memikirkan cara untuk memberi perlindungan kepada para pekerja gig economy. Pemerintah perlu turun tangan agar perusahaan mempunyai suatu skema pasti mengenai perlindungan apa saja yang dapat mereka berikan kepada pekerja. Selain itu, perlu adanya regulasi terkait perpajakan. Gig economy membuka peluang bagi para pekerjanya untuk lari dari pembayaran pajak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun