Kampus Mengajar merupakan sub program dari kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Program ini merupakan wujud pengabdian mahasiswa secara langsung di lapangan untuk melihat kondisi belajar peserta didik di Sekolah Dasar.Â
Sasaran mengajar utama dari program Kampus Mengajar yaitu sekolah yang berada di daerah 3T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal) dimana sekolah tersebut masih banyak memiliki kekurangan mulai dari kompetensi guru, fasilitas sarana dan prasarana serta koneksi jaringan internet.Â
Hal ini dapat meningkatkan kesadaran bahwa pendidikan di Indonesia masih rendah. Sekolah-sekolah yang berada di daerah 3T kesulitan dengan jaringan internet yang tidak stabil atau bahkan tidak ada sama sekali, sehingga pendidik kesulitan dalam menyampaikan materi yang mengakibatkan pembelajaran daring sama sekali tidak efektif.Â
Hal ini sangat membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah. Pemerintah mengadakan program baru yang bernama Kampus Mengajar yang bertujuan untuk memberikan revolusi dan ide-ide baru kepada sekolah.
Penempatan mahasiswa dilakukan sesuai dengan domisili peserta Kampus Mengajar. Program Kampus Mengajar terdapat 35 ribu pendaftar, namun yang lolos sampai penugasan sejumlah 15 ribu mahasiswa dari seluruh Indonesia yang berada di daerah 3T.Â
Saya sebagai salah satu mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta yang lolos seleksi Kampus Mengajar ditempatkan mengajar di SD Negeri Guntur yang berada di Jl. Gerantung, Jontlak, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.Â
Saya memiliki rekan kerja dari Universitas Mataram berjumlah satu orang sehingga total mahasiswa yang mengabdi di SD Negeri Guntur berjumlah dua orang. Sejauh ini, pembelajaran dilakukan secara tatap muka dengan menerapkan 3M (menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker).
Menjadi bagian dari Kampus Mengajar merupakan sebuah kebanggaan bagi saya, karena bisa langsung terjun ke lapangan untuk melihat proses pembelajaran yang dilakukan serta melihat kendala yang dialami anak ketika di sekolah.Â
Proses pengajaran yang dilakukan guru SD Negeri Guntur menggunakan buku tematik kurikulum 2013, dimana pembelajaran yang diberikan sesuai dengan buku di dalam tema tersebut.Â
Adaptasi teknologi di SDN Guntur tidak pernah menggunakan zoom meeting atau google meet karena adanya kendala sinyal sehingga pendidik tidak pernah menggunakan platform tersebut untuk menyampaikan pembelajaran.
Kendala yang paling menonjol ketika saya bertugas adalah akses jalan menuju ke sekolah. Kondisi jalan masih kurang bagus karena jalan yang dilewati masih penuh bebatuan dan perjalanan yang ditempuh juga harus melewati sungai untuk menjangkau ke sekolah. Hal ini membuat saya prihatin sekaligus bangga dengan kegigihan serta semangat anak-anak berangkat sekolah dengan jarak yang cukup jauh.
Anak-anak biasanya berkumpul sebelum berangkat maupun pulang sekolah bersama setiap hari.Â
Walaupun anak-anak melewati sungai untuk berangkat ke sekolah, mereka tetap merasa bahagia karena kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin sudah sangat melekat. Anak-anak biasanya saling mengecek temannya sebelum pulang, apakah sudah ada semua atau belum.Â
Pilihan anak-anak berangkat sekolah melewati sungai menurut saya memiliki resiko tinggi, namun mereka mempunyai tujuan yang lain, yaitu akses jalan menuju ke sekolah dengan melewati sungai lebih cepat sampai.
Oleh karena itu, saya dan rekan saya menyusun pengajaran yang lebih optimal dalam pembelajaran.Â
Saya melakukan pembelajaran dengan menggunakan buku tematik 2013 yang dibimbing langsung oleh guru pamong, namun saya memodifikasi pembelajaran menggunakan alat dan bahan yang mudah didapat seperti kertas karton, origami, kardus dll.
Dalam proses pembelajaran, saya menampilkan video pembelajaran dan power point yang sudah saya buat untuk dipelajari bersama anak-anak.Â
Dengan adanya pembelajaran menggunakan video dan power point, anak-anak sangat semangat untuk belajar dan bahkan ada yang tidak mau keluar bermain karena ingin terus belajar. Semangat belajar dibuktikan anak-anak dengan selalu berangkat sekolah lebih awal dari mulai penerjunan tanggal 22 Maret sampai penarikan tanggal 29 Juni 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H