Ringkasan data ini menunjukan merebaknya penyebaran Covid-19 masih belum terkendali.Â
Lalu, bagaimana tanggapan World Health Organization (W.H.O), sebagai lembaga tertinggi dunia dalam bidang kesehatan? Lembaga ini kelihatanya panik menanggapi lonjakan kasus positif dari hari ke hari. Â Mungkin karena kepanikan inilah yang mendorong lembaga ini untuk terus menerus mencari mekanisme jitu menghentikan penyebaran virus ini.Â
Selain mengeluarkan protokol kesehatan dalam menangani pandemi Covid-19 dan koordinasi dengan negara-negara di dunia, WHO juga menginisiasi beberapa bentuk kerjasama konkrit dengan beberapa negara maju di dunia.  Di antara kerjasama itu yang kasat mata adalah dalam bidang akademik, penelitian, kesehatan dan keuangan. Kerjasama di bidang terakhir digencar untuk mendukung pemberantasan pandemi Covid 19 di beberapa  negara-negara miskin dan rentan miskin.Â
Namun upaya kolaboratif dalam bidang keuangan ini tidak berjalan mulus. WHO 'ditantang' oleh pemimpin negara adidaya, Amerika Serikat, Jepang dan beberapa pemimpin negara maju lainnya. Para pemimpin negara-negara tersebut seolah-olah 'enggan' menyalurkan bantuan kepada WHO.Â
The New York Times, dalam rilis pada 15 April 2020, menyebutkan alasan utama Amerika Serikat enggan untuk memberikan sumbangan karena menganggap WHO sebagai Culprit, biang keladi dari munculnya pandemi Covid-19. Trump, seperti disebutkan dalam berita tersebut, menyalahkan WHO yang dianggap tidak mampu membendung laju penyebaran wabah internasional ini.Â
Ada tuduhan yang lebih serius yang disampaikan Trump. Rilis The New York Times, pada tanggal yang sama, menyebutkan bahwa WHO berkonspirasi dengan Tiongkok, sehingga kurang transparan atau  menutup-nutupi data awal penyebaran Covid-19.Â
Culprit Dibumbui dengan Politik Scapegoat
Politik Scapegoat, atau Politik Kambing Hitam, adalah taktik umum yang digunakan oleh para politisi untuk mengalihkan perhatian publik. Tindakan semacam ini biasanya dilakukan untuk memuluskan agenda tersembunyi dari para pelaku.
Untuk diketahui saja bahwa asal muasal nama "kambing hitam" (scapegoat) berasal dari Kitab Imamat dalam Kitab Suci. Dalam kisah tersebut diceritakan bahwa semua dosa Israel diletakkan di atas kepala seekor kambing, yang kemudian diusir secara ritual. Itu artinya bahwa kambing tersebut sama sekali tidak bersalah atau berdosa. Ia semacam dipersalahkan oleh ritualisme tersebut.
Konsep Politik Kambing Hitam ini gencar dipertontonkan beberapa pemimpin dunia (pemerintahan) terutama di tengah pandemi Covid-19. Pada umumnya mereka memainkan itu sebagai amunisi  political trick.Â
Seperti diberitakan bahwa tujuan dari Politik Kambing Hitam adalah untuk menjustifikasi diri, tatkala diserang rakyatnya karena tidak becus mengatasi wabah korona.Â