Mohon tunggu...
Kasmir  Nema
Kasmir Nema Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Keberagaman adalah anugerah.

Merawat perbedaan adalah panggilan kemanusiaan setiap insan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencari Culprit Pandemi Covid-19

23 April 2020   07:07 Diperbarui: 23 April 2020   07:18 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ringkasan data ini menunjukan merebaknya penyebaran Covid-19 masih belum terkendali. 

Lalu, bagaimana tanggapan World Health Organization (W.H.O), sebagai lembaga tertinggi dunia dalam bidang kesehatan? Lembaga ini kelihatanya panik menanggapi lonjakan kasus positif dari hari ke hari.  Mungkin karena kepanikan inilah yang mendorong lembaga ini untuk terus menerus mencari mekanisme jitu menghentikan penyebaran virus ini. 

Selain mengeluarkan protokol kesehatan dalam menangani pandemi Covid-19 dan koordinasi dengan negara-negara di dunia, WHO juga menginisiasi beberapa bentuk kerjasama konkrit dengan beberapa negara maju di dunia.  Di antara kerjasama itu yang kasat mata adalah dalam bidang akademik, penelitian, kesehatan dan keuangan. Kerjasama di bidang terakhir digencar untuk mendukung pemberantasan pandemi Covid 19 di beberapa  negara-negara miskin dan rentan miskin. 

Namun upaya kolaboratif dalam bidang keuangan ini tidak berjalan mulus. WHO 'ditantang' oleh pemimpin negara adidaya, Amerika Serikat, Jepang dan beberapa pemimpin negara maju lainnya. Para pemimpin negara-negara tersebut seolah-olah 'enggan' menyalurkan bantuan kepada WHO. 

The New York Times, dalam rilis pada 15 April 2020, menyebutkan alasan utama Amerika Serikat enggan untuk memberikan sumbangan karena menganggap WHO sebagai Culprit, biang keladi dari munculnya pandemi Covid-19. Trump, seperti disebutkan dalam berita tersebut, menyalahkan WHO yang dianggap tidak mampu membendung laju penyebaran wabah internasional ini. 

Ada tuduhan yang lebih serius yang disampaikan Trump. Rilis The New York Times, pada tanggal yang sama, menyebutkan bahwa WHO berkonspirasi dengan Tiongkok, sehingga kurang transparan atau  menutup-nutupi data awal penyebaran Covid-19. 

Culprit  Dibumbui dengan Politik Scapegoat

Politik Scapegoat, atau Politik Kambing Hitam, adalah taktik umum yang digunakan oleh para politisi untuk mengalihkan perhatian publik. Tindakan semacam ini biasanya dilakukan untuk memuluskan agenda tersembunyi dari para pelaku.

Untuk diketahui saja bahwa asal muasal nama "kambing hitam" (scapegoat) berasal dari Kitab Imamat dalam Kitab Suci. Dalam kisah tersebut diceritakan bahwa semua dosa Israel diletakkan di atas kepala seekor kambing, yang kemudian diusir secara ritual. Itu artinya bahwa kambing tersebut sama sekali tidak bersalah atau berdosa. Ia semacam dipersalahkan oleh ritualisme tersebut.

Konsep Politik Kambing Hitam ini gencar dipertontonkan beberapa pemimpin dunia (pemerintahan) terutama di tengah pandemi Covid-19. Pada umumnya mereka memainkan itu sebagai amunisi  political trick. 

Seperti diberitakan bahwa tujuan dari Politik Kambing Hitam adalah untuk menjustifikasi diri, tatkala diserang rakyatnya karena tidak becus mengatasi wabah korona. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun