Mohon tunggu...
Kasmir  Nema
Kasmir Nema Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Keberagaman adalah anugerah.

Merawat perbedaan adalah panggilan kemanusiaan setiap insan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

COVID 19 Berasal dari Laboratorium Virologi Wuhan?

18 April 2020   09:43 Diperbarui: 18 April 2020   09:42 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://fyi.extension.wisc.edu)

Merujuk pada fakta empiris saat ini, fenomena pandemi COVID 19 telah mengancam survivalisme spesies manusia. Data, per 17 April 2020, menyebutkan bahwa ada lebih dari dua miliar orang terinfeksi COVID 19 dan ratusan ribu orang kehilangan nyawa karena virus tersebut (https://www.worldometers.info/coronavirus/). Penyebarannya tak terbendung, COVID 19 sudah memapari 210 negara di dunia.

Negara-negara di berbagai belahan dunia, dalam upaya menghentikan penyebaran virus ini, telah menerapkan terobosan-terobosan ekstra ordinary melalui pelbagai kebijakan-kebijakan preventif dan kurabel. 

Di tengah meningkatnya eskalasi upaya-upaya tersebut, persoalan tentang asal-usul virus ini tetap menjadi sorotan publik. Yang sering ditanyakan banyak orang adalah dari mana asalnya virus yang sudah membunuh ratusan ribu manusia tersebut? Apakah berasal dari hewan, binatang, zat kimia?

Kesimpangsiuran atau ketidakjelasan asal-muasal virus ini menyebabkan munculnya berbagai spekulasi liar.  

Jauh sebelum kehebohan virus ini, Dean Koontz memprediksi kedahsyatan sebuah virus mematikan yang ditulisnya di dalam novel fiksi, The Eyes of Darkness, pada tahun 1989. Di dalam novelnya tersebut ia menjelaskan eksistensi sebuah virus mematikan yang disebut dengan WUHAN-400 (Bab 39). Novel itu menuturkan bahwa virus WUHAN-400 berasal dari sebuah kebocoran pada Laboratorium Senjata Biologis dan Kimia yang  berlokasi di salah satu pegunungan di Amerika Serikat. 

Masih menurut novel Koontz, kebocoran itu kemudian secara tidak sengaja mengenai Li Chen, seorang peneliti berkebangsaan Tiongkok. Peneliti inilah, menurut Koontz dalam novelnya, yang 'menyebarkan' virus tersebut kepada orang lain (hal 183). 

Apakah ini koinsidental semata? Entah ini merupakan kebetulan semata atau tidak, ada satu kesamaan antara jenis virus yang dibicarakan Koontz dengan tempat penyebaran pertama COVID 19 saat ini, yakni, WUHAN. Harus diakui bahwa ini adalah produksi fiksi yang kebenarannya masih belum bisa dipertanggungjawabkan secara akademis dan saintifik. 

Pertanyaan seputar asal-usul COVID 19 juga dilaporkan oleh banyak portal berita online. Beberapa di antara patut disebutkan di sini. 

World Economic Forum, misalnya, memaparkan hasil studi para ilmuwan yang mengindikasikan ketidakjelasan asal-usul COVID 19 dalam laporannya yang berjudul: Coronavirus origins: genome analysis suggests two viruses may have combined. Laporan yang diturunkan pada tanggal 20 Maret 2020 tersebut menjelaskan bahwa para "ilmuwan telah mencoba memahami COVID 19 dan virus yang menyebabkannya adalah: SARS-CoV-2".

"Awalnya, para ilmuwan percaya virus itu mungkin berkembang pada kelelawar, dan kemudian trenggiling. Namun, perbandingan genom menunjukkan bahwa virus SARS-Cov-2 adalah hasil rekombinasi antara dua virus yang berbeda, yang berarti asal-usul pasti dari virus masih belum jelas".( https://www.weforum.org/agenda).

Sementara itu laporan resmi yang dirilis oleh World Health Organization (WHO) bekerja sama dengan pemerintah Tiongkok pada tanggal 16-24 Februari 2020 memaparkan hanya satu paragraf tentang asal usul COVID 19 dari total empat puluh halaman laporan tersebut.  Di dalam laporan tersebut disebutkan bahwa "COVID-19 adalah virus zoonosis. Dari sebuah analisis filogenetik yang dilakukan dengan urutan genom, kelelawar tampaknya menjadi reservoir virus COVID-19, tetapi perantara host belum diidentifikasi" (https://www.who.int/docs).

Sumber lain yang mengulas topik serupa adalah INQUIRER.NET, salah satu Koran di Filipina. Di dalam edisi onlinenya, dirilis pada tanggal 13 April 2020, Koran ini menerbitkan sebuah artikel  berjudul: Research paper by Chinese scientists shows COVID-19 came from Wuhan biolab' (Makalah penelitian oleh para ilmuwan Tiongkok menunjukkan bahwa COVID-19 berasal dari Laboratorium Biologi di Wuhan).

Mengutip pernyataan Steven Mosher, pakar dan penulis Tiongkok-Amerika, INQUIRER.NET menjelaskan bahwa "Sebuah makalah penelitian Tiongkok menunjukkan bahwa coronavirus novel itu berasal dari biolab Wuhan dan bukan dari kelelawar yang dijual di pasar Wuhan". Sayangnya, makalah hasil penelitian tersebut, masih menurut Mosher yang dikutip oleh INQUIRER.NET, "sudah disensor oleh otoritas Komunis dan dikeluarkan dari publikasi online". Alhasil informasi tersebut tidak bisa diakses oleh publik. (https://lifestyle.inquirer.net)

Masih di dalam tulisan yang sama, INQUIRER.NET mengutip tulisan Mosher yang dipublikasikan di LifeSiteNEWS, pada 2 April 2020. Mosher menjelaskan bahwa kedua ilmuwan, Botao Xiao and Lei Xiao, dari Universitas Teknologi Milik pemerintah Tiongkok membantah klaim pemerintah Tiongkok yang menyebutkan bahwa Virus COVID 19 berasal dari kelelawar tapal kuda yang di jual di pasar Wuhan.  

Spekulasi teranyar tentang desas-desus asal-usul COVID 19 disuarakan oleh Mike Pompeo, Sekretaris Kabinet Amerika Serikat sebagaimana diberitakan oleh Reuters berjudul: Pompeo urges full transparency on coronavirus in call with top Chinese diplomat, U.S. says, pada 16 April 2020. (https://www.reuters.com)

Diberitakan bahwa, Pompeo meminta pemerintah Tiongkok untuk sungguh-sungguh transparan terhadap penanganan pandemi. Transparansi yang dimaksudkan Pompeo mencakup data awal penyebaran virus ini. 

Upaya menyelamatkan orang-orang yang sudah terinfeksi dan melakukan pencegahan terhadap penyebaran COVID 19 adalah dua hal yang paling urgen dilakukan saat ini. Namun demikian, pencarian asal usul kemunculan virus ini juga tetap dinilai relevan. Penelusuran tersebut valid sejauh dilakukan dalam rangka mencari titik terang untuk memberantas COVID 19, dan dilakukan oleh para ahli dibidangnya, bukan untuk saling menghakimi apalagi menyalahkan. 

Negara pertama tempat penyebaran virus terjadi dan otoritas terkait lainnya harus menjadi garda terdepan, disertai bukti-bukti ilmiah yang akurat, yang dapat menjawab kegaduhan publik ini. Penjelasan dibutuhkan untuk mengakhiri polemik-polemik yang berseliweran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun