Dimulai darimana? pertama perlu ada keepakatan antara orang tua, menetukan arah anak kedepan mau jadi apa. Yang tak kalah penting tentunya anak harus mendapatkan kasih dan sayang dari kedua orang tua ataupun guru. Hal ini bisa menumbuhkan mental anak yang percaya diri. Tidak mungkin seorang pedagang malu menjual barang dagangannya.
Selain anak harus di arahkan percaya diri tentu anak harus diberi contoh atau ada contoh riil tentang pedagang atau pengusaha yang bisa ditiru. Anak pun perlu dirangsang untuk dapat berkreativitas. Untuk menciptakan kreativitas anak perlu di beri ruang yang cukup, ruang yang memungkinkan anak tumbuh pola nalar dan kreativitasnya. Biasanya anak yang terlalu padat jam belajarnya maka anak sulit menumbuhkan kreativitas.
Dalam kreativitas perlu ruang sehingga anak harus lebih banyak di ajak dalam permainan, di beri kesepatan dan peluang serta di bimbing agar anak memiliki kekuatan untuk bertahan atau tahan banting terhadap aktivitas yang mungkin gagal jika dilakukan.
Setelah anak memiliki sifat percaya diri, punya jiwa kreative, memiliki mental yang handal, maka baru diperkenalkan kewirausahaan. Kegiatan apa yang kira- kira bisa mendatangkan uang? Misalnya ada anak yang mulai melakukan aktivita usaha melalui kegiatan pagi hari yaitu dari menjual makanan, sarapan pagi. Anak merasakan makan pagi dan membawa makanan dalam kotak jenis makanan yang dimakan tersebut kemudian ditawarkan kepada teman.
"Ini enak kok kuenya, kamu mau ngak, besok aku bawain ya". dari kalimat di prilaku ini anak membaca peluang, keesokan harinya maka akan menjual kue tersebut kepada teman dengan harga yang ditentukan. Jika anak tubuh kembangnya bagus maka anak akan berpikir apa yang besok akan dibuat dan bawa ke sekolah untuk di jual.Â
Prodak apa yang akan dibuat pasti dipikirkan, misal jenis makanan pagi, nasi uduk, nasi goreng, nasi bakar, nasi kuning dll. Semua anak harus bisa berpikir tidak melulu diajari.
Agar lebih mudah anak bisa melakukan wirausaha pendidikan yang utama misalnya dengan di berikan cerita-cerita yang realita, berdasarkan pengalaman orang tua, bersifat kongkrit. Dari pelajaran kongkrit maka anak akan lebih mudah mencontoh, meniru dan melakukan dari apa yang dilihat.
Apakah dengan cerita punya dampak positif terhadap pertumbuhan kreativitas anak? Biasanya dengan mendengarkan atau menyimak cerita maka akan timbul hayalan, semangat dan emosi yang positif tentunya.
Sebagai orang tua tentu harus memberi tantangan kepada anak untuk mencoba membuat prodak, yang lebih sederhana terlebih dahulu yang bisa dilakuan anak, misalnya Ager-ager. Mengajak anak memilih warna, rasa, cetakan. Setelah itu anak diajak mempraktekan dengan bimbingan dan pendampingan bagaimana cara pembuatanya dengan menerapkan rasa hepi dan gembira. Selanjutnya arahkan agar bisa mandiri.Â
Anak juga perlu dirangsang apa yang akan dijual, misal ager -ager, makanan lain apa, misal keripik pisang. Jadi saat menjual itu tidak hanya satu prodak yang dipasarkan sehingga mendidik dan menumbuhkan kegiatan yang menguntungkan sekali dayung, dua tiga pulai terlampaui. Artinya dalam satu kegiatan mendapat keuntungan yang banyak.