Penduduk di Pulau Hatta, sangat ramah menyabut setiap tamu yang datang berkunjung di pulau kecil ini. Senyum akrab memancar dari raut wajah penduduk. Itulah cara mereka memanjakan tamu, penghargaan kepada tamu lebih tinggi daripada sesama mereka yang bermukim di kampung itu.
Sebelum Covid-19 melanda negeri ini, pendapatan penduduk sebagian berasal dari kunjungan para tamu. Pulau ini tersedia banyak homestay dengan harga seragam, yakni Rp 250 ribu per malam.Â
Layaknya Bali, Para Bule yang datang berwisata sering menamakan pakayan seksi sembari meninikmati hamparan pasir putih dan karang laut yang indah. Namun oleh penduduk setempat penampakan seperti itu, bukanlah hal baru dan sudah dianggap biasa-biasa saja.
Pengalaman hidup secara internasional maupun regional sejak lampau hingga kini menjadikan masyarakat terbiasa dengan kehidupan kosmpolitan, majemuk dan pluralistik.Â
Bagi mereka, hidup dan menggantungkan hidupnya dengan orang asing adalah modal utama dan menjadi tambahan modal berusaha. Sebab, semakin terbuka, semain banyak relasi, semakin banyak konseksi dan semakin banyak pula pendapatan.
Hamparan pohon pala yang tumbuh membiru di samping kiri dan kanan sepanjang jalan stapak dari Kampung Baru menunju Kampung Lama, Negeri Pulau Hatta itu, membuat Saya yang baru pertama berkunjung di pulau ini terkagum-kagum, dan ingin sekali mengabadikan momen itu, tapi sayang Saya dan tim safari Ramadhan STP- STKIP Hatta Sjahir Banda Naira melewatinya di malam hari.** (KR).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H