Mohon tunggu...
Kasman Renyaan
Kasman Renyaan Mohon Tunggu... Administrasi - Peminat Sejarah

Anak pesisir pencinta sejarah dan budaya. Mencari ketenangan batin dengan menulis lepas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sabangka Asarope Nilai Kebaharian Orang Buton

2 Juli 2015   13:59 Diperbarui: 2 Juli 2015   14:00 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nilai kebaharian Sabangka Asarope merupakan spirit dan wujud bahari orang Buton dalam berlayar mengarungi ruang samudra. Pelayaran dan perdagangan maritim terpatri dalam jiwa orang Buton sebagai suku bangsa pelaut. Keberanian mengarungi laut ini, telah dilakukan sejak ratusan tahun silam hingga saat ini. Tradisi ini menjadi citra orang Buton di mata dunia. Sebab itu, tak berlebihan jika orang Buton bersama suku bangsa lainya dibagian timur Indonesia (Bugis, Makassar dan Mandar) digolongkan sebagai suku bangsa pewaris tradisi Melayu-Ploneysia dan bangsa Indonesia hari ini.

Orang Buton tidak hanya bisa berlayar dan berdagang, tetapi mereka juga pandai membuat perahu (Bangka), mencari teman dalam berlayar (sabangka), dan membentuk jaringan dagang di setiap daerah yang didatangi. Pengenalan terhadap ruang kultural menjadi prestise sosial bagi orang Buton dalam berlayar. Sekali menancapkan layar untuk satu tujuan berlayar (Asarope), maka mereka pantang kembali ke kampung, sebelum membawa hasil dan berhasil dalam pelayaran itu.

Semangat hidup di laut dengan Sabagka Asarope menjadi salah satu nilai yang harus dipegang oleh para pelayar-pedagang Buton. Nilai Sabangka, tercermin dalam setiap kali akan dilakukan pelayaran. Janji Sabangka diikrarkan sebelum pelayaran itu dilakukan. Bahkan mencari Sabangka, telah dilakukan sejak perahu Bangka itu dibuat. Sabangka berarti teman/ sahabat/ kawan/ yang diambil dari istilah perahu (Bangka) itu sendiri.

Bagi orang Buton perahu (Bangka/wangka) memiliki peranan yang sangat penting dalam rana kehidupan mereka di laut. Bahkan karena pentingnya, istilah perahu pun digunakan sebagai sapaan pada kehidupan didarat, untuk menyebut kawan/teman/ sahabat, yakni sabangka. Penyebutan Sabangka ini, bisa pula bermakna perahu teman dalam satu tujuan pelayaran yakni Asarope, diambil dari kata rope yakni bagian depan atau haluan perahu, diawali dengan kata asa yang bermakna satu atau sama (Baca: Tasrifin Tahara dkk., dalam buku panduan Seminar “Verivikasi Nilai Budaya Bahari Sabangka-AsaropeMakassar, Rabu 01 Juli 2015).

Bersatunya kata, dan perbuatan, segala tantangan kehidupan dilaut, dapat dihadapi. Karena itu, dalam setiap pelayaran semua para awak yang hendak berlayar harus mempunyai kesamaan kata dalam satu tujuan (Asarope), tunduk dan patuh pada komando Juragang, selaku orang yang dituakan dalam perahu. Karena kepatuhan terhadap pimpinan (juragang) akan menetukan keberhasilan dan keselamatan perahu dalam setiap waktu dilakukannya pelayaran.

Dalam konteks itu, jabatan seorang juragan perahu harus benar-benar orang yang berpengalaman. Pengalamanya tidak hanya pandai berlayar dan membaca fenomena alam dilaut, tetapi seorang juragang, juga dibutuhkan kepawaian berkomunikasi dengan orang lain atau dalam istilah mencari Sabangka. Sebab, juragang-lah yang nantinya mempunyai tugas dan tangungjawab labih dari para awak lainya. Mulai dari pengurusan surat pas jalan perahu, melapor di sahbandar, berkomunikasi dengan para pedagang lainya, membentuk jaringan dagagang, hingga menjadi sasaran dan ancaman petugas pemerintah, jika sewaktu-waktu perahu mereka bermasalah. Juragang-lah yang akan ditanyakan dan dipangil duluan dalam perahu, sebelum para awak lainya. Oleh sebab itu, kepatutan terhadap juragang menjadi hal yang wajib dan harus, demi tercapainya tujuan Sabangka Asarope dalam pelayaran dan perdagangan mengarungi ruang samudra.

Catatan: Kasman Renyaan, 02 Juli 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun