Mohon tunggu...
Kasman
Kasman Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen yang aktif melaksanakan kegiatan Tridharma Pendidikan Tinggi, Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Saat ini sedang melanjutkan Pendidikan Doktoral pada Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Waspada DBD, Vektor Mulai Resisten

19 Mei 2022   06:56 Diperbarui: 21 November 2023   20:24 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia memiliki sejarah panjang kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD). Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk pembawa Aedes aegypti. Obat dan vaksin DBD  masih dalam tahap penelitian. 

Salah satu upaya pengelolaan yang dilakukan pemerintah untuk memutus mata rantai penularan dengan cepat adalah pengelolaan vektor dengan pestisida kimia. 

Namun cara ini tidak dapat mengendalikan DBD, populasi vektornya masih besar, jumlah orang sakit semakin meningkat, kasus  dan KLB DBD terjadi setiap tahun, dan daerah penularan semakin bertambah dan meluas. 

Keadaan ini menimbulkan kecurigaan adanya resistensi vektor terhadap pestisida kimia untuk pengendalian vektor. Selain itu, berbagai efek buruk seperti keracunan  manusia dan pencemaran lingkungan dapat terjadi. 

Rendahnya biodegradabilitas pestisida memiliki efek buruk jangka panjang pada kesehatan manusia. 

Program penanggulangan DBD tidak dapat serta merta mengadopsi kebijakan pemilihan pestisida karena belum tersedianya hasil penelitian yang mendasarinya. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan data dan fakta untuk menjalankan program secara efektif.

Sebaran kasus DBD | Sumber: Kemenkes RI
Sebaran kasus DBD | Sumber: Kemenkes RI

Hal ini tentu menyulitkan program dalam mengambil keputusan pemilihan insektisida. Atas dasar ini, dilakukan pengumpulan hasil penelitian tentang status kerentanan nyamuk vektor dibeberapa wilayah di Indonesia. 

Sehingga diharapkan penyusunan kebijakan pemilihan insektisida dalam mendukung perencanaan, penyelenggaraan dan evaluasi program penanggulangan DBD di Indonesia. 

Terjadi resistensi vektor terhadap beberapa jenis insektisida disebagian wilayah Indonesia seperti malathion, deltamethrine, lambda-cyhalothrin, dan permethrine.

Sumber: Kemenkes RI
Sumber: Kemenkes RI

Penggunaan larvasida alami juga sudah seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk menjadikannya sebagai alternative pengganti larvasida kimiawi yang terbukti telah mengalami resistensi terhadap vektor DBD. 

Beberapa temuan hasil penelitian memberikan opsi untuk memulai projek penggunaan larvasida alami dalam mengendalikan vektor DBD. Selain itu, Monitoring resistensi harus menjadi bagian integral dari Promram Pengendalian veltor DBD dilakukan 3 tahun sekali.

Surveilan rutin perlu dilakukan sebagai kegiatan deteksi dini resistensi, sehingga tidak terjadi kegagalan pengendalian serta dapat membenarkan penggantian penggunaan insektisida. 

Perlu adanya urun pemikiran dan penelitian para ahli lingkungan, entomologi, ahli insektisida, dan pakar epidemiologi yang dapat memberi kontribusi pemikiran tentang cara pengendalian vektor yang paling sesuai dan spesifik daerah, karena DBD merupakan penyakit berbasis lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun