Mohon tunggu...
Kaslani ADB
Kaslani ADB Mohon Tunggu... Guru - Guru BK

Guru Bimbingan dan Konseling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menciptakan Pemimpin Pembelajaran yang Mendorong Well-Being Ekosistem Pendidikan di Sekolah

21 April 2022   12:43 Diperbarui: 21 April 2022   12:55 10329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokpri
Dokpri

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara murid dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran itu ibarat mata uang yang mempunyai dua sisi, dilihat dari sisi guru disebut pengajaran, tetapi dilihat dari siswa yaitu belajar. Keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan sering disebut kegiatan belajar mengajar. 

Pembelajaran sebagai proses yang dikembangkan oleh guru dalam mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir murid, potensi dan bakat yang dimiliki murid. 

Sama hal nya seperti seorang guru penggerak, bahwa diharapkan menjadi agen perubahan dalam pendidikan di lingkungan sekolah tempat mengajar, menjadi pendamping bagi rekan guru lain mengenai pengembangan pembelajaran di sekolah, mendorong peningkatan kepemimpinan murid untuk berkembang dalam proses pembelajaran, dan membuka ruang diskusi bersama murid atau rekan sejawat dalam penanganan masalah pembelajaran yang dialami. Kegiatan ini akan menjadi pendorong dalam menciptakan well-being ekosistem pendidikan di sekolah yang menyenangkan.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Seorang guru penggerak dituntuk untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara menyeluruh, aktif, dan proaktif selain itu mampu membentuk dan mengembangkan komunitas praktisi di lingkungan sekolah. 

Keberhasilan suatu pembelajaran tergantung pada peran guru dalam menyusun rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran yang digunakan, sehingga hal ini membutuhkan suatu keterampilan dalam penyusunan rencana pembelajaran yang menarik dan meningkatkan minat murid dalam belajar. 

Perencanaan pembelajaran ini disusun mulai dari identifikasi kebutuhan murd, kesiapan belajar murid, minat belajar murid dan profil belajar murid. Selama ini pembelajaran yang dilaksanakan masih kurang memperhatikan hal-hal di atas sehingga keberhasilan suatu pembelajaran belum maksimal. pembelajaran macam ini merupakan bentuk pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan murid.


Dokpri
Dokpri

Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga mampu memperbaiki lakunya. 

Oleh karena itu maka seorang guru harus memiliki keterampilan coaching agar mampu membantu menuntuk kodrat (potensi) murid untuk berkembang. 

Pembentukan komunitas praktisi di lingkungan sekolah sebagai salah satu cara dalam pembentukan kolaborasi pembelajaran, maka seorang CGP juga harus mampu memberikan coaching kepada rekan komunitas praktisi mengenai permasalahan pembelajaran di sekolah.

Coaching model TIRTA memiliki kemudahan dalam menuntun seorang coach untuk membantu mengatasi masalah murid, karena sudah merupakan urutan dan teknik yang tepat sehingga terselesaikan masalah yang dialaminya. 

Beberapa hal diantaranya untuk menjadi pemimpin pembelajaran yaitu bahwa seorang guru harus memiliki kemampuan menjadi seoarng coach dalam membantu murid atau rekan guru yang memiliki masalah melalui Teknik coaching. 


Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Prinsip coaching sendiri adalah:

  1. Pendidik (coach) mampu berkolaborasi dengan coachee (murid).
  2. Coach menuntun, memfasilitasi, memaksimalkan potensi coachee.
  3. Berfokus pada solusi.
  4. Berorientasi pada hasil dan sistematis.

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu cara pembelajaran yang mendukung dan memperhatikan kebutuhan murid, yaitu melalui diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk/hasil. 

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi kita juga dapat berkolaborasi melalui pembentukan komunitas praktisi dan komunitas belajar bersama rekan guru di lingkungan sekolah. Salah satu bentuk pembelajaran berdiferensiasi yaitu dengan menerapkan pembelajaran sosial dan emosional. 

Pembelajaran sosial dan emosional merupakan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan murid dan guru/rekan sejawat di sekolah dapat memperolah dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. 

Pembelajaran sosial dan emosional berisi mengenai keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan murid untuk dapat bertahan dalam permasalahan sekaligus mampu memiliki kemampuan untuk memecahkan masalahnya, dan juga mengajarkan mereka menjadi orang yang bertanggungjawab. 

Dalam pembelajaran sosial dan emosional ini akan menemukan cara mengenai pengalaman apa yang akan dialami oleh murid, apa yang akan dipelajari oleh murid dan bagaimana guru dalam memberikan pembelajaran. 

Untuk itu, guru sebagai pemimpin pembelajaran mampu merancang bagaimana sekolah dan ruang kelasnya, bagaimana waktu belajarnya, teknik dan model pembelajaran yang digunakan dan hubungan komunitas serta stakeholder yang terlibat di dalamnya dalam menciptakan well-being ekonsistem pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun