Mohon tunggu...
KMPS Psikologi UAI
KMPS Psikologi UAI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Departemen Kajian Aksi Strategis dan Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa KMPS Psikologi Universitas Al - Azhar Indonesia

Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal FoMO dan Panic Buying melalui Konser Coldplay di Jakarta

1 Juni 2023   18:50 Diperbarui: 1 Juni 2023   18:55 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa waktu lalu, jagat media sosial dihebohkan dengan konser Coldplay yang akan diselenggarakan pada tanggal 15 November 2023 di Jakarta, Indonesia. Bahkan, sebelum pengumuman resmi dari pihak promotor Coldplay di Indonesia, antusias para penggemar dan non-penggemar pun menggebu - gebu menunggu kedatangan Band tersebut. 

Sebelum promotor mengumumkan secara resmi Coldplay akan konser di Jakarta, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno sempat keceplosan di Instagram bahwa Band tersebut akan datang ke Indonesia membuat netizen kaget dengan postingan tersebut. Kemudian tidak lama dari itu, Sandiaga Uno menghapus postingan tersebut agar tidak memberikan harapan yang tidak pasti kepada penggemarnya. 

Hingga akhirnya, pada tanggal 9 Mei 2023, PK Entertainment dan Third Eye Management mengumumkan secara resmi Coldplay akan konser di Jakarta. Kemudian dalam selang 2 hari, harga tiket pun diumumkan secara resmi oleh promotor beserta tanggal penjualan tiket tersebut tepatnya pada tanggal 11 Mei 2023. 

Hal ini menimbulkan euforia dan antusias netizen yang ter-persuasi oleh video - video experience dari konser Coldplay yang berseliweran di media sosial seperti TikTok dan Instagram untuk dapat menonton konser tersebut. Contohnya seperti ketika Coldplay sedang membawakan lagu "A Sky Full of Stars". Coldplay membawakan performa yang bagus hingga penonton 'jingkrak -  jingkrak'. Pada akhirnya, viewers juga memiliki perasaan untuk merasakan pengalaman yang sama. Hal tersebut menimbulkan fenomena Fear of Missing Out (FoMO) pada netizen. 

Dikutip dari laman Instagram KMPS Psikologi Universitas Al-Azhar Indonesia, FoMO adalah respons emosional dalam diri seseorang yang merasa bahwa dirinya sedang kelewatan atau ketinggalan suatu fenomena atau interaksi sosial yang penting dan sedang tren saat ini. Rasa takut akan ketinggalan tersebut mengacu pada perasaan bahwa orang lain bersenang-senang dan menjalani kehidupan yang lebih baik.

FoMO sering menyebabkan perasaan tidak nyaman, ketidakpuasan, depresi dan stres. Individu dengan FoMO cenderung akan mencari hal-hal yang dilakukan orang lain dan selalu ingin terhubung dengan orang lain (Przybylski, Kou, Cody, & Valerie, 2013). Dikutip dari Tech Target, menunjukkan bahwa FoMO paling tersebar luas di kalangan anak muda millenial. 

Dampak psikologis dari fenomena FoMO menurut Beyens, Erison, & Eggermont (2016) serta Przybylski, dkk (2013) bahwa FoMO menjadi tanda kesejahteraan psikologis seseorang cenderung negatif. Dikatakan demikian karena perasaan takut, cemas, serta khawatir yang dihasilkan adanya FoMO membuat individu tidak mampu untuk menguasai lingkungan menjalin relasi positif dengan orang lain, dan penerimaan diri yang rendah. 

Dengan adanya konser Coldplay di Jakarta, fenomena FoMO ini membuat penggemar dan non-penggemar memiliki perasaan cemas karena merasa tertinggal dan tidak bisa mengikuti konser Coldplay. Dengan adanya fenomena FoMO ini, muncul perilaku panic buying dalam membeli tiket Coldplay. 

Panic buying diartikan sebagai perilaku konsumen berupa pembelian produk dalam jumlah besar agar tidak mengalami kekurangan di masa depan (Shou, Xiong, & Shen, 2011). Dalam konteks ini, para pembeli melakukan pembelian tiket yang kompulsif dan menjualnya kembali untuk mendapatkan keuntungan. Dengan tingginya minat penonton, sehingga menimbulkan rasa panik untuk dapat segera membeli tiket tersebut. 

Bagaimana solusi kita untuk mengurangi FoMO dan Panic Buying?

Faktor penyebab utamanya yaitu penggunaan media sosial, karena medsos dapat mempengaruhi pikiran kita terhadap orang lain. dan kita selalu merasa tidak puas dengan apa yang kita punya. Dengan kita membatasi penggunaan media sosial, kita dapat mengurangi tingkat kecemasan terhadap kekurangan diri dan fokus terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun