Sistem pengajaran di Finlandia adalah yang terbaik di dunia karena bukan saja manusiawi, tetapi hemat baik dalam hal waktu dan biaya. Namun, sistem sekolah formal di Finladia sangat sulit ditiru negara lain di dunia.Profesi guru sangat didambakan oleh banyak orang di Finlandia. Hal yang unik karena menjadi guru di Finlandia digaji sangat rendah; hanya 2520 Euro per bulan (sekitar 40 jutaan rupiah).Â
Gaji rata-rata lulusan sekolah menengah saja sekitar 2600 Euro, sementara gaji untuk tamatan pendidikan sarjana di 3300 Euro. Walaupun untuk menjadi guru di Finlandia, seseorang harus menjadi lulusan terbaik dan bergelar master tetapi pada akhirnya mereka harus bersedia digaji setara dengan lulusan sekolah menengah. Kondisi ini menggambarkan bahwa setiap guru adalah orang yang memiliki komitmen penuh untuk mengajar dan membuat anak didiknya pintar dan semangat mengenalkan ilmu pengetahuan tanpa pengawasan.
Nasib guru di Finlandia cukup bail karena adanya jaring pengaman sosial oleh negara. Negara seperti Inggris juga sebenarnya menggunakan metode pendidikan yang hampir sama seperti Finlandia tetapi Inggris memiliki sistem pengawasan ketat dengan adanya sistem audit atas hasil kerja guru. Namun, saat ini mereka sedang mengalami krisis karena penurunan jumlah orang yang bersedia menjadi guru. Selain itu terdapat eksodus besar-besaran orang yang ingin keluar dari profesi guru terutama di sekolah negeri. Jam kerja yang panjang, tekanan mental yang berat dan gaji yang rendah disebut sebagai penyebab. Gaji guru di Finlandia hampir sama dengan gaji guru  di Inggris bahkan jika masa kerja sudah lama gaji guru di inggris jauh lebih besar.Â
Namun dengan jumlah gaji sebesar itu terdapat kecenderungan kenaikan jumlah guru yang tidak mampu bayar sewa rumahnya (apalagi beli) sehingga terancam jadi homeless. Banyak guru yang menghabiskan lebih dari 80% gajinya hanya untuk bayar sewa rumah. Tanpa sistem sosial yang bisa menjamin bahwa masyarakat berminat jadi guru maka sistem Finlandia tidak akan berhasil.
Hal yang sering tidak masuk akal di negeri tercinta kita ini yaitu jika negara seperti Finlandia dan Inggris hanya mampu menggaji gurunya rendah padahal rate pajak pendapatan mereka tinggi dan tingkat korupsi rendah maka realistiskah jika banyak ahli pendidikan yang menyuruh agar gaji guru setara dokter dan insinyur di Indonesia sementara saat bersamaan mereka meminta pendidikan gratis? Dan meminta agar kita menerapkan sistem pendidikan seperti Finlandia dimana waktu sekolah sebentar, minim PR dan tidak perlu diawasi serta guru diberikan kebebasan melakukan pekerjaannya?
Disini saya menganalogikan ilmu pengetahuan itu adalah bunga. Setiap negara memiliki bunga yang berbeda yang diperkenalkan, walau secara anatomi berbeda bentuk tetapi secara garis besar memiliki bagian yang hampir mirip. Finlandia bisa diumpamakan mengenalkan bunga lili pada anak-anaknya. Keunikan Finland adalah mereka memiliki guru yang sangat handal dalam mengenalkan bunga lili tersebut pada murid-muridnya.Â
Teknik pengenalan bunga lili di Finlandia adalah dengan membawa murid melihat dan mengenal keindahan bunga secara langsung. Karena guru sudah sangat dipercayai dan diseleksi sangat ketat dan diyakini sangat mencintai bunga dan anak-anak, maka dana pendidikan optimal digunakan untuk memperkenalkan bunga pada anak-anak. Karena anak diperkenalkan langsung pada keindahan bunga lili maka tidak perlu waktu lama dan usaha yang sulit untuk memperkenalkan bunga lili dan bagian-bagian bunga pada anak-anak. Anak-anak akan sangat mengenal bunga serta antusias untuk mengenal banyak bunga lain karena mereka melihat langsung keindahan bunga lili yang diperkenalkan pada mereka. Para guru di Finlandia tidak ada yang bekerja keras. Mereka hanya dituntut untuk memiliki kreatifitas agar semua anak bisa menikmati dan mengenal keindahan bunga lili tersebut secara merata.
Pada sisi lain kita mengenal teknik memperkenalkan bunga berbeda pada Jepang. Mereka menggaji gurunya mahal, tetapi sangat konstan menilai kinerja guru dan murid serta jam pelajaran panjang. Disini mereka memperkenalkan bunga sakura. Teknik memperkenalkannya adalah dengan gambar. Tetapi semua anak diperkenalkan gambar detail dari setiap bagian bunga. Selalu diberikan tes  dan banyak PR untuk menyakini bahwa mereka paham setiap bagian bunga tersebut secara detail dan mendalam. Disini yang bekerja keras adalah murid dan guru.Â
Guru harus banyak mempersiapkan tes serta memerikasa dan memberi nilai. Murid harus banyak bekerja keras karena mereka harus melalui banyak tes dan memiliki banyak pr. Selain itu tingkat sosial guru dan murid tergantung dari hasil nilai tes tersebut. Guru yang hebat dinilai dari nilai tes muridnya dan peningkatan nilainya. Nilai murid menentukan masa depan dan tingkat sosial masa depan karena ada strata dalam dunia pendidikan antara sekolah dan kelas elit dengan sekolah dan kelas buangan.
Dan terakhir adalah Indonesia yang mencoba untuk memperkenalkan bunga anggrek. Cara guru hanyalah menunjukkan gambar bunga angggrek setelah itu menyuruh muridnya menghapal setiap bagian dari bunga di gambar. Karena banyak guru yang memiliki kesibukan lain maka waktu mengajar tentu saja sedikit, umumnya lebih mengutamakan pekerjaan lain dan menjadi guru bukanlah karena passion tetapi untuk cari uang mudah dan masa depan cerah sebagai PNS yang punya pensiun.Tidak ada pengawasan berarti karena para pengawas hanyalah kolega yang juga ikut bayar biar bisa dapat kerja. Ketika ada ujian nasional maka para guru lalu membuat pelajaran dengan cara melatih murid menjawab soal tentang bagian dari bunga tanpa peduli bahwa si anak tahu apa itu bunga dan gunanya bagi hidup masa depan mereka. Maka jadilah negara kita jika disuruh memanfaatkan taman di dalam negeri atau bekerja di taman di luar negeri bukan orang yang mengurus dan memanfaaatkan bunga tetapi hanya tukang bersih sekitar bunga di taman tersebut.
Lebih seru lagi jika kita lihat bahwa diberi tahu bahwa sistem kita salah maka yang diperdebatkan bukan cara memperkenalkan bunga tapi jenis bunganya. Semua akan bilang bahwa Indonesia beda denga Finlandia dan Jepang dan bunga yang perlu diajarkan berbeda. Hal yang tentu saja benar. Tetapi apakah karena kita mempelajari bunga anggrek sementara Jepang belajar Sakura dan Finlandia belajar lili maka cara kita mengajarkan tidak boleh sama dengan cara orang di luar negeri?
Pendidikan gratis identik dengan kesejahteraan guru yang rendah. Pendidikan gratis berarti memberikan tanggungan biaya sepenuhnya kepada negara. Hal itu menjadi makin pasti jika pendidikan gratis dilakukan pada negara dengan tax rate rendah.
Indonesia bisa melaksanakan pendidikan dengan model Finlandia hanya jika mengandalkan orang tua sebagai guru, karena merekalah yang bisa berkomitmen mengenalkan bunga secara utuh dan sepenuh hati kepada anaknya walau tidak digaji. Dengan sistem pendapatan dan jaringan pengaman sosial yang kita miliki saat ini maka hanya sistem Jepang yang bisa memperbaiki kualitas pendidikan formal kita. Jika kita tetap mau membuat anak mencintai ilmu pengetahuan, maka negara hanya bisa melakukannya dengan mendorong makin banyak masyarakat menggunakan homeschooling.Â
Sumber daya guru berupa ibu yang memiliki pendidikan  tinggi namun tidak bekerja sangat berlimpah di Indonesia. Berikan panduan dan kurikulum yang baik yang bisa diakses di internet. Bentuk komunitas sehingga anak-anak homeschooling mudah belajar bersosialisasi. Dan pastikan mereka mudah mendapatkan ijazah yang setara dengan sekolah formal. Dengan itu walau pemerintah mengeluarkan dana tambahan untuk sekolah informal tetapi akan mampu mengurangi jumlah orang yang dibiayai secara penuh melalui sekolah negeri formal.
Nb. (Tidak bisa posting komentar jadi harus jawab langsung di tulisan)
Tulisan ini banyak yang menyajikan data yang sangat menggeneralisir. Misalnya,tidak semua negara dengan sekolah gratis menggaji gurunya rendah, contohnya Jepang. Selain itu tidak semua guru di Finlandia sempurna dan atau semua guru di Jepang memberi pendidikan yang keras dan membosankan. Masih banyak lainnya.
Generalisasi dilakukan untuk menyederhanakan tulisan dan memudahkan penyampaian. Saya mengakui agak terlalu keras mengkritik guru di Indonesia terpengaruh tulisan Elizabeth Pisani berjudul" Indonesian Kid Don't Know How Stupid They Are". Tulisan yang sangat merendahkan bangsa Indonesia sepertinya tetapi memberikan fakta yang tidak terbantahkan dan sangat benar menyoroti kelemahan pendidikan kita dengan tingginya absenteism guru di sekolah Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H