Sering kali, tangisan sang adik justru membuat teman yang sedang mencari tahu posisi persembunyian kami, dapat ditemukan dengan mudah. Namun, meski penuh tantangan, permainan ini membawa kebahagiaan yang sederhana. Sayangnya, anak-anak sekarang lebih banyak menghabiskan waktu bermain dengan gawai. Tangisan adik pun kini lebih cepat reda jika diberi HP.
5. Mencari Udang di Sungai
Di masa kecil, mencari udang di sungai adalah kegiatan seru yang kami nantikan. Kami biasa menambatkan daun pinang kering di pinggir sungai atau di rumpun bambu pada sore hari. Keesokan paginya, kami menarik tambatan tersebut, dan hasil tangkapannya luar biasa. Udang batu, udang sungai, hingga kepiting kecil berwarna hitam dan oranye sering kali menjadi hasil tangkapan kami.
Pagi itu, mamak akan memasak hasil tangkapan kami menjadi lauk lezat, seperti udang goreng atau sambal udang dengan belimbing wuluh. Namun, sungai yang dulu melimpah dengan hasil alam kini sudah berbeda. Udang-udang itu semakin sulit ditemukan.
6. Camilan dari Hasil Kebun
Ibuku sering membuat kolak pisang, ubi, dan aneka kue tradisional dari hasil kebun. Hampir setiap hari, ada camilan segar yang tersedia di rumah. Pisang dan ubi selalu ada, karena kami menanamnya di pekarangan rumah atau kebun abusyik.
Kami tidak mengenal makanan ringan dalam kantong plastik dengan warna mencolok atau penuh pengawet seperti sekarang. Semua makanan serba alami, dan mungkin inilah salah satu alasan mengapa orang-orang dulu jarang sakit aneh-aneh.
7. Keseruan Memungut Biji Melinjo
Daerah kami terkenal dengan emping melinjo. Saat kecil, memungut dan mengumpulkan biji melinjo adalah kegiatan yang menyenangkan. Kami biasanya menjual biji melinjo kepada toke yang datang ke kampung. Dari hasil penjualan ini, kami mendapatkan uang jajan yang membuat kami sangat bahagia.
Namun, tidak jarang biji melinjo tersebut diolah sendiri oleh ibu menjadi emping melinjo. Kami senang membantu ibu membuat emping, mulai dari memukul biji melinjo hingga mengeringkannya. Emping yang kami buat sering dijual dengan harga lebih tinggi dibandingkan bijinya. Kegiatan ini memberikan pelajaran tentang kerja keras dan cara menghargai hasil alam.
Zaman kini telah berubah. Kehidupan di desa tidak lagi sama seperti dulu. Banyak hal sederhana yang dulu membawa kebahagiaan kini tergantikan oleh kemajuan teknologi. Namun, kenangan masa kecil ini tetap abadi di hati saya. Semoga kita bisa menjaga cerita-cerita ini agar tidak terlupakan oleh generasi berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H