Mohon tunggu...
Siti Hajar
Siti Hajar Mohon Tunggu... Penulis - Novelis

Write for education and self healing

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Beberapa Kegiatan Seru Tidak Lagi Dinikmati Anak-anak di Desa

1 Januari 2025   18:08 Diperbarui: 1 Januari 2025   18:08 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Foto: Ilustrasi kampung Asri (AI Image creator)

Beberapa Kegiatan Seru yang Tidak Lagi Dinikmati oleh Anak-anak di Desa

Oleh: Siti Hajar

Tahun 2024 berlalu. Kini saya merenungi sambil bernostalgia dengan kisah masa kecil saya di kampung. Zaman telah berubah begitu pesat. Perubahan ini dipengaruhi oleh arus modernisasi yang tidak bisa dielakkan, serta globalisasi yang mau tidak mau harus kita adopsi. Banyak hal dari masa lalu yang perlahan-lahan hilang, digantikan oleh teknologi dan kebiasaan yang lebih modern. Alat-alat sederhana yang dulu digunakan oleh nenek dan orang tua kita kini hampir lenyap sama sekali.

Berikut saya tuliskan beberapa kebiasaan yang saya nikmati saat kecil di desa, namun kini jarang atau bahkan tidak lagi ditemukan:

1. Mencuci Baju di Sungai
Dulu, mencuci baju di sungai adalah rutinitas harian yang dilakukan oleh ibu-ibu dan anak-anak. Bahkan, sungai juga sering digunakan untuk membuang hajat (maaf). Saat ini, mencuci baju di sungai masih ada, tetapi jumlahnya sudah sangat sedikit. Mencuci baju dengan tangan, menyikat pakaian di pinggir sungai dengan air jernih yang mengalir deras, sudah jarang terlihat.

Selain itu, sungai kami kini tidak lagi sama. Bebatuan kecil yang tersusun rapi di dasar sungai serta pasir-pasirnya telah habis digali oleh pihak-pihak yang hanya mementingkan keuntungan pribadi. Mereka menjual pasir dan batu untuk keperluan pembangunan jalan, rumah, dan gedung. Sungai yang dulu menjadi tempat bermain dan sumber kehidupan kini kehilangan pesonanya.

2. Mengangkut Kayu Bakar
Dulu, memasak menggunakan kayu bakar adalah hal yang biasa. Sebelum teknologi gas masuk, sempat ada masa ketika kompor minyak tanah menjadi pengganti kayu bakar. Namun, kebijakan pemerintah yang menghapus penjualan minyak tanah membuat masyarakat beralih ke kompor gas.

Mengangkut kayu bakar dari kebun abusyik (kakek) adalah kegiatan rutin kami, terutama saat libur sekolah. Menjelang bulan Ramadan, ibu-ibu di desa kami sibuk menumpuk kayu bakar di sisi rumah dekat dapur. Kayu-kayu itu disiapkan agar selama Ramadan dan Idulfitri tidak perlu repot mengangkut lagi, sehingga ibadah bisa lebih khusyuk.

3. Membeli Minyak Tanah dengan Botol Kaca
Saat saya kecil, membeli minyak tanah adalah tugas yang sering diberikan kepada saya dan saudara-saudara saya. Kami senang menjalankan tugas ini karena biasanya ada uang sisa yang bisa digunakan untuk jajan. Namun, tugas ini tidak selalu berjalan mulus. Botol kaca yang kami bawa sering terjatuh karena tidak sengaja tersenggol atau terantuk batu di jalan.

Jika botol itu pecah, bukan uang jajan yang kami dapatkan, melainkan gerutuan ibu atau nenek. Meski begitu, pengalaman ini menjadi kenangan yang tak terlupakan dan mendewasakan kami seiring waktu.

4. Bermain Petak Umpet (Pet-Pet Ko- Bahasa Aceh)
Permainan tradisional seperti petak umpet adalah salah satu hiburan favorit kami. Namun, berbeda dengan sekarang, kami sering bermain sambil membawa adik. Bayangkan, berlari sambil menggendong adik di pinggang---yang ukuran tubuhnya hampir sama dengan kami sendiri!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun