Mohon tunggu...
Siti Hajar
Siti Hajar Mohon Tunggu... Penulis - Novelis

Write for education and self healing

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memaknai Arti Kehilangan

31 Agustus 2022   16:02 Diperbarui: 31 Agustus 2022   16:08 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sela obrolan kami teriring tawa kerap menyelingi. Sambil makan jeruk dan buah pir. Terasa sekali hawa kedekatan anak perempuan dengan cinta pertamanya. Saya tidak menyadari bahwa ini adalah senda gurau kami untuk terakhir kali. 

Betapa saat itu adalah waktu yang berharga di antara kami berdua. Saya merasakan bahwa cinta bapak sangat besar kepada saya. Demikian juga kepada saudara-saudara saya. FYI, kami adalah 8 bersaudara. Saya kembar 3b, demikian bapak menuliskannya di rapor SD.

Setelah asar saya pamit kepada bapak dan mak, karena harus berangkat ke Banda Aceh, ada yang perlu saya ambil di kost-an sebelum nanti berangkat ke Medan. Malamnya saya istirahat dengan sangat nyaman, hati saya tenang karena bapak sudah jauh lebih baikan setelah saya tinggalkan sore harinya. Berharap sehari setelahnya bapak sudah bisa pulang ke rumah

Ternyata Allah berkata lain, Bapak dijemput malaikat dalam keadaan sehat, bapak sudah tidak sakit lagi. Saya sedih tidak dapat mengiringi detik-detik ajal menjemput bapak. Alhamdulillah Mak menemani beliau hingga akhir. Qadarullah, tentu Allah punya caranya sendiri.

Kepergian, bapak tidak hanya menyisakan kesedihan, sekaligus menguatkan kenangan-kenangan yang tidak terlupa kala kami kecil. Bapak selalu ada untuk kami. Beliau ayah dan juga guru kami. Walau profesinya seorang guru, tetapi kami sama sekali tidak merasa digurui olehnya. Bapak sangat santun dalam mendidik kami.

Bapak memiliki rasa humor yang tinggi. Orang-orang mengenalnya sebagai sosok yang memiliki selera humor tinggi. Ada saja bahan kelakarnya yang membuat siapa pun yang berada di dekatnya terhibur. Namun, jangan salah bapak tidak selamanya bersikap lembut kepada anak-anaknya dan juga rekan-rekannya. 

Saat ada yang harus dibereskan terkait dengan kedisiplinan yang kami anggap remeh, bapak akan bersikap tegas. Dengan wajah memerah, bapak akan menindak langsung siapa yang tidak mau ikut aturan. Bapak akan terlihat menyeramkan, membuat kami anak-anaknya segan pada sosok Bapak.

Satu hal yang membuat dada sesak dan airmata tidak bisa berhenti adalah saat saya menemukan kotak pandora di laci meja kerja bapak di rumah. Saya menemukan surat cinta saya untuk bapak saat kuliah dulu.

Ternyata bapak menyimpan surat-surat saya beserta amplopnya yang rata-rata berwarna merah muda. Di awal-awal kuliah pindah dari kampung ke kota, saya mengalami home sick seperti yang lainnya. Merindukan suasana rumah. 

Kangen Bapak dan Mak, saat itulah saya seringkali menulis surat kepada bapak. Surat-surat itu saya kirim melalui kantor pos yang berada di kawasan kampus. Saya mengirimkannya ke alamat sekolah bapak. Beliau tidak pernah membalas. Namun, setelah menerima surat-surat dari saya, bapak langsung menelpon ke asrama---tempat saya tinggal. Dulu tidak ada ponsel apalagi ponsel pintar.

Selain surat-surat cinta, saya juga menemukan KHS (kartu hasil studi) saat kuliah. Saat mengambil KHS, Prodi kami mewajibkan membawa amplop yang sudah dibubuhkan prangko, lengkap dengan alamat orangtua. Bapak menyimpan semua kartu-kartu hasil belajar saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun