Mohon tunggu...
Siti Hajar
Siti Hajar Mohon Tunggu... Penulis - Novelis

Write for education and self healing

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Buat Kesepakatan Sebelum Menikah

18 Agustus 2022   17:14 Diperbarui: 18 Agustus 2022   17:43 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: https://gambaridco.blogspot.com

Pertanyaan mengenai pentingkah perjanjian pra nikah? Bagi saya ini penting. Karena bersatunya dua insan dari latar belakang yang berbeda bukanlah perkara yang mudah. 

Kehidupan rumah tangga dijalani bukan hanya untuk satu dua hari, tetapi sampai maut memisahkan. Tidak sedikit kita mendengar orang-orang yang rumah tangganya hancur karena merasa belum mengenalnya, tidak menyangka dia (suami/istri) bisa berbuat demikian, padahal saat masih belum menikah dia tidak seperti itu.

Sebelum menikah orang tidak menunjukkan sifat aslinya. Sikap dan perilaku yang ditunjukkan adalah yang baik-baik saja. Baru setelah berumah tangga, tinggal bersama sifat aslinya keluar. 

Banyak orang syok karena biasanya kalau ketemu saat pacaran, pasangannya bersih dan wangi, nyatanya setelah menikah dia jarang mandi dan berganti pakaian. Lain lagi yang saat pacaran selalu berkata lembut dan penuh perhatian. Setelah tinggal bersama suaminya ringan tangan, keras kepala dan egois.

Untuk menghindari dan meminimalisir kemungkinan buruk pasca pernikahan perlu dibuat perjanjian pra nikah. Saya pikir tidak perlu sampai membuat sertifikat, tetapi dengan mengetahui lebih awal kelebihan dan kekurangan masing-masing, nantinya saat berada dikehidupan nyata pernikah menjadi lebih siap.

Berikut beberapa pertanyaan yang harus disepakati sebelum menikah. Disclaimar teman-teman ini sependek pengetahuan penulis. 

1. Penghasilan atau sumber keuangan. Tidak bisa dipungkiri sebagian besar alasan orang-orang bercerai dan memilih jalannya masing-masing karena faktor keuangan. 

Not all about the money hanyalah alasan klise. Nyatanya banyak orang yang ketika semua kebutuhannya terpenuhi semua akan terlihat baik-baik saja, diakui atau tidak. Demikian sebaliknya jika masalah keuangan tidak beres, maka alasan lainnya menjadi pemicu retaknya hubungan suami istri.

Saat mau menikah calon suami harus terbuka mengatakan yang sebenarnya. Pekerjaan apa yang dilakoninya dan berapa nominal penghasilannya. Jika ada utang katakan, bahwa saat ini kamu sedang menanggung utang. Tidak sedikit hari ini anak laki-laki menanggung utang orang tuanya. Tentu kamu tidak ingin keuangan suamimu terganggu karena dia menanggung utang keluarganya.

Demikian juga bagi perempuan katakan berapa kebutuhan hidup sehari-hari. Walau ini terkesan tidak etis, tetapi menurut saya harus terbuka. Karena saat sudah menikah kamu tidak terkejut dengan kemampuan suami yang tidak bisa memenuhi kebutuhan harianmu. Jangan malu untuk mengatakannya. Kamu punya hak untuk dicukupkan semua kebutuhanmu. 

2. Cek hal-hal sensitif semisal mengenai seberapa taat dia melakukan ibadahnya. Bagaimana pendapatnya tentang agama. Apakah ada niat atau minat sama-sama belajar agama lebih dalam atau bahkan ini dijadikan prioritas. Bagi saya ini sangat-sangatlah penting. Karena agama manjadi pedoman dalam hidup. 

Saya beruntung suami saya dulu dalam perjanjian pranikah, kami sepakat apapun nantinya masalah dalam keluarga, maka penyelesaiannya adalah agama. Ikuti apa kata hukum syariat. Yakin dan percaya tidak ada satupun masalah rumah tangga yang tidak bisa diselesaikan dengan hukum Islam. Tidak perlu egois dan keras kepala dengan ini.

3. Kamu harus tahu di mana nanti akan tinggal setelah menikah. Dari beberapa Ustaz yang saya dengar tausiahnya sangat menyarankan untuk tinggal terpisah dengan keluarga atau orang tua pasca mengucapkan ijab kabul. Memilih tidak tinggal di rumah istri maupun di rumah suami adalah jalan terbaik. 

Saat ini tidak jarang kita dengar ketidakromantisan hubungan antara menantu-mertua. Mertua yang terlalu menunjukkan powernya, demikian juga dengan menantu yang ogah di suruh-suruh oleh mertua. Sudah tentu dalam posisi ini yang paling pusing adalah laki-laki yang berstatus sebagai anak dan juga suami. Pusing harus berpihak kepada siapa. Kepada ibu atau kepada istri.

Boleh saja tinggal bersama mertua, asalkan ada kesepakatan sebelumnya untuk saling menghargai semua anggota keluarga dalam rumah tersebut. 

Namun, tidak perlu menanti bom meledak karena masing-masing telah menabuhkan genderang perang, jika gejala ketidakharmonisan dalam rumah tangga sudah muncul, segera ambil sikap, pindah dari rumah mertua. Jika belum ada rumah sendiri, menyewa rumah tentu lebih baik sambil menabung membuat rumah pribadi. 

Bagi kamu yang hari ini mengalami masalah ini, belum terlambat untuk mengambil sikap, sebelum semuanya terlambat. Ancamannya adalah mahligai rumah tangga kesayangan kalian menjadi taruhannya.

4. Kebiasan-kebiasaan yang boleh dan tidak. Utarakan keinginan masing-masing pasca menikah. Hal-hal kecil yang mungkin tidak terpikirkan saat ini. 

Misalnya mengenai apakah suami membebankan istrinya untuk menyiapkan kopi paginya. Atau apakah kebiasaan ngumpul bersama teman-teman, tetap dibolehkan setelah menikah atau tidak. Atau berapa kali dalam seminggu suami atau istri boleh keluar sendiri tanpa ditemani pasangannya. 

Hal lain apakah suami membolehkan istrinya bertemu keluarganya sesering yang dia mau? Jika tidak, atur frekuensi yang dibolehkan. Atau apakah harus ada kerabat yang mendampingi atau suami sendiri yang akan menemaninya. Lagi-lagi buatlah kesepakatan tentang ini.

5. Merokok. Jika kamu seseorang yang sangat membenci rokok. Pastikan calon suamimu tidak merokok, apapun alasannya. Hati-hati perokok yang mengatakan merokok bila sedang ingin saja. Kamu jangan mudah percaya dengan ini. 

Perokok itu candu. Ia pasti berbohong jika mengatakan bahwa merokok saat sedang stress atau sedang banyak pikiran saja. Percayalah orang seperti ini tidak bisa dipercaya. Putuskan calon suami yang mengatakan hanya merokok sewaktu-waktu saja. Ia Pembohong. 

6. Pertanyaan mengenai bagaimana dia tidur. Sekilas masalah ini bukanlah sesuatu yang harus dipermasalahkan, Namun, percayalah ada orang yang pisah ranjang--lari ke kamar sebelah gara-gara salah satu di antaranya tidak bisa tidur karena kipas angin dan AC menyala. 

Tanyakan kepada calon imam-mu, apa yang dia inginkan di kamar tidur, apakah mesti ada kipas angin atau AC? Jika jawabannya, iya. Kamu harus mikir ulang bila kamu termasuk orang yang tidak bisa tidur dengan kipas angin dan AC. Namun, jika kalian sama-sama senang tidur saat ada kipas angin atau AC, artinya kalian cocok di bagian ini. 

7. Mengisi waktu luang. Apakah kamu termasuk tipe yang suka di luar rumah, jalan-jalan tidak tentu arah? atau pribadi yang senang menghabiskan waktu dengan tidur seharian untuk mengisi liburan?  

Jangan paksakan pasanganmu di panas terik untuk jalan-jalan karena kamu memang senang dengan aktivitas luaran sementara pasanganmu orang suka di rumah saja. Ini sering menjadi masalah, yang satu maksa keluar yang satu lagi harus diangkat badannya agar bisa bangun dari tempat tidur. 

Jika kalian kebiasaan yang berbeda, perilaku dan pilihan-pilihan hidup, buatlah kesepakatan agar di kemudian hari kalian sama-sama mendapatkan hak masing-masing.

Demikian teman-teman semoga ini menjadi pertimbangan bagi kalian yang saat ini sedang meniti pintu gerbang pernikahan. 

Salam sehat. Love your life 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun