Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan-pesan mendalam dengan bahasa yang indah dan padat. Salah satu nama besar di dunia sastra Indonesia adalah Chairil Anwar, yang dikenal dengan karya-karyanya yang penuh emosi dan pemikiran yang tajam. Salah satu karyanya yang cukup terkenal adalah puisi berjudul 'Aku'.
Puisi 'Aku' pertama kali dipublikasikan pada tahun 1943 di majalah 'Poedjangga Baroe' yang saat itu menjadi media yang berperan penting dalam perkembangan sastra Indonesia modern. Puisi ini kemudian dijadikan sebagai bagian dari buku pertama Chairil Anwar yang berjudul 'Deru Campur Debu' yang diterbitkan pada tahun 1945.
Puisi 'Aku' merupakan salah satu puisi yang sangat berpengaruh dalam sastra Indonesia. Karya ini dianggap sebagai manifestasi kegagasan dan pernyataan identitas dari Chairil Anwar yang bersifat introspektif. Chairil Anwar memperlihatkan kesadarannya akan 'aku'-nya sebagai individu yang hidup dalam dunia modern yang penuh konflik dan ketidakpastian.
Pada awal puisi, Chairil Anwar menulis seperti pada kutipan puisi yang berisi
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalangÂ
Dari kumpulan yang terbuang
Â
 Yang merupakan metafora dari keadaan manusia yang liar dan tidak terkendali. Bahkan dia menyebut-nyebut dirinya sebagai binatang jalang, sebuah simbol kehinaan
Pada bagian akhir puisi, Chairil Anwar menyatakan:
Dan aku akan lebih tak peduli