Mohon tunggu...
KASIH WULAN RAHMADANI
KASIH WULAN RAHMADANI Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - siswa kelas XII Mipa 4 SMAN 1 Waled

hobi nonton drama korea

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sekolah Berisiko Jadi Ajang Kampanye

5 Februari 2024   15:15 Diperbarui: 5 Februari 2024   15:20 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah berisiko jadi ajang kampanye merujuk pada kondisi di mana lingkungan sekolah, baik itu secara sengaja maupun tidak sengaja, menjadi tempat di mana berbagai pihak menggunakan platform pendidikan untuk menyuarakan atau mempromosikan agenda politik, agama, atau ideologi tertentu. Hal ini dapat mengganggu netralitas lingkungan pendidikan dan menciptakan ketidakseimbangan dalam penyampaian informasi kepada para siswa.

Berdasarkan catatan KPU, pemilih pada pemilu 2024 didominasi oleh kelompok Generasi Z, yakni sebanyak 23% dari total keseluruhan pemilih.

Para politikus menargetkan para pemilih baru yakni siswa SMA/SMK yang genap berusia 17 tahun, untuk menggaet suara mereka. Menurut politikus dari fraksi PDIP, Masinton Pasaribu yang dikutip dari BBC News Indonesia mengatakan "kalau sebatas memberikan edukasi politik tentang pentingnya memberikan pemahaman politik, menurut saya itu masih oke. kalau sekolah jadi ajang kampanye harus tegas tidak diperbolehkan dalam politik praktis," ungkap Masinton.

Kampanye di lembaga pendidikan dengan izin dan tanpa atribut merupakan peluang yang positif. Namun, perlu disertakan dengan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis yang jelas dari KPU agar tidak disalahgunakan.

Sekolah merupakan tempat yang seharusnya terbebas dari ajang kampanye yang dapat mengganggu proses pendidikan dan perkembangan anak-anak. 

Lalu bagaimana caranya supaya pelajar tetap mengetahui visi misi para calon? Untuk mengetahui visi dan misi para calon, pelajar dapat menghadiri debat atau forum, mencari informasi melalui media sosial atau situs web resmi calon, dan berdiskusi dengan rekan sejawat atau pemilih lainnya. Dengan langkah-langkah ini, pelajar dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang visi dan misi para calon sehingga dapat membuat keputusan yang lebih terinformasi ketika memilih pemimpin mereka.

Penting bagi semua pihak terkait, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat luas, untuk bersama-sama memastikan bahwa sekolah tetap menjadi lingkungan yang netral dan fokus pada penyampaian pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian, kita dapat menciptakan generasi muda yang terdidik dengan baik dan mampu berpikir secara independen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun