[caption caption="Jambo Bada"][/caption]
Pisang goreng atau dalam bahasa aceh disebut “Bada” merupakan makanan yang sering kita temukan di daerah kita, ”Bada” merupakan makanan ringan yang hampir semua orang tak ada yang tak selera, apalagi saat musim hujan tiba. Jika anda jalan – jalan ke Gampong Meunasah Sangkalan,Susoh – Abdya, anda pasti menemukan makanan ini , ada dua “Jamboe Bada” (tempat jual pisang goreng) yang berdekatan di kampung ini , “Jamboe bada” kak ani dan” Jamboe bada” mandeh, “Jamboe Bada” ini mulai dibuka dari pukul 15.00 wib sampai pukul 21.30 wib. Setiap hari “Jamboe Bada” ini tak pernah sepi dari pengunjung, baik orang – orang dari kampung itu sendiri, tak jarang juga orang – orang dari luar kampung yang berhenti untuk membeli, harganya murah meriah cuma Rp.500 sepotong. Jika anda berkesempatan melewati Gampong Meunasah rasanya tak sempurna jika anda tidak berhenti dan mencicipi sepotong “Bada” produksi kak ani dan mandeh.
Kak ani dan mandeh hampir sepuluh tahun berjualan “Bada” menurut mereka usaha ini cukup membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup, penghasilan mereka tiap hari rata- rata hampir 200rb dari hasil penjualan “Bada”, siapa menyangka dengan usaha kecil ini mendapat penghasilan sebesar itu. walaupun pengahasilan tersebut masih perkiraan kotor tapi setidaknya ini merupakan wujud nyata bahwa para perempuan di Gampong Meunasah masih bersemangat ingin bangkit dan berdaya. Langkah kak Ani dan Mandeh ini merupakan wujud nyata dari teori Asset Based Thingking ( Berpikir Bertumpu Pada Kekuatan ) mereka mampu mengenali dan menemukan kekuatan mereka, kemudian mereka dapat memamfaatkan kekuatan tersebut untuk menggapai mimpi mereka dalam memenuhi kebutuhan keluarga, konsep inilah yang selalu di dengung- dengung kan dalam dunia pemberdayaan dan mereka sudah menerapkannya. Luar biasa congrulation buat Kak Ani dan Mandeh.
Melihat dinamika kehidupan pada masa sekarang ini, sepertinya kita perlu mencontoh apa yang sudah dilakukan oleh Kak Ani dan Mandeh dengan “Jambo Bada” nya dalam hal memberdayakan diri, mulai dari semangat mereka, usaha mereka dan kemauan mereka dalam berbuat ,tidak berdiam diri apalagi meratapi nasib yang sudah terjadi. Virus baik seperti ini perlu kita sebarkan agar semua kita lebih percaya diri bahwa semua kita mampu berdiri sendiri, kita mempunyai kekuatan dan kelebihan, hanya saja kita kurang peka terhadap hal itu dan cendrung menyalahkan keadaan. Sudah saatnya kita robah cara berpikir kita ke arah yang lebih baik , berpikirlah bertumpu pada kekuatan sebab ini merupakan langkah awal untuk mewujudkan kemandirian, Seperti yang sudah di terapkan oleh Kak Ani dan Mandeh dengan “Jamboe Badanya.”
Mengutip Sebuah hadih madja Aceh “ yang mulet cok sihah yang bagah cok sidupa “ (yang lambat dapat sehasta, yang cepat dapat serentang tangan )” memang betul adanya, semua kita harus bergerak cepat dan pandai membaca peluang, bersebab jika kita tak bergerak mustahil hidup kita akan berubah, seperti perkataan orang bijak “ tak penting anda pintar atau tidak, kaya atau tidak, berpangkat atau tidak, yang terpenting begitu matahari terbit anda harus bergerak cepat karna yang cepat dan rajinlah yang menang”. Mungkin bagi sebagian kita, ini hanya sebuah kata kata sederhana, tapi bagi orang-orang yang bisa memahami dan melakukan, kata-kata ini mempunya esensi yang luar biasa. Ingat kata –kata bisa merubah dunia, Percaya atau tidak beitulah adanya tergantung cara kita memamfaatkan nya, Semoga apa yang dilakukan kak Ani dan Mandeh dengan “ Jamboe Bada” nya menjadi inspirasi bagi kita semua. #sangkalan.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H