Saya Kaseri, S.Pd., M.M. adalah calon guru penggerak angkatan 7 dari SMAN 1 Jombang Jawa Timur. Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan kesimpulan dan refleksi Nilai dan Peran Guru Penggerak sekaligus sebagai koneksi antar materi modul 1.2.
Setelah saya menjalani pembelajaran dari Modul 1.1 hingga Modul 1.2 ini, berikut adalah hal yang menjadi pembelajaran bagi saya (model refleksi 4P)
1. Â Â Fact/Peristiwa
Pada modul 1.1 saya telah banyak mempelajari Filosofi Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Saya merasa banyak hal yang sudah saya pelajari tentang konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Konsep-konsep pemikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pemikiran dan wawasan saya tentang pendidikan. Pemikiran-pemikiran KHD tentang pendidikan, dengan trilogi filosofi yang termasyhur "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani"Â sangat banyak mempengaruhi perkembangan pendidikan di Indonesia dari dulu hingga sekarang. Bahkan kini menjadi dasar pelaksanaan Kurikulum Merdeka.
Saya tertarik dengan definisi Pendidikan dan Pengajaran yang ternyata dua hal sangat berbeda. Pengajaran (onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Maksudnya, pengajaran itu tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu yang berfaedah untuk hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Pendidikan diartikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan di modul 1.2 saya banyak belajar tentang nilai-nilai dan peran guru penggerak. Guru adalah manusia yang senantiasa berusaha untuk menggerakkan manusia lainnya. Sehingga, guru harus tergerak, kemudian bergerak dan akhirnya menggerakkan manusia yang lain.
- Manusia tergerak, materi yang dibahas antara lain: Kinerja otak (triune brain, berpikir cepat-lambat), Kebutuhan genetis (5 kebutuhan dasar manusia), serta tahap-tahap tumbuh kembang anak.
- Manusia merdeka bergerak, dengan materi: memahami teori pilihan, motivasi intrinsik, profil pelajar pancasila, dan nilai-nilai guru penggerak.
- Menuntun kekuatan kodrat manusia menggerakkan, materi yang dibahas: diagram identitas gunung es, lingkaran pengaruh, dan peran guru penggerak.
Untuk itu Guru Penggerak diharapkan dapat memainkan peran-peran memimpin perubahan dalam ekosistem pendidikannya masing-masing. Kepemimpinan seorang Guru tentunya akan lebih maksimal jika memiliki keterampilan ataupun kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Kompetensi-kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin di lingkungan sekolah, yaitu: mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, serta memimpin pengembangan sekolah. Guru Penggerak juga berfokus sebagai pemimpin yang menggerakkan diri, sesama, serta lingkungan-masyarakat untuk mewujudkan sekolah yang berpihak pada murid. Saya akan menjalankan semua peran Guru Penggerak, dengan berbagai nilai-nilai Guru Penggerak yang saya miliki antara lain berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif.
Kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang saya fahami adalah
- Sebagai guru penggerak saya harus mampu menggali potensi-potensi murid yang masih terpendam seperti teori gunung es.
- Dalam bergerak dan menggerakkan saya harus memahami filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, seperti tujuan pendidikan (memerdekakan manusia, menjadikan manusia selamat dan Bahagia), filosofi tri rahayu (Hamemayu Hayuning Sarirom, Hamemayu Hayuning Bongso, Hamemayu Hayuning Bawono), filosofi Trikon (Kontinu, konvergensi, konsentris), filosofi tringe (Ngerti, Ngeroso, Ngelakoni), serta filosofi Triloka (Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani)
- Dalam menjalankan semua peran Guru Penggerak, saya akan mengoptimalkan nilai-nilai Guru Penggerak yang saya miliki antara lain berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif.
2. Â Filling/Perasaan
Saat mempelajari modul 1.1 dan 1.2 perasaan saya adalah
- benar-benar mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang luar biasa. Selama ini pemahaman saya tentang filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara hanya mengetahui istilah Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri handayani hanya sekilas saja. Tetapi setelah mempelajari kedua modul ini, saya mendapatkan pengetahuan yang sangat penting sekali dalam hubungan saya dengan murid.
- perasaan saya campur aduk, antara perasaan malu dan senang. Malu karena selama ini saya belum maksimal melakukan pembelajaran yang berpusat pada anak. Dan senangnya, karena saya mendapatkan banyak pengetahuan baru tentang filosofi dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara serta nilai dan peran guru penggerak, ddan menyadarkan saya untuk segera berubah dan bergerak kea rah lebih baik.
- Semakin belajar pada program guru penggerak, terasa saya tidak ada apa-apanya. Bahkan saya menemukan jalan baru "terasa tersadarkan" yang bisa saya gunakan untuk pengembangan kompetensi dan mencari ilmu seluas-luasnya. Ternyata setelah mempelajari filosofi Ki Hadjar Dewantara ini, saya sangat perlu belajar lagi agar nantinya mampu menerapkan di lembaga saya dan menggerakkan komunitas di sekitar.
- Sementara saat saya mempelajari tentang teori otak triune, saya merasa sangat takjub, seperti menemukan sebuah fakta atau kenyataan aneh `bahwa kita juga memiliki otak reptil yang mengelola semua otomatisasi dan reflek di tubuh demi kelangsungan hidup kita, sehingga mampu mengkonservasi energi yang digunakan otak.
3. Â Â Findings/Pembelajaran
Sebagai guru, sebelum mempelajari modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, saya meyakini beberapa hal berikut:
- Pendidikan dan Pengajaran adalah dua hal yang sama
- Guru adalah subjek utama kegiatan pembelajaran
- Guru menjadi satu-satunya sumber ilmu bagi siswa
- Siswa hanya objek yang tidak mengerti apa-apa
Hal ini tentu sangat berpengaruh pada kondisi pembelajaran yang saya lakukan.
- Proses transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik lebih banyak saya lakukan secara klasikal (ceramah, diskusi, dan tanya jawab) dengan menggunakan bantuan TIK (Teknologi dan Informatika Komputer). Saya menganggap peserta didik tidak akan paham kalau materi pelajaran tidak saya jelaskan.
- Peserta didik dikatakan berhasil belajar suatu materi jika mereka bisa mengerjakan soal ulangan/ujian/asessmen sesuai dengan kompetensi dasar yang tertera di kurikulum serta mendapat nilai yang mampu melampaui KKM.
- Pembelajaran selalu dituntut menyelesaikan materi dengan alokasi waktu terbatas
- Kegiatan belajar sebagian besar selalu dilaksanakan di dalam kelas
- Memberikan tugas yang seragam pada peserta didik tanpa mempertimbangkan keragaman/ differensiasi potensi peserta didik
- Selalu beranggapan bahwa pemberian sanksi/hukuman kepada peserta didik dapat mengubah perilaku mereka ke arah yang lebih baik
Setelah belajar modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, saya merasa banyak hal yang sudah saya pelajari tentang konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Konsep-konsep pemikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pemikiran dan wawasan saya tentang pendidikan.
Pendidikan dan Pengajaran ternyata dua hal yang sangat berbeda. Pengajaran (onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Maksudnya, pengajaran itu tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu yang berfaedah untuk hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Pendidikan diartikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Tumbuh kembangnya anak terletak di luar kecakapan atau kehendak kita sebagai seorang pendidik. Anak-anak adalah makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kita selaku pendidik hanya pamong yang dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan kodrat itu, agar dapat memperbaiki lakunya itu. Dalam menuntun anak-anak, kita dapat mengibaratkan diri sebagai petani, dan anak-anak yang kita didik sebagai benih (misalnya benih padi). Kita sebagai pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya padi tersebut, kita dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya, tetapi kita tidak dapat mengganti kodrat-nya padi. Misalnya, kita tidak bisa memaksa padi itu tumbuh seperti jagung atau tanaman lainnya.
Sebagai pendidik kita harus tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Pada dasarnya anak bukanlah tabularasa (kertas kosong) yang bisa digambar sesuai dengan keinginan orang dewasa, tetapi anak sudah membawa kekuatan atau kodratnya yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam anak berbeda-beda. Kodrat alam anak yang tinggal di pesisir pantai akan beda kodratnya dengan anak yang tinggal di pegunungan. Mereka akan memiliki potensi, bakat dan minat yang berbeda. Maka kita harus menyadari bahwa setiap anak itu beragam, berbeda, dan mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Sedangkan kodrat zaman berhubungan dengan zaman yang dialami oleh peserta didik pada saat pengajaran atau pendidikan berlangsung. Kita harus menyiapkan anak-anak dapat memenangkan kompetisi pada zamannya dengan membekali kompetensi yang cukup dimasa yang akan datang. Untuk pendidikan saat ini, para pendidik harus menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad ke 21 (creative, critical thinking, collaboration, communication)
4. Â Future/Penerapan ke depan (Rencana)
Setelah memahami modul 1.1 dan 1.2 maka kegiatan nyata rencana penerapan dalam aktifitas saya sebagai seorang guru penggerak baik dalam kegiatan keseharian, atau kegiatan yang terprogram rutin berkesinambungan, maupun kegiatan yang sifatnya adhoc (khusus) adalah sebagai berikut:
A. Â Kegiatan Keseharian
Dalam keseharian nanti selama tiga tahun ke depan, saya berusaha
- Tetap konsisten menjadi contoh atau role model dan inspirasi bagi murid, rekan guru-guru sejawat, teman-teman se-profesi baik di lingkungan kelas, sekolah, keluarga maupun masyarakat sekitar. Misal: menjadi teladan dalam kedisiplinan, hadir di sekolah selalu tepat waktu, menebarkan contoh kebaikan dalam bersikap, bertutur kata, dan perbuatan
- Saya secara tekun akan menerapkan dan menciptakan iklim yang mendukung tumbuh kembangnya Profil Pelajar Pancasila pada murid dalam hal penanaman nilai-nilai karakter yang terangkum dalam Profil Pelajar Pancasila
- Saya secara tekun akan menerapkan konsep "ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani".
- Menerapkan model-model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dengan menerapkan nilai-nilai berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif. dan juga terus berinovasi menerapkan pembelajaran berbasis TIK untuk menarik minat peserta didik (student's engagement)
- Membangun relasi-komunikasi atau kolaborasi bersama rekan-rekan sejawat maupun dengan unsur pimpinan di sekolah
B. Â Kegiatan Rutin Berkesinambungan.
Beberapa kegiatan rutin berkesinambungan yang akan saya jalankan antara lain:
- Pengembangan dan pembinaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
- Pengembangan dan pembinaan kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
- Pengembangan dan pembinaan kegiatan pembinaan Kompetisi Sains Nasional (KSN)
- Pengembangan dan pembinaan Gerakan Literasi dan Numerasi Sekolah
- Mengembangkan model pembelajaran melalui MGMPS Matematika
Untuk mewujudkan dan mengembangkan kegiatan tersebut, saya akan:
- Menyusun program kerja rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
- Membuat/menyusun indikator dan target kegiatan
- Senantiasa refleksif dalam bentuk refleksi sederhana 4FÂ (fact, findings, feeling dan future)Â terhadap semua kegiatan tersebut, sehingga setiap kegiatan dan kebijakan yang saya ambil pasti ada jejak tulisannya.
- Membangun dan mengembangkan kolaborasi dengan rekan guru lain, baik pada tingkat sekolah saya sendiri, dengan pimpinan sekolah, dengan dinas dan pemangku jabatan terkait, maupun dengan organisasi profesi.Â
C. Â Kegiatan Khusus
Selain kegiatan keseharian dan rutin berkesinambungan, saya juga akan membuat kegiatan-kegiatan khusus sebagai berikut:
- Mengadakan kegiatan In House training (IHT) bagi semua komponen sekolah, tentang pemahaman pengembangan sekolah yang berhamba pada murid terkait kurikulum merdeka
- Mengadakan kegiataan Study Tiru langsung ke SMA yang sudah menerapkan kurikulum merdeka dan sekolah penggerak
- Pemetaan guru serumpun dan sesuai kelompok mata pelajaran, untuk pengembangan model pembelajaran
- Mengadakan workshop untuk pembuatan modul ajar yang akan dipakai untuk pembelajaran
- Menjalin kerjasama dengan lembaga/instansi terkait secara struktural baik di tingkat kabupaten, propinsi, dan nasional
- Pengembangan infrastruktur untuk proses pembelajaran seperti laboratorium Komputer, Laboratorium Fisika, Kinmia, Biologi, dan IPS untuk memastikan siswa dapat melakukan praktik dalam pembelajaran
- Menjalin komunikasi dan pemberdayaan ikatan alumni yang tersebar di seluruh Indonesia untuk bersama sama mengembangkan sekolah
- Bekerjasama dengan perusahaan daerah untuk menjadi sponsor berbagai kegiatan baik yang dilakukan oleh siswa atau secara kelembagaan
- Mengimplementasikan nilai-nilai guru penggerak, yang tergerak, bergerak dan menggerakkan guna mewujudkan profil pelajar pancasila.
- Selalu upgrade dan update kemampuan dan kompetensi melalui workshop, seminar, pelatihan, diklat, bimtek, sosialisasi, dan lain sebagainya dengan cara mendatangkan tenaga-tenaga kompeten yang berpengalaman demi peningkatan kompetensi guru untuk menjawab perubahan kebutuhan di lapangan
Guru Penggerak
Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H