Tangkahan adalah kawasan hijau di Sumatera Utara yang luasnya ribuan hektar. Media-media menyebut Tangkahan sebagai 'keindahan tersembunyi di Sumatera Utara,' atau 'hidden paradise'. Tidak sepenuhnya benar-benar 'hidden' karena Tangkahan bisa dijangkau 4-5 jam dari Bandara Internasional Kuala Namu.Â
Selama perjalanan sama sekali tidak merasakan sesuatu yang belum terjamah. Kami melewati banyak kampung kecil, dan tak pernah kehilangan pandangan dari kendaraan bermotor. Tangkahan memang indah, tapi sudah pasti tidak tersembunyi.Â
Tangkahan  identik dengan gajah. Itu salah satu alasan kenapa kami memilih tempat ini untuk pembuatan video promosi wisata. Sisi ekowisatanya ada, meski kurang bisa dirasakan.
Lokasi tempat latihan satwa khusus gajah dibagi lima. Pertama kawasan liar untuk gajah mencari makanan yang alami, lalu ada kawasan galeri gajah yang termasuk kawasan konservasi dan camping ground, kemudian kawasan klinik gajah, selanjutnya kawasan kandang gajah, lalu sungai, dan terakhir tempat melihat-lihat gajah.Â
Semua kawasan ini dihubungkan oleh jembatan gantung. Sayang, karena kami datang di masa pandemi, pengunjung hanya boleh sampai titik visitor center.
Menurut kordinator mahout, Sudiono, gajah memiliki rutinitas. Malam hari turun dari hutan menuju kandang. Pagi hari mereka mandi di sungai yang berada persis di depan kandang, lalu mencari makan mengikuti aliran sungai. Sekitar sore mereka kembali mandi di sungai.
Terdapat delapan gajah saat kami berkunjung ke Tangkahan. Lima gajah dewasa, tiga anak gajah. Tapi mereka tidak satu keluarga karena dua gajah didatangkan dari kawasan Aceh. Gajah dan satwa dilindungi lainnya yang berada di Tangkahan berada dibawah wewenang Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang membentang dari Aceh sampai Sumatera Utara.
Derasnya arus air sungai acap terdengar saat berada di Tangkahan. Sungai terbesar adalah Batang Serangan, lalu sungai Buluh Besar, dan Buluh Kecil. Aliran air segar dan jernih sering menjadi tempat bermain para pengunjung. Salah satu yang permainan air paling digemari adalah tubing.
Saya sempat mendengar cerita dari salah seorang guide yang menemani kami soal hubungan manusia, satwa, dan alam di Tangkahan. Orang memanggilnya Bang Jack.
Di sela istirahat siang, Bang Jack mengisahkan kondisi di Tangkahan di awal pandemi Covid-19. Seperti kebanyakan orang di seluruh dunia, mereka juga mengalami kesulitan hidup akibat pandemi.
Pengunjung Tangkahan berkurang dan bahkan kemudian ditutup sementara. Mencari uang di tempat lain pun sepertinya sulit. Bang Jack dan teman-teman berpikir keras. Mau tak mau, mereka harus kembali mengandalkan alam. Bercocok tanam untuk menyambung hidup. Tapi bagaimana agar tanaman mereka tidak diambil monyet, atau dirusak gajah?