Seorang anak warga kampung Fam di kepulauan Fam, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, mengayuh sampan kecilnya di sekitar dermaga. Dari daratan beberapa orang berteriak.
"Jerry... Jerry.. tempo (cepat)," teriak paling kencang datang dari seorang mace. Mungkin kerabatnya. Mace meminta Jerry mendekat dan mengambil sesuatu yang tergenang di air. Saat Jerry melihat dari kejauhan, mereka berlomba-lomba menunjuk benda berceceran di air tersebut. Sampah plastik.
Jerry mengayuh sampannnya meliuk-liuk, dari tengah hingga ke pinggir pelabuhan kecil, dari bawah jembatan hingga yang di atas karang. Dalam beberapa detik, sampah plastik di air berpindah ke sampan mungil yang gesit itu.
Setelah sampah diangkat, Jerry menjauh dengan sampannya. Dia tersenyum malu pada beberapa turis yang berkunjung ke desanya. Dari kejauhan dia seolah sedang bermain seperti anak-anak lain. Tapi Jerry punya misi. Dia memunguti sampah-sampah plastik yang mengapung.
Sampah plastik ancaman besar biota laut yang menjadi kekuatan wisata di Raja Ampat. Pengunjung atau turis, termasuk saya, sering lupa melakukan hal-hal kecil yang membuat pekerjaan penduduk kampung bertambah. Membuang sampah pada tempatnya, atau membawa sampah plastik kecil, bukan pekerjaan sulit dan bisa dilakukan oleh siapa pun.
Sampah-sampah plastik sedang dan akan semakin mengancam keindahan pantai dan alam Raja Ampat. Kawasan Asia konon penghasil sampah plastik terbesar di dunia. Asia memiliki sungai-sungai panjang dan besar, seperti sungai Gangga di India, Yangtse di China, sungai Mekong, Indus, dan lainnya. Sungai-sungai menjadi penyalur 90 persen sampah plastik ke laut.
Beberapa waktu lalu, dunia dihebohkan dengan kehadiran sosok peduli lingkungan muda, Greta Thunberg. Orang sibuk membicarakannya. Dia pun menjadi sosok global dalam sekejap. Lalu selanjutnya apa?
Inilah masalah terbesar kita. Kita sibuk berdiskusi dan membicarakan isu-isu global, termasuk tokoh-tokohnya. Mulai dari politik, budaya, dan lingkungan. Semua dibahas secara global. Seperti Greta. Padahal hasilnya tidak ada, hanya ocehan. Kita tidak bisa mengontrol sesuatu yang sifatnya global.
Mari kita membicarakan hal-hal yang bisa kita kontrol. Sesuatu yang lokal, yang ada di depan mata. Di dalam keluarga, lingkungan, atau kota kita. Contohnya ya seperti Jerry ini. Kita terlalu sibuk membicarakan Greta yang internasional sehingga lupa dengan Jerry yang lokal dan lebih dekat.
Saya yakin banyak Jerry-Jerry lain di sekitar kita. Mereka ada, mereka dekat, mereka nyata. Semakin kita sering membicarakan yang mengawang-ngawang (global), semakin mudah kita mengabaikan yang dekat (lokal).
Mari belajar dari Jerry.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H