Hari baru datang. Penduduk desa semakin tidak sabar menunggu kedatangan kapal pembawa kayu dari pulau seberang. Semakin hari semakin tidak sabar. Seorang Imam (tokoh agama) mencoba menenangkan mereka, tapi dia sendiri juga bergelut menahan rasa sabar.
Hari berganti minggu. Lalu bulan pertama, kedua, dan ketiga. Kapal datang di bulan keempat. Penduduk kampung berteriak-teriak di pinggir pantai. Sang Imam tergopoh-gopoh di belakang mereka. Jubahnya yang terseret di pasir semakin kotor dan basah.
Kayu-kayu ini akan dipakai untuk pembangungan gereja pertama di Sikka, Flores. Sekarang masuk wilayah Nusa Tenggara Timur. Gereja ini menjadi pijakan kuat para misonaris Katolik di Kepulauan Flores.
Gereja ini kemudian bernama St. Ignatius Loyola. Dibangun tahun 1896 atau lebih dari 120 tahun lalu. Beberapa kali mengalami peremajaan. Tapi bagian-bagian utama gereja masih sama. Terutama kayu-kayu terbaik yang didatangkan dari Pulau Jawa.
Gereja tua Sikka berada di desa Sikka, kurang dari dua jam perjalanan dari Maumere, ibukota Kabupaten Sikka. Perjalanan menuju tempat ini layaknya perjalanan di desa-desa yang dikelilingi hutan. Jalan tidak selalu mulus, kadang tidak beraspal.
Gereka Sikka dibangun para Imam Jesuit, sebuah ordo modern dalam Gereja Katolik yang didirikan oleh St Ignatius Loyola tahun 1540.Â
Paus mengizinkan pendirian ordo sebagai gelombang baru penyeberan iman Katolik ke seluruh dunia secara modern dan terdidik. Dia memilih sarjana-sarjana terbaik dan pemberani dari berbagai universitas di Eropa.
Sumbangan ordo Jesuit kepada dunia, selain penyebaran ajaran Katolik ke-122 negara, juga peninggalan bangunan dengan arsitektur yang khas.Â
Ide-ide arsitektur Jesuit mengambil bagian penting dari gaya arsitektur Baroque. Untuk gereja, ciri khas arsitektur Jesuit adalah elemen-elemen interior teatrikal dan fasad bertingkat dua.
Interior Gereja Tua Sikka juga kental dengan arsitektur ini. Hanya saja sebagai besar materi bangunan terbuat dari kayu. Tapi interior yang memanjang dan teatrikal tetap ada.Â
Semakin menguatkan sisi dramatis dengan jendela-jendela kecil di atas kiri dan kanan bagian depan yang membuat cahaya menyinari meja altar.
Kini Gereja Tua Sikka menjadi salah satu tujuan wisata, khususnya wisata religi. Saya berkunjung ke sini beberapa tahun lalu. Saya masih bisa membayangkan gembiranya penduduk desa ketika gereja ini berdiri. Tidak sia-sia mereka menanti dan berharap selama berbulan-bulan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H