Salah satu mahakarya era Reformasi bagi Republik Indonesia adalah lahirnya Sistem Pemilihan Umum langsung, One man One Vote. Kelebihan yang selalu didengungkan atas sistem ini adalah Rakyat memiliki hak dan wewenang langsung menentukan pemimpin nya.
KELEMAHAN
Namun semua lupa bahwa sistem One Man One Vote ini memiliki kelemahan fundamental radikal utama, yakni meniadakan peran Tuhan, Sang semesta alam di dalam nya. Padahal semua paham, tidak ada kreasi manusia yang sempurna, Sebaliknya, Tuhan, Allah SWT adalah Maha Sempurna. Tiada apapun yang sanggup menandinginya.
Sistem Pemilu langsung, One Man One Vote menyimpan efek samping yang begitu besar. Suara terbanyak belum tentu mewakili kebenaran, keadilan dan kemuliaan. Tingkat partisipasi yang belum menjangkau jumlah total seluruh jiwa. Dan sesuai petuah menarik dari Joseph Stalin, penentu kemenangan bukan pada pemilih nya tapi siapa yang menghitung suara nya.
Itulah mengapa ,kemunculan program Galang Perjuangan yang di kenalkan ketua umum partai Gerindra Prabowo Subianto, bagaikan Oase di tengah gurun dan ledakan halilintar di siang bolong.
GALANG PERJUANGAN
Gerakan ini seolah membawa marwah khas nusantara yang kian luntur, Gotong Royong. Entah terinspirasi atau menginspirasi, Sebelum nya PM Malaysia, Mahathir Mohamad menggelar gerakan serupa guna mereduce beban negara atas utang yang menumpuk. Salah satu alasan kuat program Galang Perjuangan adalah memebebaskan, melepaskan dan menjauhkan diri dari kepentingan pemodal.
Sudah rahasia semesta, jika sistem politik demokrasi ala Barat sekarang syarat akan modal, biaya politik yang begitu besar memaksa siapa saja harus memiliki kemampuan finansial untuk dapat mengikuti laga pemilihan langsung. Harapan nya, jika Galang Perjuangan ini berhasil menghimpun dana masyarakat yang memadai, maka siapapun yang ingin mengabdikan diri dan kemampuan nya bagi Ibu Pertiwi mendapat kesempatan luas tanpa harus terganjal masalah modal.
Jika tiada upaya menghentikan sistem politik yang mengarah ke Korporatokrasi, oligarkis dan Otoriter, maka negeri ini akan selalu berkutat dan terjebak pada masalah yang begini begitu saja, misi visi bangsa dan negara urung di arungi.
Last, semoga kedepan akan ada kepemimpinan yang meninjau ulang sistem politik yang mendewakan kekuasaan modal, kembali pada Falsafah Pancasila, berpandu UUD 45 asli, mewujudkan Trisakti Bung Karno, menghidupkan GBHN sebagai navigasi Bangsa dan Wawasan Nusantara sebagai kesadaran bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H