Mohon tunggu...
Dwi Okta Nugraha
Dwi Okta Nugraha Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger gado-gado Medioker di http://www.kasamago.com | dwioktanugroho.wordpress.com | twitter: @kasamago

Penggemar Hamster Sejati, Penyayang Kura Kura, Penikmat Unggas , Penonton Film, dan Pecinta tanaman.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Mengawal Ambisi Sensasional China di Asia Pasifik

9 Desember 2013   08:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:09 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="614" caption="www.voanews.com"][/caption]

Intro

Di awali dengan memancing kisruh di Laut China Selatan (LCS) dan Laut China Timur (LCT) yang secara sepihak menyebut pulau/kepulauan yang ada kawasan LCS/LCT seperti Paracel-Spraley Island sebagai milik China, termasuk mencoba merebut kembali Kepulauan Senkaku/Diayou yang berada dalam kendali Jepang sehingga menyulut kejengkelan Jepang, Taiwan, Vietnam dan Philiphina dan yang terbaru, China mengumumkan Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) nya mencakum kepulauan Senkaku/Diayou yang otomatis makin memperuncing perselisihan Jepang – China. Bila China tetap kukuh mempertahankan ambisinya terutama apabila dilakukan makin intens didukung dengan pergerakan secara fisik (militer) bisa jadi, Jepang yang telah dibuat emosi pun akan mengeluarkan cara yang sama dengan Jepang. Jika kedua kekuatan militer terjadi hubungan badan (kontak fisik) maka perkiraan terjadi perang Sino – Japan abad 21 akan terwujud nyata, kondisi ini sangat berbahaya bagi ketenangan Asia Pasifik yang saat ini menjadi permata perekonomian dunia.

Apa yang dilakukan China ini adalah akibat dari pertumbuhan pesat ekonomi negaranya, yang seiring berjalannya waktu makin haus dalam mengkonsumsi energi. Dengan semakin bertambahnya dompet, dibidang militer pun semakin bertambah kuat dan modern. Wajar bila dahulu negeri China yang pernah dipandang rendah oleh bangsa Eropa dan di Bully Jepang kini bak Orang Kaya Baru ingin mengembalikan kehormatannya, meraih apa yang dahulu belum mampu dimiliki oleh China.

PLA’s Action

Show of Force terus ditingkatkan oleh China, berbagai pesawat pengintai dan kapal perang ditugaskan melewati kepulauan Senkaku/Diayou, dan setelah ADIZ dikumandangkan China kini giliran Amerika sebagai sekutu Jepang unjuk keberanian dengan menerbangkan 2 pesawat pemBom B-52 StratoFortress di wilayah ADIZ China sebagai tanda penentangannya. Mungkin karena merasa dipermalukan oleh ikut campurnya pesawat militer Amerika, China kemudian menyiagakan 24 pesawat Strategic Bomber Xian JH-7A (NATO : Flounder) di Weifang Air Base, Provinsi Shandong yang paling dekat dengan daratan Jepang. Tak sampai disini saja, militer China pun terus memodernisasi Alutsista PLA NAVY dengan meluncurkan 4 Kapal Destroyer 052D atau yang populer disebut “Chinese Aegis Destroyer”, kapal yang dilengkapi AEGIS SYSTEM atau AAW (Anti Air Warfare) sebuah teknologi terbaru pertempuran anti serangan udara.

Bagimana peran Kapal Induk China, Liaoning? sepertinya kapal induk ini belum siap untuk digesekan dengan Jepang atau Amerika, dari berbagai sumber Liaoning di berdayakan hanya sebagai kapal Induk Latih untuk menyongsong kehadiran Kapal induk Modern China mendatang.

Pencegahan

Panasnya sengketa akibat gerakan sensasional China di Pasifik tentu wajib juga diamati dan waspadai oleh Indonesia, Wilayah terluar RI yang berpotensi masuk ajang sengketa Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) adalah Kepulauan Natuna yang kaya SDA. Upaya Indonesia untuk mengawal dan mewaspadai pergerakan China ini antara lain, pertama meningkatkan kekuatan Pertahanan Nasional dengan rencana strategis dan pengadaan alutsista dalam program MEF . Dalam hal ini, TNI harus diperkuat dengan Alutsista yang mumpuni, khususnya Angkatan Laut misal Memperbanyak Armada jet tempur, Kapal Selam, memiliki pesawat AEW, Radar canggih, Kapal Induk Helicopter (LHD), Fregate, Destroyer dan Rudal SAM jarak menengah adalah sebuah keharusan sejalan dengan upaya peningkatan ekonomi dan kemakmuran rakyat.

Kedua menggalang kekuatan dengan beberapa negara anggota ASEAN yang bisa “dipercaya” untuk membangun perhimpunan seperti BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa). Terbukti BRICS mampu menyeimbangkan hegemoni di bidang ekonomi, politik dan militer dengan adidaya Amerika dan sekutunya. Mungkin Indonesia bisa mengajak negara ASEAN yang jarang “bikin ulah” misal, Kamboja, Brunei, Laos, Vietnam dan Thailand, jadi disebut BLICVT (Brunei, Laos,Indonesia, Cambodia, Vietnam, Thailand) . Ketiga, Indonesia harus menegaskan kembali wilayah ADIZ nya meski infrastruktur ‘penunjang kelangsungan hidup’ ADIZ nya masih dipertanyakan.

At Least, Meski hubungan bilateral keduanya sangat erat dan merupakan mitra bisnis terbesar kedua di Indonesia, namun siapa yang menjamin bahwa dikemudian hari negara ini akan membuat Indonesia mengalami “kerugian” baik akibat upaya gangguan fisik (militer) maupun non fisik (ekonomi). Negeri ini harus memiliki kepemimpinan yang visioner, tangguh dan konsisten, sehingga di masa mendatang apapun bahaya yang datang bisa dihadapi dengan matang dan Indonesia tetap berdiri tegak diatas arus yang semakin berhamburan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun